Minggu, 25 Januari 2015

You Can't Have Everything You Want

"Best time to visit (nama kota atau negara yang akan dikunjungi)" adalah keyword utama saya di mesin pencarian Google sebelum memutuskan membeli tiket pesawat. Timing memang memegang peranan utama ketika saya merencanakan sebuah perjalanan. 

Saya belajar dari pengalaman. Dulu, waktu saya menjadi seorang pejalan amatir, dengan percaya diri saya mengemas celana pendek, kaus, dan beberapa mini dress saat akan berangkat ke Macau. Tidak terbersit sedikitpun untuk mengecek cuaca di Macau di awal Desember sebelum berangkat. Hasilnya? Hujan rintik, angin kencang, dan suhu drop di bawah angka 20 derajat celcius menyambut begitu saya keluar pesawat. Mamam tuh dingin. Selama tiga hari liburan. Mana sama sekali nggak bawa baju hangat lagi. 

Semenjak kejadian 'liburan-sampai-hampir-mati-kedinginan-di-Macau' saya jadi riwil dengan masalah timing ketika akan berangkat ke Skandinavia. Tanya punya tanya, cuaca di Skandinavia itu moody minta ampun. Bahkan teman saya yang tinggal di Oslo bilang salju masih sesekali turun saat musim semi dan suhu bisa anjlok di bawah 10 derajat celcius. Yah, cuaca memang tidak bisa diakali, tapi waktu perjalanan bisa disiasati. Jadilah saya berangkat ke Skandinavia di awal bulan Juni. Masa ketika musim semi berakhir dan musim panas baru dimulai. Tapi itu pun saya tidak berharap banyak dengan matahari musim panas Skandinavia. Musim panas di Skandinavia termasuk musim panas abal-abal. Bagaimana bisa suhu 23 derajat celcius dikatakan panas untuk seseorang yang datang dari negara tropis. Pengennya sih menyambangi Skandinavia saat puncak musim panas dimana suhu menjadi lebih bersahabat dan sederet festival menunggu giliran tampil. Yang terpaksa menjadi angan-angan belaka saat mengingat membludaknya turis dari berbagai pelosok diikuti dengan naiknya harga penginapan ketika musim panas mencapai puncaknya. 

Tahun 2015 ini saya kembali dibayangi pertanyaan yang sama: best time to visit Japan. Pilihan saya jatuh pada musim gugur yang menjadi waktu terbaik kedua setelah musim semi. Walau tidak dapat melihat keindahan bunga sakura saat musim semi, musim gugur menawarkan warna-warni alam yang tidak kalah cantik. Masalahnya adalah, kemungkinan terjadinya topan yang mengawali datangnya musim gugur. Oktober akhirnya menjadi waktu pilihan dengan pertimbangan angin topan sudah mereda dan suhu belum terlalu dingin. Namun ternyata saya melewatkan satu poin penting disini. Warna-warni musim gugur baru akan mulai tampak di awal November! Mati-matian saya googling warna musim gugur di bulan Oktober dan yang terlihat hanya warna hijau blas. Tanpa ada warna kuning atau merah pepohonan khas musim gugur. Fix salah pilih waktu, sodara-sodara...

Togetsukyo Bridge in autumn 
Photo courtesy: Japan-guide.com

Sedih sih. Yang membuat musim gugur di Jepang itu menarik kan, warna-warni musim gugurnya. Dan bisa dipastikan warna-warni tersebut belum akan nampak saat saya kesana. Tapi saya ingat satu petuah bijak: you can't have everything you want. Mau lihat warna-warni musim gugur tapi nggak kuat dingin, ya nggak bisa. Saya harus memilih, dan untuk hal ini saya lebih memilih cuaca hangat. Mau jalan-jalan ke Eropa murah tapi nggak mau unyel-unyelan? Ya berangkat sewaktu musim semi baru berakhir dengan konsekuensi cuaca masih lumayan dingin. Kalau mau dapat semua ya harus siap-siap keluar budget lebih. As simple as that. You just can't have everything you want, darling.


Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi yang diadakan di blog pergidulu.

14 komentar:

  1. kirain kalo ke jepang yang paling bagus pas musim semi yang bunga-bunga sakura lagi berkembang dan orang-orang pada piknik itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena nggak bisa berangkat pas musim semi, jadi milih second best season on autumn :)

      Hapus
  2. gw taun lalu ke jepang akhir maret. Bunga Sakura udah memenuhi jalanan. hihihi.. Tahun ini mau ke Shanghai awal november, biar bisa liat daun2 kuning. Berarti gw termasuk beruntung lah ya bisa berada di negara lain dengan timing yg pas. hahaha. Dapet tiket berapa ke jepang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wih, dapet musim semi dan musim gugur berarti ya. Daku nggak sanggup sama dinginnya *nyerah*

      Hapus
  3. gw taun lalu ke jepang akhir maret. Bunga Sakura udah memenuhi jalanan. hihihi.. Tahun ini mau ke Shanghai awal november, biar bisa liat daun2 kuning. Berarti gw termasuk beruntung lah ya bisa berada di negara lain dengan timing yg pas. hahaha. Dapet tiket berapa ke jepang?

    BalasHapus
  4. karena survey sebelum melakukan perjalanan memang penting banget ya kak :)
    yuuuk kita jadi smart traveller.

    mampir ya kak : http://bit.ly/18vjFR9
    Salam Kenal :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes, cari info sebanyak mungkin sebelum pergi jalan-jalan :)

      Hapus
  5. Kalau aku pengen banget megang salju pertama kali di Jepang >_<

    BalasHapus
  6. Oca, kalo ke jepang atau kemanapun pas musim gugur, aku nitip daun daun kuning dan merah khas musim gugur yaaa
    hehehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Doain pas aku ke Jepang pohonnya udah warna-warni musim gugur ya. Nanti pasti dibawain. *berdoa keras*

      Hapus
  7. pengen banget ke Jepang pas bunga sakura lagi numbuh gitu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku pun ingiiinnn... Tapi inget ngebludaknya turis pas musim sakura kok jadi males. Heheheheee....

      Hapus
  8. Enaknya bisa pilih-pilih waktu liburaan :'
    Saya masih mahasiswa jadi libur cuma Juni-Agustus dan Desember-Januari.
    Bisa lama, tapi dapetnya selalu winter atau summer.
    Waktu itu idealis banget ke Jepang maunya pas spring aja dan Korea maunya pas autumn.
    Tapi kalo gitu berarti harus bolos dan jelas nggak mau. Akhirnya pergi ke dua tempat itu pas summer aja ngerasain panas yang lebih panas dari Jakarta hahaha
    Ngomong-ngomong salam kenal Mbak, saya Eky :)
    Minta izin ngelink blognya ke blog roll saya, mungkin kalau berkenan bisa link balik www.jambukebalik.com :D

    BalasHapus