Rabu, 21 November 2012

One Day Trip in Toraja

Yang hari ini dapet promo free seat Air Asia rute Jakarta - Makassar pasti lagi kipas-kipas tiket sambil senyum lebaaarr... Padahal nggak tau tuuuhh di Makassar ada objek wisata menarik apa aja. Padahal tadi beli tiket free seat nya karena gemes aja baca di twitter heboh rebutan tiket. Padahal sebenernya nggak niat-niat banget ke Makassar, cuma karena promo dan murah jadi buru-buru beli deh, urusan mau kemana nanti di Makassar urusan belakangan (ini kok saya suudzon banget ya pikirannya).

Jadi, postingan saya ini terinspirasi dari rute baru Air Asia ke Makassar. Rute baru mustinya bisa nambah destinasi liburan baru ya, masa nggak bosen sih setiap liburan mainnya ke Singapura, Jogja, Bali, Bandung, atau ke Puncak *ngomong sama kaca*. Bertandang ke Makassar bisa membantu membuka mata bahwa Indonesia itu bener-bener kaya dengan keanekaragaman budaya. 

Mau ngapain di Makassar? Pasti pertanyan itu yang sekarang nyangkut di kepala. No worry, pemerintah Sulawesi Selatan memang berencana menjadikan propinsi ini sebagai salah satu daerah tujuan wisata potensial di Indonesia, sejumlah tawaran tempat wisata menarik sudah menunggu untuk dieksplorasi. Sebagai awalan yang baik untuk mencitrakan diri sebagai daerah tujuan wisata dibuatlah bandara Sultan Hasanuddin yang keren banget dari segi desain dan arsitektur sebagai gerbang masuk ke propinsi Sulawesi Selatan (apa kabar sama bandara Soekarno Hatta yang jadi gerbang masuk Indonesia ya).  

Makassar tidak hanya sekedar pantai Losari, Fort Rotterdam, Trans Studio Mall, pulau Samalona, pantai Akarena, konro karebosi, coto Makassar, mie titi, es pisang ijo, pisang epe *nulis sambil ngelap iler*. Coba melipir ke pinggiran kota Makassar dimana masyarakat di daerah pantai Tanjung Bira masih membuat perahu pinisi dengan cara tradisional, singgah sejenak ke Maros yang memiliki ratusan spesies kupu-kupu yang menghuni taman nasional Bantimurung, berpetualang di jajaran tebing karst yang membentang di Pangkep, Pangkajene, dan tentu saja menyambangi makam kuno suku Toraja di tanah kelahiran mereka: Tana Toraja. 

Semua tempat wisata di pinggiran Makassar ini, walau memakan jarak tempuh yang lumayan jauh, bisa banget dikunjungi dengan one day trip. Nah, berhubung pas saya ke Makassar cuma sempet mampir ke Tana Toraja, jadi saya cuma bisa share one day trip in Toraja *gile, panjang bener ya intro untuk masuk ke tulisan intinya*.

Kenapa ke Tana Toraja?
Toraja identik dengan perayaan kematian yang diselenggarakan secara besar-besaran. Perayaan ini dapat memakan waktu tiga hari sampai dua minggu dengan mengorbankan sejumlah kerbau dan babi, tergantung kemampuan keluarga yang ditinggalkan. Cara masyarakat Toraja menguburkan yang telah berpulang pun terbilang unik, jenasah tidak dikubur ke dalam tanah melainkan disimpan di tebing atau gua batu. Berkunjung ke tempat ini akan membuat kamu mengerti kearifan lokal yang dipegang teguh masyarakat Toraja untuk terus melakukan tradisi turun temurun dari nenek moyang tersebut. 

Bonus: karena Tana Toraja terletak di daerah dataran tinggi, pemandangannya baguuuss banget. Betah melototin sawah yang luas dan jalanan yang bebas dari hiruk pikuk kendaraan. 

Kapan?
Sekarang cek tiket promo yang kamu beli barusan. Waktu yang paling tepat untuk berkunjung ke Tana Toraja adalah masa setelah panen, karena di masa ini perayaan upacara kematian rambu solo akan digelar. Biasanya antara bulan Juni - Agustus *kalau agak ngaret salahkan panen yang terlambat*. Tapi kalaupun nggak bisa melihat langsung upacara rambu solo, makam tradisional Toraja itu tetap dibuka setahun penuh tanpa mengenal musim. 

Transportasi ke Tana Toraja
Inilah bagian paling penting yang dapat menghemat budget selama bepergian ke Tana Toraja. Makassar - Tana Toraja memerlukan waktu tempuh perjalanan selama 8 jam. Menggunakan bus malam adalah pilihan yang paling tepat karena kamu tinggal tidur sepanjang perjalanan dan pagi hari sudah sampai Tana Toraja. Ngirit biaya penginapan selama semalam kan *ga mau rugi*. Vendor bus yang paling terkenal adalah bus litha, harganya berkisar Rp 100.000 untuk bus AC dan Rp 75.000 untuk bus non AC. Selain bus Litha tersedia juga vendor bus lain, tinggal dipilih yang sesuai budget dan kebutuhan. 

Notes: Tana Toraja juga bisa ditempuh lewat jalur udara dari bandara Sultan Hasanuddin ke bandara Pongtiku. Tapi frekuensi penerbangannya tidak sampai tiga kali seminggu, harganya juga kemungkinan besar lebih mahal dibanding bus malam. Tapi saya tau pasti kok kamu yang bermental backpacker dan budget super ngirit pasti lebih milih bus malam ;)

Penginapan
Namanya juga one day trip, kenapa juga nulis penginapan di postingan ini? Ya siapa tau ada yang minat memperpanjangkan waktu kunjungan di Toraja karena belum puas jalan-jalan di makam tradisional Toraja. Penginapan murah berpusat di daerah Rantepao, harganya berkisar antara 120 - 350 ribu (satu kamar bisa diisi dua orang). Bus malam yang berangkat dari Makassar biasanya akan menurunkan penumpang di pemberhentian terakhir yang berada di Rantepao. 

Notes: Daerah Rantepao juga merupakan sentra backpackers karena selain menawarkan penginapan murah juga tersedia berbagai akomodasi yang menunjang kebutuhan wisatawan. Makanan murah meriah, oleh-oleh, penyewaan motor, mobil, dan guide tersedia di tempat ini. 

Makanan
Karena mayoritas penduduk Tana Toraja menganut agama Kristen, agak sulit menemukan makanan halal disini. Kebanyakan bahan makanan menggunakan daging babi atau lemak babi dalam olahannya. Lumayan shock juga menemukan menu baso babi dengan mudahnya bertebaran di sepanjang jalan. Untuk muslim, pastikan tempat makan yang dimasuki bertuliskan muslim atau halal, untuk memastikan tidak ada salahnya bertanya langsung pada penjual sebelum memesan. 

Transportasi di Tana Toraja
Kebanyakan objek wisata di Tana Toraja berada cukup jauh dari jalan utama, selain itu antara objek wisata satu dan lainnya cukup berjauhan. Untuk menghemat tenaga, waktu dan biaya sebaiknya menyewa kendaraan selama sehari penuh. Di Rantepao tersedia penyewaan motor dengan harga kurang dari Rp 100.000. 

Tips: Pertimbangkan untuk sekalian menyewa guide selama sehari penuh. Tana Toraja begitu kaya akan budaya dan dibutuhkan seseorang yang benar-benar paham seluk beluk tempat wisata yang akan didatangi. Biasanya di setiap tempat wisata tersedia seorang guide, namun lebih ringkas jika hanya menggunakan satu guide yang dapat menemani ke seluruh tempat wisata. Selain irit biaya (hanya perlu membayar jasa pada satu orang saja) kamu tidak perlu pusing bertanya arah pada penduduk lokal untuk mencapai satu tujuan wisata. 

Kemana?
Objek wisata yang dapat disambangi saat berada di Tana Toraja:

1. Kete Kesu.
Merupakan desa adat yang cukup lengkap memuat properti budaya Toraja. Terdapat barisan tongkonan  dan makam tradisional yang telah berusia ratusan tahun. Di tempat inilah kamu dapat melihat langsung tengkorak manusia berserakan dari peti matinya.

2. Lemo
Kompleks pemakaman Toraja dimana peti diletakkan di dalam dinding tebing yang telah dipahat.

3. Londa
Kompleks pemakaman yang berada di dalam gua. Disini juga terdapat peti mati yang digantung pada dinding tebing.

4. Kambira
Bayi yang meninggal sebelum tumbuh giginya dianggap masih suci dan tidak dapat dimakamkan dengan cara biasa. Para bayi ini dikuburkan di dalam batang kayu yang telah dilubangi dan hanya ditutupi ijuk.

5. Pasar Tedong Bolu
Di tempat ini kerbau dan babi yang akan dikorbankan dalam upacara rambu solo diperjual belikan. 

6. Makale
Ibu kota kabupaten Tana Toraja ini memiliki julukan kota dengan seribu menara gereja. Tepat di tengah pusat kota terdapat danau buatan dengan sosok patung pahlawan Toraja Pongtiku berdiri di atasnya. 

Selain makam dan tongkonan, Tana Toraja juga memiliki tempat pemandian air panas dan sentra pembuatan tenun. Lebih lengkapnya dapat melihat peta berikut: 

sumbernya lupa ngambil darimana -__-"

Etiket
Penting untuk dicatat:
1. Karena Tana Toraja identik dengan wisata dari makam ke makam sebaiknya gunakan pakaian yang pantas. Lupakan hot pants dan tank top, ganti dengan celana jeans dan kaus longgar.
2. Semenyeramkan apapun kondisi di makam usahakan untuk tidak berteriak. Jika merasa tidak berani menjelajah makam sendirian minta ditemani guide atau ikut bergabung dengan rombongan lain.
3. Watch your step. Hati-hati jangan sampai menginjak tulang tengkorak yang banyak berserakan. Diperlukan upacara dan persetujuan dari tetua adat untuk memindahkan tengkorak tersebut dari tempatnya. Coba-coba berpose narsis dengan mengangkat salah satu tengkorak? Well, berdoa saja kalau tengkorak tersebut tidak keberatan *agak horor ya kalimatnya*.

Jadi, sekarang sudah punya satu tujuan baru mau saat mampir ke Makassar dong. Tiket di tangan kamu itu, walau kamu belum tahu pasti akan berkelana kemana saja saat berada di Makassar, akan mengantarkan kamu ke berbagai cerita perjalanan yang berbeda. Dan Sulawesi Selatan menawarkan banyak kesempatan untuk kamu mendapatkan cerita perjalanan tersebut. 

P.S. : Foto dan postingan cerita perjalanan saya ke Toraja lainnya dimuat dalam label 4 Hari Untuk Selamanya.

Sabtu, 17 November 2012

Bertemu Kedamaian


.....

“Kok muter lagu ini?” Teddy sontak bertanya saat mendengar intro lagu yang dia kenal kemudian ikut menyanyikan bait-bait awal lagu.

“Where is the moment we needed the most
You kick up the leaves and the magic is lost
They tell me your blue skies fade to grey
They tell me your passion’s gone away
And I don’t need no carryin’ on”

“Nggak apa-apa. Suka aja.” Jawab saya sekenanya, “memang kenapa?”

Teddy tampak hati-hati saat memilih jawabannya, “Well, lagu ini gue putar pas gue ngerasa sudah bisa merelakan kepergian bokap gue… dan kepergian mantan gue…” Jeda sejenak sebelum Teddy melanjutkan kalimatnya. “Gue ngerasa tidak perlu bertanggung jawab lagi atas kepergian mereka lagi. Semua beban itu rasanya hilang, terangkat dari bahu.”

.....

(4 Hari Untuk Selamanya, wait for further stories)