Kamis, 24 Februari 2011

Umur, Pekerjaan dan Masa Depan

Menjadi yang termuda di kantor sepertinya selalu membawa konsekuensi tersendiri. Mulai dari dianggap kurang kompeten, masih manja, childish, tidak mampu berbaur dalam lingkungan kerja, egois dan lain sebagainya yang bernada sinis dan negatif. Peran saya di kantor sih komplit banget, menjadi yang termuda dan tidak memiliki latar belakang ilmu perbankan sama sekali. Sulit untuk menggambarkan bagaimana lingkungan kerja 'memandang' saya pada masa itu. Tekanan yang demikian sangat besar membuat saya bersahabat dengan toilet, sebuah tempat aman dimana saya bisa menangis tanpa harus terlihat cengeng. Ergh, If only you know what I feel

Untungnya saya adalah tipe orang yang tidak terima jika dipandang sebelah mata oleh orang lain. Semakin besar orang lain meng-underestimate maka semakin gigih perjuangan saya untuk membuktikan kalau saya bisa. Jadi saya mulai melihat kelebihan-kelebihan rekan kerja, tidak lelah dan selalu mau belajar dari mereka serta mencari celah agar atasan dapat melihat peningkatan kinerja saya. Voila, setelah satu tahun lebih bekerja atasan mempercayakan saya untuk pindah ke bagian lain dengan prestige yang (hopefully) lebih baik. 

Ada kepuasan tersendiri ketika saya berhasil membuktikan kepada orang-orang yang underestimate tersebut kalau ternyata saya bisa. Bahwa semua pikiran negatif mereka itu salah. From nobody became somebody. Menyenangkan saat orang lain mengakui kelebihan kita, menghargai usaha kita dan (ehem) menyadari secara diam-diam kalau mereka salah telah meng-underestimate kita. Satu hal lain yang membuat saya lebih menikmati fase ini karena saya adalah yang termuda di kantor. Haha, saya memang yang termuda di kantor tapi kalian tidak bisa meremehkan kemampuan saya begitu saja. (Notes: statement yang terdengar sangat culas  namun sepertinya sebanding dengan semua perjuangan saya untuk sebuah 'pengakuan').

Sayang, sepertinya sekarang saya terjebak di zona aman. Setelah pindah ke kantor pusat tiba-tiba pekerjaan saya menjadi bukan main banyaknya. Tidak ada waktu lagi untuk memperkaya diri dengan ilmu-ilmu baru yang nantinya berguna sebagai nilai jual di mata atasan. Sementara itu teman-teman lain yang baru masuk menguasai beberapa pekerjaan yang sama sekali baru untuk saya. Dari sini saya menjadi belajar, tidak selamanya predikat the youngest and toughest girl in the office dapat terus bertahan. Akan selalu ada saingan baru, pekerjaan baru dan ilmu baru yang jika tidak dikejar akan membuat kita tertinggal di belakang. Umur pun akan selalu bertambah setiap tahunnya dan hari ini umur saya bertambah satu :)

Hari ini umur saya genap 25 tahun. Sebuah fase kehidupan yang membuat saya sedikit gentar untuk memasukinya. 25 tahun berarti 1/4 abad sudah saya hidup di dunia ini. Lalu apa yang telah saya lakukan? Apa yang sudah saya hasilkan? Apa yang sudah saya capai? Hati saya sedikit berbedar saat mengingat 25 tahun adalah sebuah usia dewasa. Apakah saya sudah dewasa? Apa ukuran kedewasaan itu? Bagaimana jika lingkungan tak bosan-bosannya menilai saya belum dewasa? Berbagai pertanyaan tentang fase umur 25 tahun ini terus berputar di kepala saya hingga seorang teman bertanya, 'Lima tahun dari sekarang lo mau ngapain?'.

Akhir-akhir ini rasanya beberapa orang menanyakan pertanyaan yang sama dan saya selalu tidak punya jawabannya. Mungkin saya adalah tipe orang yang lebih suka berpikir dalam jangka pendek, saya lebih suka mengerjakan apa yang ada di depan mata sebaik mungkin, urusan masa depan itu belakangan. Memang tidak baik sih pemikiran seperti ini karena setiap orang harusnya memiliki perencanaan jangka panjang yang cukup matang. Tapi saya selalu kesulitan untuk menemukan jawaban 'akan jadi apa saya lima tahun yang akan datang?'. 

Saat ditanya rencana menikah, saya hanya angkat bahu. Bukan bermaksud skeptis atau apa, hanya saja rencana menikah tampaknya masih sangat jauh dari bayangan saya. Mengingat fakta bahwa saya juga belum menemukan Mr. Right jadi saya tidak pernah memikirkan urusan menikah. Kalau saya jawab rencanya lima tahun ke depan adalah ke Paris, teman-teman malah menahan tawa dan sedikit mencemooh, 'Ngapain ke Paris?' tanya mereka. 'Pengen liat Eiffel' jawab saya asal. Sepertinya untuk beberapa tahun ke depan saya hanya ingin melakukan passion yang ada. Itu artinya jalan-jalan, nonton, bertemu banyak teman-teman baru dan menulis. 

Untuk sebagian besar orang mungkin passion bukanlah apa-apa. Bagi saya passion adalah segalanya. Dia adalah bahan bakar yang membuat saya selalu bersemangat menjalani hidup. Dia membuat hidup saya lebih berwarna dan membuat saya lebih mengenal diri sendiri. Mungkin saat ini saya lebih cocok dibilang berada dalam fase ingin menikmati waktu yang dimiliki untuk mengeksplor apa yang disukai. Saya hanya ingin dikelilingi orang-orang yang saya sayangi dan menyayangi saya. Kalau Mr. Right tiba-tiba datang dan mengajak menikah anggap saja itu bonus :)

Is thinking.... Oohh masa depan...

Ok, jadi kesimpulan dari tulisan ini adalah: Sekarang saya 25 tahun, bekerja dalam zona aman yang secara perlahan-lahan akan membuat saya mati bosan, dan ummmhh.... masih single. (Notes:  for the last statement, should I be proud or cry like a baby? lol).


PS: Sedikit malu untuk mengakui, namun beberapa minggu ini saya belum sempat menulis sesuatu yang lebih berisi dan blogwalking ke tempat teman-teman. Maafkanlah, pekerjaan saya bulan ini super duper menumpuk. Sebisa mungkin saya akan segera kembali dalam dunia blogosphere. Terimakasih untuk yang setia mampir dan meninggalkan komentar di halaman Merry go Round :)

Kamis, 17 Februari 2011

I Want

I want this for my birthday present:





A small, lightweight camera with the large imaging sensors found in DSLRs as well as interchangeable lens capability.



Does 'she' looked sooo gorgeous and stylish? Sony Nex 5 definitely become my 'dream camera'.


PS: My birthday is coming :)

Senin, 14 Februari 2011

Aku, Kamu, Kita, Kenangan



Kamu masih ingat video klip ini?
Video klip yang mengilhami cerita Ungu - Violet
Hanya saja yang ini lebih menyentuh
lebih sedih
lebih menyanyat hati
dan lebih menguras air mata
Padahal hanya berdurasi tidak lebih dari 8 menit.

Entah mendapat dorongan darimana sehingga aku mencari kembali video klip ini
Setelah empat tahun yang lalu saat pertama kali kita melihatnya bersama
Dan aku telah menghabiskan satu tahun pertama sejak perpisahan kita demi bisa merasakan perasaan itu kembali
Kemudian aku menyerah

Aku, Kamu, Kita, Kenangan
Aku terlalu takut untuk menyibak tirai kenangan tentang kita
Tidak ingin sedikitpun kenangan dari masa lalu kembali menyakiti hati
Mungkin lebih baik jika semua itu dihapus saja dari memori otak ini

Mengapa aku marah kepada kenangan?
Haruskah aku kecewa pada diri sendiri atau kepadamu?
Atau apakah lebih baik tidak ada 'kita' di masa lalu?

Ah, bukankah dengan menulis ini dan melihat kembali video klip tersebut berarti aku sedang menyusuri kenangan tentang kita
..........
and suddenly, I just missing about 'us'.

Rabu, 09 Februari 2011

Early Birthday Present

Awal Februari ini sebuah paket mampir ke kantor saya. Isinya kado ulang tahun dari Felicity, seorang teman blogger yang sekarang berdomisili di Oslo, Norwegia. 












Sebuah 'proyek' yang melibatkan Norwegia membuat saya dan Feli menjadi dekat. Berbekal alamat email Feli pemberian Cipu akhirnya saya merasakan persahabatan tanpa batas berkat teknologi bernama internet. Jarak Oslo - Jakarta yang separuh lingkaran bumi terasa tidak berarti. Saya dan Feli dapat berdiskusi dan berusaha bersama agar 'proyek' yang nyaris tidak mungkin ini dapat menjadi sebuah tiket yang dapat mengubah hidup saya (hopefully).

Banyak hal yang terjadi selama kami mengerjakan 'proyek' tersebut. Mulai dari begadang sampai lewat tengah malam selama beberapa minggu, saya diomelin mama karena kurang tidur sedangkan Feli kena tegur T, curi-curi kirim email di sela-sela waktu kerja, browsing gila-gilaan demi mendapatkan data yang cukup dan beberapa insiden culture shock serta miskomunikasi yang terkadang membuat saya kena tegur Feli. Kalaupun 'proyek' ini tidak berhasil tapi saya sudah belajar banyak lewat semua proses yang melelahkan dan menyita waktu ini.

Untuk saya pribadi, waktu yang Feli luangkan untuk membantu saya adalah lebih dari cukup. Ungkapan rasa terimakasih saja tidak pernah terasa cukup. Kado ulang tahun yang 'kepagian' ini tambah membuat saya terharu. Ah, bagaimana sebuah persahabatan yang dimulai di dunia maya dapat terjalin sedemikian kuatnya di dunia nyata. 

Feli... Hm, saya selalu stuck saat akan menjabarkan kepribadiannya dan betapa saya mengagumi dia. Saya kenal Feli tentu dari hasil blogwalking yang ternyata beberapa teman Feli terkait juga dalam link blogroll saya. Mudah untuk jatuh cinta pada setiap tulisan Feli, saya suka dengan caranya menulis dan mengekspresikan perasaan lewat kata-kata. Walau ngeblog sebagai sarana curcol, tapi selalu ada pesan yang terselip dalam setiap postingannya. 

Hal lain yang saya suka dari seorang Feli adalah passion dalam hidupnya dan bagaimana dia mengejar passion tersebut. Pekerjaan yang dipilih adalah di bidang non-profit atau humanitarian yang pasti membuat dia bertemu dengan banyak orang yang berbeda dan belajar banyak tentang kehidupan. Dan umh, siapa yang sangka ternyata mempertemukan dia juga dengan T yang sekarang menjadi suaminya. 

Dari tema yang berat tentang pekerjaan atau hasil kontemplasinya dengan lingkungan sekitar sampai beberapa tema ringan tentang kehidupannya di Oslo dan ceritan tentang hubungan dengan suami tercintanya T, membuat saya selalu ketagihan dan menanti postingan Feli yang berikutnya. Feli membawa saya berjalan-jalan ke Norwegia dengan tulisannya, tertawa dengan cerita konyol tentang culture shock selama di Oslo dan ikut merenung dan berpikir lewat tulisannya tentang kehidupan. 

Sekarang Feli sedang sibuk bolak-balik menembus rimba Papua. Walau berada di Indonesia tapi jadwalnya padat bukan main, akan sulit rasanya meluangkan waktu untuk sekedar kopdar. Semoga suatu hari nanti saya bisa mampir ke Oslo dan kopdaran disana, sekalian mampir ke rumah barunya Feli. Amiiinnn :)








Thanks a lot untuk kadonya Fel. Semoga agendanya bisa diisi dengan pengalaman saya selama di Eropa *makin kenceng bilang Amiiinnn*  :)

PS: Ultah saya masih beberapa hari lagi kok. Kiriman kado berikutnya masih ditunggu ya :)

Kamis, 03 Februari 2011

'Melihat' Australia di Australia on Screen 2011

Penikmat film Jakarta akhirnya dapat dipuaskan dengan festival film pertama di awal tahun ini. Australia on Screen resmi digelar dari tanggal 26 - 28 Januari 2011 di Blitzmegaplex Grand Indonesia. Tujuh film Australia yang sukses 'wara-wiri' di berbagai penghargaan film bergengsi hadir dalam acara ini. Tidak hanya membawa film terbarunya Bran Nue Dae yang mendapat perhatian internasional sepanjang tahun 2010 kemarin, beberapa film yang rilis di akhir tahun '90-an dan awal tahun 2000 juga ikut diputar disini.


Australia on Screen digelar untuk menyambut Hari Nasional yang jatuh pada tanggal 26 Januari 2011. Festival ini dibuka oleh artis sekaligus produser kenamaan Indonesia, Christine Hakim, dan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty. Pemilihan Christine Hakim juga merupakan bentuk apresiasi terhadap prestasi beliau yang berhasil menerima penghargaan Asia Pacific Screen Awards 2010 FIAPF Award for Outstanding Achievement in Film yang diselenggarakan di Australia akhir Desember lalu. 

Australia on Screen 2011 disponsori oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia bekerjasama dengan Australia International Cultural Council dan Screen Australia dengan dukungan Pemerintah Australia Barat. Dalam pemutaran film pembuka Australia on Screen, Bran Nue Dae, turut hadir Robyn Kershaw selaku produser dari film musikal tersebut dan Rocky McKenzie sebagai aktor penduduk asli Astralia. Rencananya mereka berdua akan ambil bagian dalam sejumlah lokakarya dengan pekerja film dan mahasiswa film Indonesia untuk merefleksikan budaya yang berbeda melalui media film.

Setelah Perancis secara khusus dan Eropa secara umum rutin menggelar festival film sebagai media pertukaran budaya nampaknya Australia juga mulai melirik cara ini untuk menggambarkan derajat ke-multikultural.  Dilihat dari bangku studio yang dipenuhi penonton rasanya masyarakat cukup antusias untuk melihat film karya sineas Australia sekaligus memperdalam khasanah budaya mereka tentang negara Kangguru ini. Untuk debutnya kali ini Australia on Screen terbilang sukses merebut hati penikmat film Jakarta dan berhasil memperkenalkan budaya multikultural mereka. Tujuh film yang diputar, Bran Nue Dae (2009), Jindabyne (2006), Radiance (1998), Lantana (2001), Mary and Max (2009), Looking for Alibrandi (2000), dan Ned Kelly (2003) semuanya berhasil membawa misi Australia on Screen 2011. 

Film andalan untuk Australia on Screen kali ini tentunya adalah Bran Nue Dae. Film musikal berlatar tahun 1960 ini bercerita tentang pelarian Willie (Rocky McKenzie) dari sekolah kepasturan. Dalam perjalanan pulang Willie bertemu dengan banyak orang yang membawanya ke berbagai petualangan. Pencarian jati diri Willie dalam perjalanan pulang kerumah ini disajikan dengan rentetan lagu dan koreografi yang membuat film terasa begitu segar dan menyenangkan untuk diikuti. 


Nue Dae trailer


Australia on Screen juga menyuguhkan film animasi untuk memperlihatkan keragaman perkembangan film yang telah berjalan. Mary and Max adalah adalah pilihan yang tidak main-main karena film ini telah berhasil menjadi film pembuka Sundance Film Festival tahun 2009. Lewat clay animation, sutradara Adam Elliot menyuguhkan hubungan surat-menyurat dua orang yang sama sekali berbeda diantara dua negara. Mary Dinkle berusia 8 tahun dan tinggal di pinggiran kota Melbourne. Dia kekurang kasih sayang dari kedua orangtuanya, tidak memiliki teman di lingkungannya, dan tidak terlalu percaya diri. Sedangkan Max Horovitz  berusia 44 tahun dan tinggal di kekacauan kota New York. Max menderita sindrom Asperger sehingga dia kesulitan berkomunikasi dengan lingkungannya. Kesepian, itulah kesamaan Mary dan Max yang membuat persahabat unik yang tersaji selama 92 menit ini mampu menjungkirbalikkan perasaan yang melihatnya.


Mary and Max trailer


Sebagai penutup Australia on Screen juga lagi-lagi tidak salah memilih film. Ned Kelly adalah film yang diangkat dari kisah nyata dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah Australia itu sendiri. Sederet bintang sekelas Heath Ledger, Orlando Bloom, Goffrey Rush dan Naomi Watts memenuhi layar selama 110 menit. Andai semua film western yang khas dengan dunia gangster, sheriff, kuda, dan tanah tandus dapat tampil seciamik ini pasti Hollywood dapat mengeruk keuntungan super besar darinya. Sejarah dan film western, dua hal yang seringnya menghasilkan film super membosankan ternyata tidak berlaku untuk Ned Kelly. Siapa yang menyangka mempelajari sejarah dapat menjadi demikian menyenangkan dan aksi tembak-tembakan di atas kuda ternyata cukup menegangkan?


Ned Kelly trailer 


Sepertinya tiga hari dengan tujuh film Australia masih terasa kurang bagi penikmat film yang jarang melihat film Australia. Tidak banyak koreksi untuk event ini, hanya mungkin pelengkap English subtitle dapat tetap dimasukkan dalam film karena pada prakteknya lebih mudah untuk 'reading' daripada 'listening'. Semoga kedepannya Australia on Screen dapat menjadi event tahunan sehingga pertukaran budaya itu pun dapat terus terjadi.