Kamis, 21 Oktober 2010

Biggest Flashmob in Indonesia

Saya mau share salah satu event yang diadain di Jakarta tanggal 10.10.10 kemaren nih. Beberapa mungkin sudah melihat official video Mizone Flashmob di Youtube atau TV (ssstt...saya ke-capture loh), tapi mungkin beberapa belum ngeh benar dengan istilah flashmob dan bagaimana persiapan di balik flashmob itu sendiri.

Flashmob sendiri mengacu pada sejumlah orang dalam skala besar yang melakukan sebuah kegiatan secara tiba-tiba dalam waktu singkat di tempat umum, kemudian bubar seolah tidak terjadi apa-apa. Kegiatan yang dilakukan bisa menari bersama, menyanyi rame-rame, atau tiba-tiba membeku selama beberapa menit. Acara ini lumayan happening di seluruh kota besar dunia. Salah satu yang paling besar adalah flashmob yang dilakukan Black Eyed Peas dalam rangka ulang tahun Opray Winfrey. Tidak kurang dari 20.000 orang ikut bergoyang diiringi lagu I Got A Feeling.



Siapa sih yang nggak mupeng pengen ikutan acara seperti itu. Indonesia memang pernah mengadakan beberapa kegiatan flashmob tapi belum ada dalam skala besar. FlashmobIndonesia.com akhirnya diluncurkan untuk menjawab keinginan ini. Dalam waktu 25 hari, flashmob Indonesia merancang dance flashmob terbesar di Indonesia. Saya sudah tahu event ini dari awal, tetapi baru memutuskan ikut mendaftar setelah melihat video tutorial diluncurkan. Ini sebagai tanda bagi saya kalau acara ini dirancang dengan serius.

Cara mengumpulkan massa dilakukan melalui jejaring sosial, mendatangi beberapa tempat nongkrong anak Jakarta, dan mengajak beberapa komunitas untuk turut serta. Informasi diberikan melalui newsletter sehingga acara ini dapat dirahasiakan dari publik. Video tutorial disebarkan lewat youtube dan setiap peserta diharapkan mempelajari setiap gerakannya, nggak lucu ah ikutan dance flashmob tapi nggak hapal gerakannya. Karena baru mendaftar 8 hari sebelum hari H, saya harus berlatih mengikuti gerakan di jam sepulang-kerja-sebelum-tidur. Sekitar jam 10 malam, saya jingkrak-jingkrak dalam kamar, kepentok berbagai perabotan karena ukuran kamar yang tidak memadai, dan akhirnya ngos-ngosan setengah mati setiap satu sesi gerakan berakhir (ergh, inilah akibat jarang olahraga).



Flashmob Indonesia juga mengadakan dua sesi rehearsal latihan bersama. Disini peserta dapat berlatih gerakan dance bersama ratusan peserta lain, mendapat info terbaru dari panitia, dan peserta dibagi dalam kelompok besar. Setiap kelompok terdiri dari 10 - 40 orang, kelompok A-J adalah kelompok sentral yang berisi dancer profesional, sedangkan kelompok paling bontot yang dimulai dengan huruf AA - Asekian termasuk golongan ABG labil yang tidak serius mengikuti acara dan menghapal gerakan. Saya dan ratusan peserta lain yang terjebak di kelompok K - Z adalah peserta yang mendaftar via web dengan tujuan utama ingin meramaikan flashmob terbesar di Indonesia ini.

 Rehearsal day 2 with Nenes.

 Sepatu olahraga yang akhirnya go public juga.

 
 Setiap kelompok masuk ke dalam tarian dalam gerakan yang berbeda.
 Masuk dalam tim U.

Another team U member :)

Sekedar info, flashmob ini disponsori oleh Mizone. Saya sudah menebaknya saat video tutorial diluncurkan dan memakai lagu tema Mizone. Sisi positifnya sudah pasti acara di-arrange lebih serius dan rapih. Yang menyebalkan mungkin karena kelompok sentral menempati barisan awal dan menari hampir separuh lagu, sedangkan kelompok bontot kesannya sebagai peserta yang diikutsertakan hanya untuk memenuhi kuota 1000 orang.


Video rehearsal hari kedua (Saya ada di bagian ujuuuuuung paling belakaaaaang.........).

Acara dilaksanakan tanggal 10.10.10 mengambil tempat di daerah bunderan HI. Karena tanggal sakral tersebut bertepatan dengan World Walk Day tidak mungkin flashmob diadakan tepat di bunderan HI, jadi lokasi dimundurkan ke depang gedung menara Eksim dan menara BCA. Hari minggu tanggal 10.10.10 bertepatan dengan car free day peserta diharuskan datang pukul 6 pagi subuh untuk briefing acara. Inilah cobaan terberat bagi saya. Masuk kantor yang jam 8 pagi saja saya harus berangkat setelah salat subuh, itu pun menggunakan bis langganan yang setia menjemput. Bagaimana saya bisa sampai ke bunderan HI jam 6 pagi subuh di car free day? Yah, terkadang taksi menjadi satu-satunya alternatif yang bisa diambil.

Dan inilah hasil dari perjuangan dan pengorbanan seluruh peserta flashmob Indonesia. Video berdurasi 4 menit yang menjadi video flashmob terbesar di Indonesia.


Kalau mau dipikir pakai akal sehat, mungkin tidak worth it sekali pengorbanan seluruh peserta demi video tersebut. Hanya berdurasi 4 menit dan kebanyakan hanya mengambil gambar barisan depan yang isinya dancer profesional (that's why barisan depan dancer semua, biar bagus dan ngga malu-maluin produk). Saya sendiri baru masuk menari di 'gerakan pancoran' dan ikut menari tidak sampai 2 menit. Tapi itu semua menyenangkan! Menyenangkan bisa melakukan sebuah kegiatan yang berbeda dengan rutinitas sehari-hari, menyenangkan bisa menjadi bagian besar dari flashmob Indonesia, menyenangkan bisa bertemu dan berkenalan dengan teman-teman baru, menyenangkan bisa mencoba hal yang baru, dan menyenangkan bisa melakukan hal ini bersama seorang teman dekat.

 Team U.

 
 Practicing 'gerakan pancoran' dance.

 Lohh... Kok ada Exort? (jawabannya di postingan selanjutnya ya).

 Proud being participant in Indonesia's biggest flashmob.


Special thanks:
- Nenes, for being the best partner in crime. Ayo kita merencanakan 'kejahatan' selanjutnya.
- Exort, for...... (eer, di postingan selanjutnya deh).

Sabtu, 16 Oktober 2010

Save JIFFest: Giliran Publik Ikut Berpartisipasi


Save JIFFest. Saya kaget membaca topik ini di twitter. Ada apa dengan JIFFest? Mengapa sampai ada gerakan ini? Rasanya perhelatan festival film internasional pertama di Indonesia dan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara ini selalu menuai sukses dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Cukup miris, ternyata festival film sekaliber JIFFest pun menghadapi masalah klasik krisis pendanaan.

Rencananya JIFFest yang memasuki tahun ke-12 akan diselenggarakan pada tanggal 27 November - 3 Desember 2010, tetapi hingga saat ini panitia masih kekurangan dana. Untuk menggelar sebuah perhelatan film akbar sebenarnya diperlukan dana minimal 5M, tetapi panitia mencoba menekannya hingga ke angka 2M. Angka ini ternyata belum juga dapat dipenuhi karena panitia masih membutuhkan kucuran dana 1.5M dari seluruh total dana yang diperlukan. Jika sampai awal November dana tidak terkumpul, siap-siap mengucapkan selamat tinggal untuk JIFFest tahun ini.

Selama ini sumber pendanaan utama JIFFest berasal dari bantuan donor asing. Bantuan ini harus berhenti di tahun ke-10 sehingga JIFFest harus mengandalkan bantuan pemerintah dan sponsor lokal. Fakta ini cukup menjelaskan mengapa JIFFest tahun kemarin hanya terpusat di satu bioskop dan hanya membuka 4 layar saja. Berbeda jauh dengan tahun awal kemunculan JIFFest yang mampu membuka sampai 11 layar di berbagai titik sentral kota Jakarta

Sejak awal penyelenggaraannya, JIFFest telah membawa tak kurang dari 1500 judul film berkualitas dari 40 negara dan dihadiri oleh lebih dari 350 ribu orang. JIFFest tak hanya memuaskan penikmat film yang jenuh dengan drama tiga babak khas Hollywood atau penonton yang muak dengan film Indonesia bergenre komedi-horor-seks, JIFFest juga membuka cakrawala akan keragaman budaya, ide, gagasan, dan terobosan baru dari berbagai belahan dunia

Tak hanya mengkhususkan diri memutar film dari penjuru dunia, JIFFest juga menggelar Kompetisi Film Panjang Indonesia sejak tahun 2006 untuk mencari bibit-bibit baru yang kompeten di dunia perfilman Indonesia. Kategori Sutradara Terbaik dan Film Terbaik yang diperebutkan setiap tahunnya ini juga merupakan bentuk apresiasi JIFFest terhadap sineas Indonesia. Kompetisi ini diharapkan dapat memacu sineas lain untuk menciptakan lebih banyak lagi film Indonesia yang berkualitas.

JIFFest pun loyal menggelar diskusi, workshop, dan master class dengan pembicara yang kompeten di bidangnya. Tak tanggung-tanggung, beberapa tamu khusus JIFFest juga didatangkan dari luar negeri untuk turut berpartisipasi dalam diskusi panel maupun master class. Tak heran rasanya jika kemudian JIFFest berhasil mencetak nama-nama seperti Salman Aristo (penulis skenario, Ayat-Ayat Cinta, Laskar Pelangi, Garuda di Dadaku) dan Lucky Kuswandi (sutradara, Madame X) yang mengawali karya mereka lewat festival film ini.

Biaya terbesar JIFFest dialokasikan untuk meminjam dan mendatangkan film dari luar negeri. Ini tidak diimbangi dengan pemasukan yang diperoleh dari penjualan tiket. Harga tiket JIFFest memang dijual di bawah harga pasaran bioskop umum, beberapa malah digelar secara free screening. Hal ini ditujukan agar publik dapat mengakses berbagai film bermutu dari berbagai negara, publik tidak akan mampu mengaksesnya jika harga tiket dijual sesuai dengan harga film yang diputar. 

Idealnya pendanaan JIFFest disokong melalui 30% sumbangan pemerintah, 30% dari Pemda, dan sisanya dari swasta. Pendiri JIFFest, Shanty Harmyn menyatakan selama 11 tahun JIFFest berlangsung nyaris tidak ada bantuan dana dari pemerintah. 'Pemerintah melihat JIFFest sebagai beban, bukan sebagai kesempatan', ungkapnya. Lebih lanjut, dalam jumpa pers 'Save Our JIFFest' di Galeri Cipta III TIM, Kamis (14/10) lalu, Shanty mengajak publik untuk berjuang bersama menyelamatkan JIFFest. Menggalang dana dari masyarakat berapa pun nominalnya agar festival ini dapat terselenggara.

Mari kita selamatkan JIFFest. Anda tidak perlu menjadi seorang pecinta film untuk ikut tergerak menyumbang. Anda tidak perlu bersikap acuh karena belum pernah menghadiri event ini. Anda hanya perlu sadar, bahwa JIFFest merupakan sebuah kegiatan budaya yang mendorong pemahaman terhadap keragaman dan perbedaan manusia. Bahwa Indonesia memiliki JIFFest yang dapat disejajarkan dengan berbagai festival film internasional lainnya.

Mari selamatkan JIFFest dan tunjukkan kepada pemerintah pentingnya event ini untuk Indonesia. Sebuah festival film bergengsi yang dijadikan ajang bertemunya filmmaker dari berbagai belahan negara, dimana para sineas Indonesia berbakat dapat menunjukkan denyut nadi perfilman Indonesia yang walau lemah tapi masih dapat bersaing di kancah internasional. Betapa publik selalu mengharapkan kehadiran JIFFest setiap tahunnya dan bagaimana JIFFest telah ikut serta dalam memajukan kualitas perfilman Indonesia.

Sebuah festival bisa bertahan lebih dari satu dekade berkat dukungan para penonton dan pendukung setianya, yaitu Anda semua. Dengan menyelamatkan JIFFest, Anda telah berperan serta dalam menyelamatkan Jakarta sebagai kota tempat kita semua hidup bersama untuk merayakan keragaman budaya dan manusianya. Untuk Anda yang tinggal di luar Jakarta tidak perlu berkecil hati karena ada JIFFest Traveling yang digelar di 6 kota besar di Indonesia. 

Informasi lebih lanjut dapat mengirimkan email ke info@jiffest.org atau jiffest@gmail.com. Donasi dapat disumbangkan melalui:
Yayasan Masyarakat Mandiri Film Indonesia
BCA Percetakan Negara
No Rekening 7420030091
Bukti pembayaran dapat Anda kirimkan melalui alamat email di atas, atau fax ke 021-31925360.

Untuk mengikuti perkembangan Save JIFFest dan menunjukkan dukungan, Anda dapat memantaunya lewat twitter dengan hashtag #savejiffest. Perlu diingat, yang dibutuhkan saat ini bukanlah dukungan atau retweet semata, bukan pula cecaran yang menyalahkan pemerintah, tetapi donasi yang Anda berikan.

JIFFest adalah milik kita bersama
Save Our JIFFest

Notes: Beberapa data diambil dari Press Release 'Save Our JIFFest' yang diselenggarakan di Galeri Cipta TIM hari Kamis (14/10) dan artikel terkait.

Kamis, 07 Oktober 2010

Fake Luxury

Pernah membeli barang imitasi? Barang aspal alias asli tapi palsu? Atau yang sedang tren sekarang adalah barang KW, mulai dari KW super, KW1, dan KW2. Kualitas yang disingkat menjadi KW ini biasanya menunjukkan derajat kemiripan barang palsu dengan yang asli, semakin rendah tingkatan KW maka kualitasnya akan semakin jelek dan harganya pun lebih murah. Barang imitasi, aspal, atau KW biasanya menjiplak habis sebuah model dari suatu brand terkenal. Tidak tanggung-tanggung, mereka juga meng-emboss barang palsu dengan logo dari brand yang dijiplak. Dengan demikian, untuk mata orang awam tidak akan terlihat bedanya, mana yang asli dan palsu.

Rasanya sekarang masyarakat sudah tidak malu lagi memakai barang KW ini, penjualannya pun dilakukan secara terang-terangan. Pemalsuan brand sudah tentu merugikan banyak pihak: pemegang lisensi resmi atas brand yang bersangkutan, designer yang susah payah merancang, dan merugikan negara karena kita tidak membayar pajak atas barang tersebut. Yang pasti, memakai barang KW mencerminkan mental kita sebagai mental pembajak.

Untuk kalangan sosialita, adalah haram hukumnya jika memakai barang palsu. Sekali ketahuan memakai barang KW, maka untuk selamanya dia akan dicap sebagai pemakai barang imitasi. Tidak akan dipercaya lagi walau ia memakai barang asli sekalipun. Tetapi saya, anda, dan kita, bukanlah sosialita dari kalangan jetset. Tetap saja, alasan ini tidak bisa dijadikan pembenaran untuk ikut-ikutan memakai barang KW.

Saya pribadi sudah pasti tidak mampu membeli tas merk LV, Guess, atau Chanel yang harganya berpuluh-ratusan juta. Jika saya memakai tas palsu yang meng-emboss brand tersebut, bukankah saya sudah membohongi diri sendiri? Masyarakat pun bisa menilai kalau karyawan-kantoran-yang-setiap-hari-naik-bus-dan-gajinya-pas-pasan seperti saya tidak mungkin memakai tas dari brand yang asli. Jadi untuk apa saya tetap memakai tas dengan emboss brand terkenal tersebut? Yang pasti, saya malu mengenakan benda yang terang-terangan menempelkan brand super-wah yang pastinya tidak terjangkau kocek saya.

Percaya atau tidak, harga tas dan sepatu KW dengan brand terkenal ini harganya pun tidak murah. Kalau begitu, mengapa tetap mengeluarkan uang banyak untuk sebuah barang palsu? Mengapa tidak membeli barang asli dari brand lain yang tidak kalah bagus tapi tetap terjangkau, dengan begitu kita bisa menghindari pembajakan dan tidak membohongi diri sendiri. Dengan status yang notabenene memang bukan sosialita dan bukan anak dari orangtua super-tajir-melintir-lintir, untuk apa memaksakan diri memakai benda bermerk. Akui saja kalau kita saya memang tidak mampu.

Saya pribadi, sudah menempelkan stigma negatif terhadap orang yang dengan bangganya memakai barang KW tanpa merasa bersalah. Pasti terdengar arogan bagi kalian, kesannya saya orang suci yang tidak pernah memakai barang palsu, selalu membeli barang asli yang lebih mahal dari barang asli, dan tidak mau memakai barang murah. Tidak juga tuh...

Jaman kuliah dulu, saya punya satu tas yang mengemboss sebuah merk terkenal. Sayangnya, tas tersebut tidak sempat go public terlalu lama karena saya malu telah membohongi diri sendiri. Saya juga tahu, 40% siswa di kelas saya termasuk golongan anak-tajir-melintir yang mampu membeli barang dengan merk asli.  Rasanya tidak rela kalau harus dihujani tatapan 'You're wearing the fake one right?'. Lebih baik memakai tas biasa tanpa merk daripada terlihat begitu memaksakan diri untuk tampil 'mewah'.

Sekarang, setelah memiliki penghasilan sendiri, saya memilih untuk memakai produk sebuah brand  dalam negeri dengan model dan kualitas yang tidak kalah dengan brand terkenal (sstt, I recommended Capriasi for alternate). Tapi jangan salah, saya juga cinta berbelanja di Ambassador, sebuah surga belanja bagi karyawan kere untuk mencari outfit kantor yang bagus tapi affordable. Bayangkan, rata-rata sebuah tas dibandrol dengan harga 50ribu saja, tapi saya langsung ilfil begitu melihat berbagai logo brand kelas atas yang menghiasi tas tersebut. Sebagai perempuan normal, saya masih cinta barang bagus dengan harga miring, namun saya lebih memilih barang yang tidak memiliki merk atau bermerk independen. Sekarang saya lebih sadar diri untuk tidak menggunakan barang yang menempelkan logo brand terkenal.

Mau memakai barang asli, palsu, imitasi, atau KW adalah pilihan Anda. Yang pasti, ada berbagai alternatif cara yang bisa diambil untuk menghindari penggunaan barang imitasi. Jangan bangga jika Anda memakai barang imitasi karena Anda sedang membohongi diri sendiri, karena Anda secara tidak langsung mendukung pembajakan hak cipta. Seperti mengutip dari Bazaar Indonesia:


Notes: Judul Fake Luxury diambil dari tema Bazaar Style (diputar di O Channel 12 September 2010) yang juga merupakan kampanye Harper’s Bazaar untuk memerangi merk palsu yang marak beredar.