Kamis, 29 April 2010

Catatan aRa


Buat Kamu

Bapak pernah bilang ke saya, “Ara, hargailah wanita karena tanpanya hidup kamu akan sepi, karena ianya bagai pelengkap kakimu, yang mampu membuatmu berdiri tegak, membuatmu yang terjatuh mampu bangun untuk kembali melanjutkan cerita hidupmu, suatu saat nanti jika kamu menemukan “pelengkapmu” hanya satu yang Bapak minta, kamu jaga dia, dengan hati, tak apa jika hatimu kamu bagi tiga. Satu buat Ibu dan Bapak, dan satu lagi buat dia.

Saya bertemu dengan si Dia, si gadis manis dengan senyum indah bernama Alaya. Menemukannya dalam rindang pohon saat kita berteduh dari hujan yang jatuh. Panjang rambutmu yang tergerai, kamu ikat dengan satu gerakan elok, dan saya tersadar jika kamu benar-benar perempuan yang manis, tidak cantik seperti kebanyakan, tapi kamu punya senyum dengan lesung yang mampu membuat siapa saja setuju untuk mengatakan kamu lebih anggun daripada perempuan yang cantik sekalipun.

Setahun delapan bulan sudah mengenalnya dalam riang masa muda yang tak tertahan, dalam malam langit di atas lesehan tikar penjual gudeg, lampu kota dan bangunan tua cantik yang kamu foto dengan kamera lomo kesayanganmu, sampai kamu yang meminjam bahuku hanya sekedar bercerita sedihmu.

Kamu Alaya, tahukah kamu jika saya mencintaimu, dengan sumpah saya pada Bapak saya untuk menghormatimu setinggi-tingginya, bukan hanya karena kamu wanita, namun kamu yang menyimpan sebelah hati saya.

Kamu Alaya, baik-baik ya disana, jangan cemas saya punya sahabat-sahabat yang selalu menghibur saya. Aaah, sampai hari ini pun saya merasa kamu tetap mencemaskan saya, hidup dengan satu ginjal memang berat tapi saya berani bersumpah atas nama pemegang langit, jika saya bahagia sekali bagian diri saya ada ditempat kamu, kamu yang memiliki pasangannya. Seandainya kamu memintanya dari dahulu, semuanya ini tidak akan terjadi…

Maaf ya Al, bahkan demi waktu yang sudah berjalan, saya masih menangis jika saya berlutut di depan pusaramu ini.

Tahun baru tinggal menghitung hari, artinya kamu ulang tahun lagi. Nanti saya kesini ya, kamu mau saya melakukan apa? 

Oh ya Al, disana kamu bisa baca blog saya gak?


-Ara-



Diambil dari blog seorang teman yang sayangnya hanya sempat menuliskan dua postingan. Blog dapat dilihat disini.

Kamis, 22 April 2010

Kincir Angin: Dulu dan Sekarang


Sebagian orang mungkin mengingat Belanda sebagai bangsa yang dulu pernah menjajah Indonesia (pelajaran sejarah tingkat SD masih melekat dengan sempurna ternyata). Tetapi, jika seseorang menyebutkan kata Belanda kepada saya maka yang muncul di kepala ini adalah sebuah imaji akan negeri cantik dan berbudaya, lengkap dengan ribuan kincir angin di segala penjuru, kanal-kanal yang membelah jalan kota, dilengkapi bunga tulip yang merekah (yep, sejak kecil saya memang sudah melankolis). Berbagai universitas dengan mutu kelas dunia yang berdomisili di Belanda semakin mengukuhkan negara ini sebagai negara yang tidak hanya kaya dari segi budaya, tapi juga cerdas di dunia pendidikan.
Ada alasan tersendiri mengapa Belanda identik dengan kincir angin. Dengan letak daratan di bawah permukaan laut maka saat itu Belanda hanya memiliki sedikit daratan kering. Air memang merupakan musuh utama Belanda. Untuk mengatasi hal ini, digunakanlah kincir angin yang dapat memompa air dari dataran rendah untuk kemudian disalurkan ke sungai atau kanal yang terletak di dataran lebih tinggi. Hasilnya? Masalah air tidak hanya teratasi, tapi Belanda juga berhasil memperluas wilayah negaranya melalui teknologi sederhana ini.

Penggunaan kincir angin terus berkembang sesuai dengan pertambahan kebutuhan penduduk. Tidak hanya untuk mengeringkan lahan, kincir juga digunakan untuk menggiling hasil panen, irigasi, menggergaji, mengasah kayu, memproduksi kertas, bahkan untuk mengeluarkan minyak dari biji. Perkembangan fungsi kincir ini tentu saja sangat membantu pekerjaan masyarakat, maka tak heran jika populasi kincir membludak mencapai angka 10.000 kincir pada saat itu.

Kincir angin tradisional. Gambar diambil dari sini.

Revormasi industri dengan penemuan mesin uap oleh James Watt mau tidak mau mempengaruhi perkembangan kincir angin di Belanda. Pengeringan lahan menjadi lebih cepat dengan teknologi ini. Penyaluran air menggunakan pemompa air bertenaga mesin uap juga semakin diminati masyarakat. Kincir angin semakin ditinggalkan dan beberapa berubah fungsi menjadi pabrik bermesin uap. Banyak kincir yang tidak berfungsi dan akhirnya dihancurkan sehingga hanya tersisa tidak lebih dari 2500 kincir di akhir abad ke-19.

Belanda, sebagai negara berbudaya yang menghargai sejarah negerinya, tentu saja tidak berdiam diri melihat kondisi tersebut. Beberapa warga yang tergabung dalam asosiasi preservasi kincir angin di tahun 1923 memperjuangkan kelestarian kincir angin dan di tahun 1997 kincir angin berhasil masuk dalam daftar benda bersejarah yang dilindungi Unesco. 

Barisan kincir di Kinderdijk

Walau kincir-kincir ini tidak lagi digunakan seperti masa jayanya dulu, namun mereka memiliki potensi wisata yang bernilai jual tinggi. Saat ini, hanya tersisa 1000 kincir angin di Belanda dan 19 diantaranya berada di Kinderdijk. Setiap tahunnya 90 ribuan wisatawan asing berkunjung ke Kinderdijk untuk menyaksikan kincir angin. Hal ini tentunya semakin mengukuhkan citra Belanda sebagai negeri kincir angin di mata dunia.

Krisis energi yang melanda dunia ternyata menjadi momentum kebangkitan kembali kincir angin. Seperti yang disadari bersama, sumber cadangan minyak dan gas dunia semakin menipis, belum lagi pemanasan global akibat efek emisi karbon membuat bumi ini semakin sekarat. Untuk mengatasi keadaan ini, dicarilah energi alternatif yang terbarukan dan ramah lingkungan. Bagi penduduk Belanda, jawaban akan krisis energi adalah memfungsikan kembali kincir-kincir angin mereka dengan teknologi yang lebih modern namun tetap ramah lingkungan.

Kincir angin modern tidak hanya memenuhi kebutuhan energi mekanis, tetapi telah menjadi sumber energi listrik. Berbeda dengan kincir tradisional, bentuk kincir modern hampir menyerupai sebatang sedotan yang dilengkapi tiga baling-baling baja dan generator untuk mengkonversi tenaga angin menjadi tenaga listrik. Jenis kincir modern ini disebut juga sebagai turbin angin.

Turbin angin

Saat ini, inovasi turbin angin terus berkembang menjadi ladang turbin angin lepas pantai. Wind farm lepas pantai dinilai lebih menguntungkan karena kecepatan angin rata-rata lebih tinggi dibanding ladang angin di daratan, tidak menyita lahan yang cukup luas di darat, dan masyarakat tidak perlu khawatir dengan polusi suara yang dapat ditimbulkan. Turbin angin kini menjadi teknologi yang paling cepat perkembangannya di dunia. Kapasitas instalasi global berkembang dari 2500 megawatt (MW) menjadi 40.000 MW. Hampir tiga perempat kapasitas instalasi energi angin kini berada di Eropa. Sekarang energi ini telah memenuhi kebutuhan listrik 35 juta rumah tangga Eropa.

Belanda memang menghadapi masalah berkepanjangan dengan air. Jika dulu air menggenangi 70% daratan Belanda, sekarang negara ini kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Di tahun 1850, angka kematian akibat penyakit yang disebabkan kurangnya ketersediaan air bersih (thypoid dan kolera) sangat tinggi. Seiring dibangunnya pengelolaan air bersih, angka kematian tersebut menurun. Hanya saja ketersediaan air tanah di Belanda tidak cukup untuk memebuhi kebutuhan seluruh masyarakatnya.

Beruntunglah Belanda memiliki universitas teknik ternama, TU Delft, yang menciptakan kincir untuk mendestilasi air laut menjadi air yang layak minum. Dengan rangkaian osmosis sederhana, ditambah bantuan angin dan listrik dari kincir, maka setiap rumah di Belanda dapat memasang sendiri kincir ini di halaman rumah mereka dan tidak perlu khawatir kekurangan pasokan air bersih.
 Konsep sederhana dari kincir angin untuk destilasi air laut TU Delft. Gambar diambil disini.

Belanda juga pasti bangga memiliki perusahaan sebrilian Dutch Rainmaker. Perusahaan ini memang mendedikasikan dirinya untuk mencari konsep baru untuk memproduksi air bersih. Baru-baru ini, Dutch Rainmaker membuat terobosan baru: kincir angin sebagai teknologi yang mengubah udara menjadi air minum. Disini turbin angin secara langsung menggerakkan sistem kompresor berpendingin. Udara yang masuk didinginkan di dalam sistem tersebut hingga air dalam udara terkondensasi. Air hasil kondensasi kemudian dikumpulkan dan dapat digunakan sebagai air minum. Udara selalu mengantung sejumlah air sehingga teknologi ini dapat digunakan di seluruh belahan dunia yang menghadapi kirisi air seperti yang dialami Belanda.


Bagaimana dengan Indonesia? Mungkin sedikit terlambat untuk mengadaptasi teknologi kincir angin sekarang. Di saat Belanda sudah berlari dengan turbin anginnya, kita masih merangkak menyusun rencana pembuatan kincir angin di sepanjang wilayah pantai Surabaya. Negara ini baru memikirkan sejumlah inovasi energi terbarukan ketika bumi makin sekarat. Selama ini kita memang terlena dengan sumber daya alam yang melimpah tanpa pernah memikirkan cara melestarikannya dan apa yang harus dilakukan ketika sumber daya tersebut habis. Tidak pernah terlintas pemikiran untuk menggunakan inovasi energi terbarukan sebagai tenaga cadangan di masa mendatang.

Indonesia bisa, sangat bisa untuk mengadaptasi teknologi kincir. Beberapa proposal dari daerah juga sudah dibuat dan dipublikasikan. Namun entah mengapa hanya sedikit yang terealisasi sisanya hanya berupa wacana. Satu contoh penggunaan teknologi kincir di Indonesia dapat dilihat di Desa Joho, Nganjuk, Jawa Timur. Air minum merupakan benda langka di desa ini, untuk mendapatkannya penduduk harus menuruni tebing sejauh 2 KM lebih. Desa Joho memang terletak di lereng pegunungan sementara sumber air cenderung berada di daratan yang lebih rendah. Awalnya air diperoleh menggunakan sumur bor, kemudian tenaga  angin yang tertangkap baling-baling kincir berfungsi untuk menggerakkan piston pengungkit pompa air. Air kemudian ditampung di hidran umum dan disalurkan ke masyarakat menggunakan pipa jaringan.

Memang teknologi yang digunakan masih sederhana, air yang diperoleh juga hanya dapat memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Desa Joho. Tetapi, bukankah tujuan utama Belanda menggunakan Kincir adalah untuk mengeringkan lahan mereka, dan di kemudian hari kebutuhan tersebut bertambah disertai dengan pengembangan teknologi kincir angin. Mungkin langkah kecil yang dilakukan masyarakat Desa Joho dapat menginspirasi masyarakat lain dan pemerintah untuk terus mengembangkan teknologi ini. Tidak apa berjalan perlahan dan tertatih-tatih, yang penting kita tetap berupaya untuk mencari inovasi sumber energi untuk kelangsungan hidup bersama dan untuk menjaga kelestarian bumi ini.

Pustaka:

Sabtu, 17 April 2010

Menang Itu Bonus


Jumat malam di chat room Yahoo Messenger ditemani siaran langsung Indonesian Idol.

Saya: Congratz ya keterima d Melbourne univ. Ikut seneng dengernya. tapi jadi sedih pas baca km bakal berangkat akhir mei ini. Well, all the best for you. Saya cuma bisa bantu doa.

Teman: Iyah makasih cha

Saya: Idol?

Teman: Oh iya, malem ini yah? 
Ica udah belom?

Saya: Huuu...ica mulu.

Teman: Hehe...abis suaranya bagus.

Pengen banget ikut ini.
Tapi takuuuuuttt. 

Teman: Ikut aja lagi.

Saya: Takut.

Teman: ikut juga toh gak didenda kan kalo gak menang?

Saya: Takuuuutt...
Soalnya itu akan menjadi tolak ukur pribadi

Teman: Oh Ok, selamat takut :)

Saya: Pengen nangis rasanya.
Kesel sama diri sendiri.
Padahal tangan gw udah gatel bgt pengen nulis.
Tapi selalu jiper saat baca tulisan peserta laen.

Teman: Write ur own.
Kenapa tulisan orang lain yang jadi acuan.
Every body has their own style.
And to me, ur writing is easy to read and fun to read.

Saya: Sampe sekarang belum dapet ide segar untuk ikutan kompetisi itu.
Otak gw rasanya mentok.
Makanya gw kesel.
Buntu banget.
Rasanya gw bego banget sampe sekarang belum nemu tema besarnya.

Teman: Jangan paksa nulis kalo emang lagi gak mood.
U have time.
Take time to think.

(Jeda sejenak, saya tidak tahu harus berkata apa).

Teman: dont let others intimidate you

Saya: They are already intimidate me

(Jeda lagi, saya bingung harus berkata apa lagi untuk menjelaskan keadaan saya).

Saya: Temen kuliah gw ada yg ikutan juga.
Postingannya full in English.
Jipeeeeeeeeerrrrrrrr.....

Teman: Hehe...kalo mikir kaya gitu ya gak usah daftar aja.
Kalo seseorang udah takut duluan, gua yakin orang itu gak akan menang.
I would prefer a stupid person who give a shot
than a smart person but do nothing
banyak yang nanya ke gw Cha
"Kok bisa dapet beasiswa sih"
gw cuma punya satu jawaban: karena gw daftar
sama
coba deh tanya pemenangnya: dulu pernah jiper ga??
pasti mereka bilang iya
cuman masalahnya: mereka tidak menjadikan jiper itu sebagai alasan untuk tidak mendaftar.

(Hegh...saya merasa tertohok dengan semua kata-kata yang bermunculan di chat room dan mau tidak mau menjadi panas dan tertantang untuk membuktikan kepada orang yang berada di ruang chat room yang sama ini kalau saya bisa).

Saya: Uufff...
Baiklaaaahhh...
Gw akan ikut KompetiBlog 2010

Teman: Good....
First step is done *yessssssssssss*

Saya: Untuk membuktikan kepada **** bahwa saya bukan seorang pengecut

Teman: nope to me dear
but to yourself.

(Ya, untuk saya dan untuk membuktikan sama kamu juga kalau saya bisa.......)

Saya: bahwa gw punya keberanian untuk mengejar mimpi2 gw

Teman: yeah
You rock
maksudnya rossa pake rok

Saya: hahahaha....

Teman: gitu dong
jangan down duluan.

Saya: gw yakiiiiiiiiiiiinnnnnnnn...
gw bisa bikin tulisan yang bagus
menang itu bonus
yang penting gw udah menantang diri gw sendiri untuk maju lebih jauh

Teman: u learn from experience
gw jiper cha pas tau siapa aja yang dipanggil untuk wawancara beasiswa ini

Saya: but u did it

Teman: yup
coz I dont wanna that feeling block my way
I start to think that I am not an ordinary person 
I am an extra ordinary one
(but not in arrogant way yah)
I know I have something that distinguish me from anybody else

Saya: did I already wrote bout ur extra ordinary in my post?
I know u are an extraordinary one.

k_matari9 offline.


Dan sebelum beranjak tidur setelah menonton Idol (mungkin lebih tepat mendengar idol, karena saya tidak melepaskan tatapan ini sedikitpun dari layar laptop), saya pun mendaftarkan diri untuk ikut kompetisi ini. Menang itu bonus, yang penting saya berani untuk menerima tantangan, dan belajar lebih banyak lagi dari setiap hal yang akan terjadi dari tantangan yang telah kita ambil.

PS: semoga percakapan ini dapat menginspirasi kalian yang mengalami hal yang sama seperti saya. 
Just give it a shot, like he (and I) say :) 

Untuk kamu: terimakasih atas 'pencerahan' dan semangat yang langsung menular seketika ;)

Rabu, 14 April 2010

"Harta Karun" di Meja Kerja

Saat pindahan ke kantor baru kemarin, saya baru sadar kalau selama ini laci kantor penuh dengan berbagai barang. Selain itu meja kerja saya dikenal sebagai meja yang paling penuh dengan berbagai pernak-pernik, jadi saat pindahan kemarin saya lumayan ribet dan kewalahan juga membereskan semuanya. Inilah beberapa "harta karun" yang berhasil saya amankan.

Printer yang dihuni berbagai boneka dan pajangan lain. Boneka beruang kado valentine's day, Hamtaro yang tiba-tiba mampir ke meja saya dan bergabung sama dengan yang lain, koala oleh-oleh dari Aussie, sinterklas dari hiasan cake cokelat pas natalan kemaren, gajah untuk ngingetin saya akan rencana travel berikutnya, dan beberapa hiasan bunga yang dikirim seorang teman. 
Printer saya tergolong printer yang rewel dan sering ngadat, jadi saat dia mulai kumat semua benda di atasnya harus diturunkan, benerin printernya, terus ditata lagi. Berhubung saya ngga bisa benerin printer, jadi temen-temen cowo satu kantor pasti ngedumel kalau printer saya mulai bermasalah. "Doh, banyak banget sih pernak-perniknya, bikin susah nih" keluh mereka.

Buku swift code (kode bank) di seluruh dunia, mulai dari Afrika sampai Zimbabwe ada disini. Holly book untuk saya yang harus mengerjakan pengiriman valas ke luar negeri.

Disket? Percayalah, saya masih menggunakan benda yang satu ini. Yep, saya hidup di taun 2010 tapi masih kerja menggunakan disket plus ditemani lagu The Beatles.


Beberapa slip setoran, cek, dan giro yang belum sempat dimasukkan ke dalam rekap harian (huuff...jangan sampe kena audit).
Lotion, leave-on conditioner, perfume, kayaknya semua perempuan nyimpen ini di lacinya :)

Dan sepertinya juga rol rambut perlu ada di laci kantor :p



Cemilan dan berbagai minuman seduh. Mulai dari teh, susu, kopi, sampai jahe wangi (trust me, kantor saya itu dingin banget!!!).



Beberapa buku bacaan super tebel dan perlu waktu lama untuk membacanya (kerjaan saya baru berdatangan di atas jam 11 siang, jadi membaca merupakan salah satu alat pembunuh waktu yang sangat ampuh).

Billing statement kartu kredit, rekening koran tabungan pribadi, dan slip gaji. Membayangkan mama membaca total tagihan kartu kredit dan melihat kemana saja larinya penghasilan bulanan saya rasanya sudah cukup menyeramkan. Jadi semua amplop ini lebih aman saya tumpuk di laci kantor sepertinya :p



Saya sempat menyimpan sebuah boneka di kantor, namun ukurannya yang terlampau besar dan sering digunakan teman-teman untuk melampiaskan amarah mereka akan pekerjaan yang menumpuk, maka dia saya bawa pulang ke rumah saja.

Voila...inilah hasilnya dalam satu kardus (eerr...sebenernya ngga cukup satu kardus sih) dan siap berangkat ke kantor baru :))

Meja kerja saya di kantor lama

Dan ini meja kerja saya di kantor baru :D

Ayooo semangat kerja :)


PS: Saya baru ganti template blog nih, menurut kalian gimana? (need ur suggestion so bad).

Minggu, 11 April 2010

So They Called It a Lifestyle?

Saya benci rokok dan segala hal yang berhubungan dengannya, mulai dari asap rokok, abu rokok, bau rokok, dan orang yang merokok. Saya cukup strict dengan perokok apalagi jika mereka merokok di tempat umum. Saya tak segan untuk menegur walau akhirnya saya malah diomelin atau dicibir. Biarlah, yang penting saya sudah memperjuangkan hak untuk mendapatkan udara bersih dan menolak menjadi perokok pasif. Thanks God, lingkungan saya memang mendukung saya untuk berjauhan dengan benda yang satu ini. Anggota keluarga saya tidak ada yang merokok, begitu pula dengan teman-teman dekat.


Tidak aneh lagi jika kaum hawa ikut menikmati rokok, beberapa teman kuliah melakukannya walau dengan konsekuensi harus dicibir diam-diam oleh teman lain, apalagi kampus saya cukup ketat dengan peraturan merokok. Tapi di dunia kerja, semua serba berkebalikan, semua orang bebas untuk merokok tanpa melihat gender. Pertama kali saya mengalaminya saat makan siang dengan seorang teman, dengan santainya dia mengeluarkan rokok, menyalakan, menghisap, dan menghembuskan asapnya ke seluruh penjuru ruangan. Tebak kelanjutan dari cerita ini: dia menawarkan rokok tersebut kepada saya. Seumur hidup saya belum pernah ditawari orang lain untuk merokok. Dengan senyum dipaksakan saya menolaknya, dia seperti baru tersadar dan bertanya "Eh, lo ngerokok nga sih Ros?". Hebatnya lagi, saya tidak cukup bernyali untuk berkata dengan tegas "Tidak, saya tidak merokok!", saya hanya tersenyum semanis mungkin.

Saya pernah berkenalan dengan seorang single mother yang usianya terpaut 5 tahun di atas saya saat interview kerja, dia menawarkan tumpangan di mobilnya untuk pergi makan siang. Selagi kami mengobrol dia meminta izin (plus menawarkan) saya untuk merokok, lagi-lagi saya hanya bisa berkata "Lagi puasa ngerokok". After hour bersama teman kerja juga merupakan cobaan tersendiri untuk saya, mereka selalu memilih smoking area yang dari luar saja sudah terlihat putih karena terlalu banyak asap di dalamnya. Saya harus bersusah payah bernapas diantara kepulan asap plus menahan mata yang perihnya bukan main, tapi saya tetap bersandiwara seakan-akan itu adalah hal biasa dan saya tidak keberatan dengan hal tersebut.

Puncaknya adalah ketika saya dekat dengan seseorang. Dia perokok berat dan saya mentolerir semua kebiasaannya. Bahkan saya ingin menyelami lebih dalam dunia rokok. Ada rasa penasaran yang timbul dari diri ini, mengapa dia sangat mencintai rokok dan tidak dapat meninggalkannya barang sejenak.

Jujur, dengan lingkungan kerja yang baru ini, saya selalu tergelitik untuk mencoba merokok. Penasaran dengan sensasi merokok, dan yang paling parah saya mulai menganggap perempuan yang merokok itu keren. Ah Jakarta, kenapa saya harus melihat dan mengalami semua ini, sepertinya iman saya tidak cukup kuat untuk melawan semua godaan dunia hedonismu. Tidak hanya sekali atau dua kali saya meminta rokok saat bersama dengan teman yang sedang merokok, tapi tak pernah memiliki cukup keberanian untuk mencobanya.

Feeling cool with the cigar Rob?

Kenapa seseorang harus mengorbankan nyawanya dengan sebuah benda bernama rokok. Tidak ada untungnya bermain-main dengan benda yang satu ini. Itulah pemikiran saya yang dahulu dan membuat saya sedemikian benci dengan rokok. Namun, lingkungan yang sekarang membuat saya tidak berdaya. Saya tidak lagi mampu dan berani untuk menegur orang yang merokok di depan saya. Saya takut jika teman-teman mengetahui bahwa saya bukan seorang perokok maka mereka akan meninggalkan saya. Rasanya seperti kehilangan jati diri. 

Rokok dipandang sebagai bagian dari gaya hidup untuk dapat diterima dalam sebuah lingkungan.

So they called it a lifestyle?

So I called it a lifestyle?

Bukan, itu bukan lifestyle. Itu adalah jalan pintas untuk melupakan semua masalahmu, jalan pintas untuk terlihat keren di mata teman-temanmu, dan jalan pintas menuju kematianmu sendiri. Saya sempat tersesat dan mengatakan rokok sebagai bagian dari gaya hidup, juga ingin menjadi bagian dari gaya hidup tersebut. Namun, apalah gunanya disebut keren jika harus mengorbankan diri sendiri? Tak apa mereka menyebut saya kuno, tapi saya bangga dengan diri sendiri yang sampai saat ini belum pernah mencemari jantung dan paru-paru sendiri dengan rokok.

Rabu, 07 April 2010

Pohon Hujan

Di siang terik karena cuaca kota hujan ini semakin hangat
Kita berjalan bersama di bawah keteduhan pohon yang menaungi kampus
Saling bercerita dan berbagi kisah hidup masing-masing
Tertawa berderai, menikmati waktu yang dapat kita habiskan berdua
Hanya berdua

Lalu angin pun berhembus...
Meniup dedaunan sang pohon
Tiba-tiba aku terhenyak
Menyaksikan lukisan alam yang terhampar di hadapan mata

Pohon itu
Dengan daunnya yang panjang, tajam, ramping dan menghujam bumi
Menari mesra bersama sang angin
Meliuk indah mengikuti alunan angin
Dan seolah menciptakan hujan deras yang tidak pernah sampai ke bumi
Karena titik hujan tersebut tertambat di batang sang pohon

Aku terpana...
Terlonjak gembira melihat pemandangan itu
Tertawa lepas dan berkata
"Pohon ini terlihat seperti pohon hujan dari mata minusku
Mulai sekarang pohon ini jadi pohon kesayanganku"
Dan aku pun menatap kamu tepat di bola mata
Memberikan sebentuk senyum paling cantik dari wajah ini

Kamu hanya membalas senyumku
Mencoba memahami jalan pikiranku
Mencerna semua ocehanku dalam kepalamu
Dan kamu menggandeng tanganku
Melewati kampus hijau ini
Dan melalui keriaan masa muda kita berdua














Ahh kenangan....
Haruskah saya menghapusnya dari ingatan ini

Untuk melupakan kamu.

Senin, 05 April 2010

Silver Anniversary

Dearest mom and dad
Happy silver anniversary wedding
5 March 1985 - 5 March 2010


25 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk dilewati
Pasti banyak canda, tawa, amarah dan air mata sepanjang perjalanan kalian
Tapi kalian berhasil melewati semua rintangan hidup berdua

Bagaimana kami, anak-anakmu ini dapat mengungkapkan
Betapa kami bangga memiliki orangtua seperti kalian
Yang selalu mendukung semua keinginan kami
Memberikan kepercayaan penuh untuk semua keputusan yang kami ambil

Bagi kami, kalian adalah orangtua paling hebat di dunia ini
Tak akan pernah cukup rasanya ucapan sayang, terimakasih dan maaf
Kami sayang kalian
Terimakasih untuk semua yang telah kalian berikan selama 25 tahun ini
Dan maafkanlah kami yang belum bisa melakukan hal-hal besar untuk membalas semua itu

Tapi kalian tidak pernah menuntut itu semua
Kalian selalu bangga dengan semua yang telah kami raih
Bagi kalian, itu adalah kado yang tidak ternilai harganya

Tunggulah...
Sabarlah...
Kami akan terus melakukan semua hal yang akan membuat kalian bangga
Untuk menunjukkan kepada kalian, betapa kami sangat menyanyangi kalian berdua


Selamat ulang tahun pernikahan