Kamis, 11 November 2010

Mencicipi Animasi Ala Eropa

Satu hal yang selalu saya lakukan sebelum menonton film dalam sebuah film festival: lihat trailernya di YouTube. Biasanya festival film hanya mencantumkan jadwal, venue, dan sinopsis film, minus trailer. Jangan hanya mengandalkan sinopsis yang menarik karena tak jarang cara penerjemahan cerita dalam bentuk audio-visual  membuat film tersebut tidak semenarik sinopsis ceritanya. Alur cerita, akting pemain, cara bertutur cerita, sampai ilustrasi musik dapat dilihat lewat sebuah trailer film.

Perlu diingat juga, sinopsis film yang tidak menarik bukan berarti film tersebut membosankan. Synopsis do the crime :) Tidak jarang sinopsis yang kurang menarik dan tidak dijagokan dalam festival film justru memiliki cara bertutur yang sangat cantik. Ada kepuasan tersendiri jika menemukan film seperti ini dalam sebuah festival film, saya tidak hanya berkesempatan menonton film berkualitas yang tidak mungkin diputar di bioskop Indonesia, jumlah peminat film ini juga lebih sedikit dibanding film andalan jadi tidak perlu takut kehabisan tiket.

Festival film tentunya membawa beragam film dari berbagai belahan dunia dan setiap film memiliki cara bertutur khas sesuai negaranya masing-masing. Bagi saya yang selalu dicekoki cara bertutur drama tiga babak khas Hollywood (perkenalan tokoh utama – klimaks – penyelesaian) tentu butuh usaha ekstra untuk mencerna pesan yang ingin disampaikan lewat film non-Hollywood. Disni trailer film berperan besar agar saya dapat mempersiapkan diri untuk mencerna film akan ditonton plus menghindari film ‘berat’ yang berimbas kepada migrain mendadak.

The Secret of Kells adalah salah satu film yang saya ‘temukan’ dengan bantuan trailer di YouTube. Sinopsis yang ditulis dalam buku program sama sekali tidak memancing rasa tertarik, belum lagi The Secret of Kells masuk dalam kategori animasi, ‘Aihh... Anak kecil sekali’ pikir saya. Film ini langsung keluar dari ‘daftar film wajib nonton’ yang saya buat. Namun setelah melihat ini:


The Secret of Kells berhasil mencuri hati saya dan segera menduduki peringkat 1 ‘daftar film wajib nonton’.

Bercerita tentang Brendan, seorang calon biarawan berusia 12 tahun. Brendan tinggal dengan pamannya Abbot Cellach yang sibuk membangun tembok pertahanan untuk melindungi biara Kells dari serangan bangsa viking. Sebagaimana anak seusianya, Brendan selalu tertarik dengan hal-hal baru dan penasaran dengan semua yang terjadi di luar tembok biara. Brendan lebih suka bermain dalam scriptorium (studio tempat menulis naskah) bersama para scriptoria (penulis naskah) dibanding membantu pamannya.

Suatu hari datang Brother Aidan membawa Books of Iona yang belum rampung ke Kells. Pulau Iona sudah musnah karena serangan bangsa viking dan Brother Aidan hanya membawa Books of Iona sebagai satu-satunya harta berharga dari pulau tersebut. Konon buku ini dapat menyelamatkan sebuah peradaban. Melihat rasa ingin tahu Brendan yang demikian besar, Brother Aidan menunjukkan Brendan keindahan seni dan mendorong Brendan untuk berani mengeksplorasi dunia di luar tembok pertahanan; sebuah hutan misterius dengan berbagai mahkluk gaibnya. Ditemani Pangur Ban kucing kesayangan Brother Aidan, Brendan menjelajahi hutan dan bertemu seorang peri hutan bernama Aisling.


Aisling: 'And this is my forest'. (I L.O.V.E the scene)


Aisling song yang mengubah Pangur Ban menjadi sesosok roh untuk dapat menyelamatkan Brendan.

Umh, ceritanya terlihat begitu simpel dan ringan. Tetapi saya tidak mendapat 'hubungan' antara serangan bangsa Viking, sebuah buku, dan arti menyelamatkan peradaban. Saya kira ketika Brendan berhasil menyelesaikan Book of Kells maka buku tersebut memiliki kekuatan untuk mengalahkan bangsa Viking sehingga biara Kells tetap aman terlindungi. Ergh, sangat terlihat bahwa saya terlalu banyak mengkonsumsi animasi Jepang dan Hollywood.

Setelah browsing ke beberapa tempat, saya makin kagum dengan animasi ini. Siapa sangka ternyata The Book of Kells dibuat berdasarkan sejarah Irlandia di abad ke sembilan. Pada masa itu kerajaan Romawi hancur dan memasuki masa kegelapan (dark ages) dimana tingkat kriminalitas meningkat, pemerintahan dan hukum berhenti, masyarakat buta huruf dan buta akan ilmu pengetahuan. Di masa kegelapan ini agama memiliki peranan penting, biara menjadi pusat ilmu pengetahuan dan teknologi.
 
The Secret of Kells memberi gambaran betapa masyarakat di era kegelapan lebih memilih untuk mempertahankan diri dari belitan ekonomi dan kejahatan. Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang mewah dan hanya dimiliki oleh segelintir orang. Inilah mengapa Abbot Cellach lebih memilih bekerja keras membangun tembok demi melindungi biara dan masyarakatnya. Books of Kells merupakan simbol ilmu pengetahuan dan Brendan terus berjuang menyelesaikan buku tersebut agar ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya dapat terus disebarkan ke semua orang. Karena sesungguhnya, ilmu pengetahuan yang dapat menyelamatkan dan mengembangkan sebuah peradaban.

Tidak banyak yang tahu kalau The Secret of Kells berhasil masuk dalam nominasi Best Animated Feature Film Academy Award 2010. Apa yang membedakan The Secret Of Kells dengan animasi sejenis? Jika animasi Jepang memiliki kekhasan dengan tokoh kartun bermata besar dan animasi Hollywood menggambarkan tokoh laki-laki dengan sosok oh-so-superhero dan tokoh perempuan oh-so-supermodel, maka animasi Eropa tampil seperti lukisan yang dijadikan sebuah gambar bergerak. Setiap adegan dipenuhi ilustrasi menakjubkan yang berdiri sendiri-sendiri, walau demikian terdapat kesamaan makna sehingga tidak terjadi benturan antara gambar inti dan dekorasi ilustrasi.







The Secret of Kells tidak hanya memanjakan mata saat melihatnya; setiap ilustrasi rasanya dibuat dengan imajinasi bebas tanpa batas, namun The Secret of Kells juga membawa pesan pentingnya ilmu pengetahuan tanpa terasa menggurui. Seperti kata Aisling 'I have seen the book. The book that turned darkness into light'.

Referensi:
http://hanifah-azzahra.blogspot.com/2009/04/sejarah-desain-naskah-abad-pertengahan.html
http://www.flickmagazine.net/review/305-the-secret-of-kells.html

22 komentar:

  1. Cha, coba nonton Amime Jepang deh... Kalo suka kartun beberapa anime jepang tuh keren

    Saya suka nonton Totoro, suka banget malah. Box Office tuh di Jepang

    BalasHapus
  2. wahh, tipe kartunnya agak beda yah.. biasanya sih saya kalo nonton kayak gini sering bosen. cuma belum tau kalo film yg 1 ini gmn nanti. hampir lupa kalo ada festival film eropa. lupa masukin agenda.

    BalasHapus
  3. satu orang lagi kena pengaruh, gue. ghehehe. hmm, ntar liat ah.

    BalasHapus
  4. Keren tuh kayaknya... Gw suka banget ama yg berbau animasi & fantasy2 gitu. Apalg kalo crt nya dr jaman2 dulu gitu. Btw, klo cari dvd film2 festival gitu dmn ya? Gw ada bbrp juga yg pgn gw tonton susah nyarinya -_-"

    BalasHapus
  5. gambarnya lucu banget ya
    beda sama buatan holywood gitu

    ah Ocha nih
    sukses bikin aku ngiler juga nonton film ini
    harus cari nih

    BalasHapus
  6. Tante Ocha, filmnya sama Dija, lebih lucu mana?
    hihihihihi....

    BalasHapus
  7. Kok aku jadi tergelitik utk nonton ya..? Hehehe

    BTW, mampir ya ke postinganku yg berjudul Sama tapi Beda... :)

    BalasHapus
  8. AKu suka gambar kartunnya.. Beneran.
    Aku kurang suka dg kartun2 Jepang yg bermata besar itu soalnya.

    BalasHapus
  9. kartunnya unik
    tapi nggak kalah sama anime jepang..

    ^^

    BalasHapus
  10. eh di Inafff ada animasi jepang yang bagus loh
    anw bakal ada fest film animasi tuh

    BalasHapus
  11. Wahh Rossa, film animasi suka jg ya! Hihi.. Saya pengagum film animasi apalagi kalau tokoh2 di film animasi itu memiliki karakter yg "aneh2". Semakin aneh gambaran tokoh tsb, saya semakin jatuh cinta! :))

    Film animasi eropa menurutku jg unik2 baik dr segi ilustrasi maupun ceritanya ya! :D

    BalasHapus
  12. Saya jadi tertarik nih, mau beli dvd-nya saja deh dan menonton bersama keponakan2. Terima kasih banyak untuk informasinya ^^

    BalasHapus
  13. Animasi memang harusnya punya plot yang menarik. Kalau ngga males nontonnya. Nice posting.

    BalasHapus
  14. wah, kudu dicoba neh nonton film animasi eropa...

    BalasHapus
  15. sayang nya ngga bisa kopi darat pas ke indo bulan kemarin. buka blog sendiri lama loading nya. jadi nya ngga di buka. baru buka sekarang2 ini pas udh sampe hahhaha

    BalasHapus
  16. interesting post!
    ternyata yg pandai membuat animasi nggak cuma orang jepang ya ..:)

    BalasHapus
  17. waaa..keren bgt animasinya. ada ga yah yg jual dvdnya..hihi.. ^^

    BalasHapus
  18. emm tapi aku ga suka film animasi mbak :(

    diluar aku suka apa ga, aku tetep terpukau sama cara mbak rosa mereview film ini, gud job mbak :)

    BalasHapus
  19. Benar banget. Kita jangan percaya 100% dengan sinopsis pakar tentang jalan cerita suatu film. Apa yang menurut mereka jelek belum tentu bagi kita. Jadi jangan terpengaruh

    BalasHapus
  20. Kell. Kellvala. Hmm. saya jadi inget pernah baca komentar JRR Tolkien di salah satu biografinya. Beliau bilang kalo lord of the ring yang ia ciptakan, sangat terinspirasi oleh cerita rakyat dari Kell (Kellvala).

    Mungkin film secret of Kells ini ada benang merahnya kearah sana ya? (^_^)

    saya suka banget sama yang namanya folklore. thanks resensinya ya. mau nyari filmnya dulu ah. artistiknya menarik bgt.
    d(^_^)b JEMPOL.

    BalasHapus
  21. aku msh lbh suka anime jepang, seperti menukai komiknya :P

    BalasHapus
  22. hahahaha
    mungkin karena dari kecil terbiasa nonton anime jepang..jadi film2 kartun eropa gambarnya jadi terasa aneh

    BalasHapus