Minggu, 27 Juni 2010

After Graduation

Sudah 3 tahun sejak terakhir kita bersama di bangku kuliah.

Dan sekarang, kita hanya bisa menyempatkan diri berkumpul di acara pernikahan teman yang satu persatu melepas masa lajang.

Acara pernikahan selalu menjadi ajang 'pamer pencapaian': pekerjaan baru, gaji baru, gadget baru, dan pasangan hidup baru.

"Ocha kenalin...ini suami gue. Kemaren ngga dateng ke nikahan gue ya?" seorang teman menyapa saya.

"Eh iya Cha....kenalin ini suami gue" kata teman lain sambil menarik suaminya.

"Heran, ko orang-orang bawa suami masing-masing ya. Suami gue mana? Suami.... Suami.... Kamu ngumpet dimana sayang?" saya nelangsa nyariin suami calon suami :)


Pencapaian yang paling jelas terlihat tentu saja terlihat dari fisik yang semakin subur-makmur-sejahtera-sentosa.

Satu hal yang tidak pernah berubah, kecintaan kami pada dunia foto memfoto.



Tentu saja, tali persahabatan yang terjalin sejak awal masa perkuliahan tidak akan pernah putus.


Dan pertanyaan khas sebelum masing-masing pulang, 

"Nanti ngumpul lagi di nikahan siapa?"

akan dijawab dengan semangat membara

"GUE!!!"

Tetep yakin dan PD walau belum ketemu Mr. Right. Yaahh, yang namanya jodoh siapa yang tau kan *menghibur-diri-sendiri*.

Kamis, 24 Juni 2010

Dodol Pangkat Tiga

Entah ada apa dengan hari ini. Rasanya saya sial terus sepanjang hari. 10 jam lebih waktu dihabiskan di kantor dan cukup membuat kepala mumet serta perasaan naik turun. Mungkin otak saya terlalu banyak diforsir untuk bekerja sehingga melakukan kedodolan tiga kali berturut-turut.

Saya biasa nebeng dengan mba Y setiap pulang kerja. Tadi saya bertemu dia di mushola. Dengan muka kusut dan rambut awut-awutan, mba Y langsung menebak kalau saya bermasalah lagi dengan orang-orang kantor. Kerjaan mba Y sudah selesai dan saya tinggal mematikan komputer saja. Biasanya mba Y akan menjemput ke ruangan saya, jadi saya menunggu dia sambil menonton TV. 10 menit berlalu, saya melihat ruangan mba Y masih menyala. Oh, belum selesai mungkin, begitu pikir saya. 15 menit kemudian saya mulai merasa aneh dan ketika masuk ke ruangan mba Y, TARRRAAA.... mba Y sudah pulang. Panik, saya buka HP, ternyata mba Y sudah berkali-kali menelpon, mencari keberadaan saya. Mba Y kira saya sudah pulang duluan karena tidak ada di ruangan, padahal saya ada di ruangan sebelah, sedang menonton TV. Bodohnya saya, kenapa tidak menyusul mba Y ke ruangan dia dan malah menonton TV. Kenapa juga HP saya simpan di tas sehingga tidak terdengar bunyi deringnya. Hilanglah tebengan saya untuk malam ini.

Cepat-cepat saya berlari ke halte busway, berharap bisa mengejar bus arah Cibinong yang terakhir. Di dalam busway, otak saya sibuk terus berputar menghitung jarak dan waktu antara busway yang sedang dinaiki dan bus Cibinong yang akan segera datang. Tiba di halte tujuan, saya langsung turun, bergegas keluar dari halte, siap-siap berlari, dan saya baru sadar...... Ini kan halte Karet, bukan Bendungan Hilir. Maniiisss, saya turun satu halte lebih cepat. Mau tidak mau akhirnya saya berbalik, membeli tiket lagi, masuk ke dalam halte lagi, dan mengantri lagi. Wajah saya rasanya panas dihujani tatapan aneh dari penjual tiket, penjaga pintu busway, dan penumpang lain.

Bundaran HI Jakarta. Still crowded in 9:13 pm.
 
Sampai di halte Bendungan Hilir, saya langsung berlari-lari menuju Komdak, tempat bus arah Cibinong biasa lewat. Di sepanjang jalan, saya melihat beberapa perempuan berpenampilan khas pekerja Jakarta (rok selutut, kemeja tangan pendek, sandal teplek), juga sedang menunggu bus pulang. Ah, ada juga yang bernasib sama seperti saya, baru pulang semalam ini. Batin saya pun menjawab, "Iya, banyak yang seperti saya. Tapi yang sedodol saya ya cuma saya sendiri".

Tak sampai 5 menit menunggu di Komdak, bus akhirnya tiba. Alhamdulillah, Tuhan masih baik sama saya. Ketika akan memasuki tol, kenek bus berteriak "Cileungsi Cileungsi....". WHAT!!!!! Ini bukan bus arah Cibinong, tapi arah Cileungsi. OMAAIGOOOTT....!!! Saya salah naek bus (lagi).  Samar-samar saya ingat, tadi saya tidak sempat membaca rute bus, hanya membaca nomor bus, 70A, dan saya baru sadar bus Cibinong itu kan nomornya 70 saja. Hih, kenapa bikin nama bus kurang kreatif gitu sih. Gusti... dosa apa saya hari ini sampai bikin kesalahan tiga kali berturut-turut. Rute pulang saya akhirnya jadi makin jauh, makin lama dan makin ruwet. 

Memasuki daerah Cibubur, hujan turun dengan derasnya dan setia menemani saya sampai ke rumah. Di rumah, bukannya cepat-cepat mandi dan siap-siap tidur, saya malah online untuk menulis disini. Padahal sebentar lagi tengah malam, dan besok saya harus bangun jam setengah lima pagi, berangkat kerja jam setengah enam pagi, kembali bekerja lagi, dan besok tanggal gajian, dan besok kerjaan pasti numpuk banget. Ergh, haruskah judul postingan ini saya ubah menjadi Dodol Pangkat Empat ???

Senin, 21 Juni 2010

Rumah Baru

Untuk mengembalikan mood yang rusak akibat kamera rusak, akhirnya saya memutuskan untuk merombak total halaman blog ini. Beberapa waktu ini saya memang sudah bosan melihat tampilan Merry go Round. Rasanya kurang personal dan warnanya kusam menjemukan. Pengen banget memberi sentuhan personal di blog ini, tapi apa daya, saya termasuk orang yang gaptek dan tidak kreatif dalam mengotak-atik photoshop. 

Untunglah saya kenal dengan Diana. Dari kunjungan pertama ke blog Diana, saya sudah salut dengan kemampuannya. Terbukti dari tampilan blog sampai award buatan sendiri yang original dan berbeda dengan lainnya. Tambah salut lagi karena Diana baru lulus SD *yep, saya kalah sama anak SD*.

Header baru saya ini dibuat khusus oleh Diana. Walau masih berusia muda, Diana sabar dan profesional melayani keinginan saya yang selalu berubah setiap 10 menit sekali. Entah sudah berapa banyak link blog yang saya berikan kepada Diana untuk menjelaskan kemauan saya. Belum lagi saat saya kurang sreg dengan pilihan huruf dan penempatan foto. Akhirnya, setelah berdiskusi via FB chat, Diana menyelesaikan header saya dalam waktu beberapa jam saja.

Terlalu narsiskah header saya? Ah biarlah, saya memang sedang ingin bernarsis ria. Apalagi semua foto itu diambil dengan kamera saya yang baru rusak. Untuk theme background, saya memilih warna orange-peach-kuning yang ceria. Terlalu mencolok mata kah? Ah, yang penting saya ingin menyampaikan semangat saya untuk teman-teman blogger lain melalui warna-warna tersebut.

Ada beberapa hal yang baru dari tampilan blog saya. Saya menambahkan deskripsi di header: Hidupku terus berputar. Hidup memang selalu berputar bukan? Semoga saja setelah kejadian menyebalkan kemarin, saya bisa mendapatkan DSLR baru :) Tampilan slide dan efek salju juga saya hilangkan karena mengganggu mata saat membaca. Tentu saja, cbox pun ikut berganti warna jadi kuning.

Bagaimana menurut kalian? Semoga kalian suka dengan 'rumah baru' saya dan makin betah berkunjung ke blog ini :D

Untuk Diana: Berapa banyak ucapan terimakasih yang harus saya ucapkan untuk mengungkapkan betapa saya sangat menyukai header buatan kamu. Dan bagaimana saya bisa membalasnya? Thank's a lot 'lil sister :)

Minggu, 20 Juni 2010

KameraKu Sayaaaang...

Digital camera saya jatuh kemarin. Terbanting cukup keras sehingga lecet lumayan parah. Dan yang paling membuat saya sedih, sepertinya lensa kamera rusak karena guncangan yang hebat itu. Lensa tidak bisa fokus, bodi kamera rusak, dan saya tidak bisa marah kepada siapapun. Kesal? Itu pasti. Sedih? Saya menangis semalaman.

Sekarang pun saya masih kepikiran. Mungkin kalian heran, kenapa saya segitunya menghadapi itu semua, tinggal diservis dan semua akan beres. Tidak, tidak semudah itu. Harga servis hampir setengah dari harga kamera baru. Setelah diservis juga kamera saya masih carut-marut. Lecet-lecet itu tidak mungkin hilang kan? Just wondering and hoping ada ketok magic khusus kamera digital.

Yang membuat hati saya luka karena kamera ini merupakan kamera pertama yang saya beli dengan uang sendiri. Uang hasil jerih payah saya. Setelah sekian lama browsing mencari kamera yang tepat, akhirnya saya menjatuhkan pilihan kepada dia, si tipis Olympus berwarna merah. Warna favorit saya. Dia yang selalu setia menemani saya kemanapun. Mengabadikan semua momen dalam hidup saya. Dia juga menjadi kesayangan teman-teman karena hasil gambarnya yang cantik dan dapat diandalkan dalam berbagai kondisi. 

Sekarang saya harus kehilangan dia?
.......
.......
.......

Sepulangnya ke rumah saya langsung mengadu kepada mama. Dengan tangis sesengukan saya bercerita.
"Maaaa.....kamera aku rusak. Jatoh kebanting. Hiks...."
"Yah teh, terus gimana dong?"
"Hiks...hiks....beliin aku DSLR maaaaa...." (nangis makin kenceng supaya dibeliin)



*Beberapa momen foto bareng si merah. Ngga ada foto kamera saya yang sudah jatuh dan rusak. Saya ngga tega memfoto dan mempublikasikannya disini*

Rabu, 16 Juni 2010

Visiting U FM

Pagi ini saya mengunjungi U FM untuk mengambil voucher menginap di Bali. Yeay, saya menang kuis lagi dari radio ini :) Selain memiliki siaran menarik, penyiar hebat, dan lagu bervariatif, U FM memang royal menggelar kuis dan membagi-bagikan hadiah untuk penggemarnya. Saat ini U FM sedang membagi-bagikan tiket gratis nobar Toy Story 3 di Mall Emporium Pluit. Kalau berminat, U FM bisa didengar di frekuensi 94.7 atau live streaming melalui www.u-fm.com. Jangan lupa ajak saya ya kalau kalian menang tiketnya ;)

U FM bermarkas di Menara Imperium Kuningan lantai 33.

Posisi U FM yang berada di pojokan gedung dan kurang eye catching membuat saya sedikit kesulitan untuk menemukannya.

Suasana U FM masih sepi, mungkin karena saya datang pagi hari sebelum berangkat kerja. Hanya ada beberapa orang yang sedang bertugas dan mereka memperkenalkan saya dengan "orang-orang penting" di balik siaran U FM. Siapa sangka, Yuma Maharani, produser siaran pagi yang jadwalnya sibuk bukan main ternyata orangnya kecil mungil dan imut-imut. Dan Tony Thamrin yang selama ini saya kira tinggi besar, ternyata jauh berbeda dari apa yang saya bayangkan. Suara seseorang memang tidak bisa menjamin penampilan aslinya ya :p

Walau sibuk, Yuma menyempatkan diri untuk mengobrol sedikit dan mengajak berkeliling. Karena kantor di Menara Imperium hanya digunakan untuk siaran, maka ukurannya tidak terlalu besar dan hanya ada beberapa ruangan privat.

 Ruang siaran

 Jadwal siaran (eerr...tadi dibolehin foto ini ngga ya)

 Ruangan Imam Wibowo sebagai Program Director

 Lobby?

 Whole area from lobby perspective

Tempat yang paling saya suka di U FM? Tentu saja ruangan Music Director. Beberapa lemari dipenuhi keping CD musik aneka jaman dengan beragam genre. Pengen banget punya ruangan seperti itu di rumah, tapi mungkin isinya akan saya mix dengan film ya.



Kunjungan saya hanya sebentar. Tak enak berlama-lama disana karena semua orang sedang sibuk bekerja. Lagipula saya juga harus cepat-cepat melanjutkan perjalanan ke kantor. Thanks U FM, untuk voucher dan kunjungan menyenangkan di pagi hari.

Tiket PP Jakarta - Bali yang saya beli bulan Mei lalu sekarang sudah punya pasangannya: voucher menginap di Tune Hotels Bali selama 3 hari 2 malam. Can't hardly wait for another vacation. Desember cepatlah dataaaang... Kalau menurut hitungan Daisypath saya sih "It is 5 month, 3 weeks & 1 day until Bali".


Anyone join?

Minggu, 13 Juni 2010

Maraton Nobar

Akhirnya kesampaian juga nonton Sex and The City 2. Dari minggu kemaren saya udah mupeng banget pengen liat Carrie dkk, tapi baru bisa nonton Sabtu ini karena saya dapet 2 free tiket SATC2 dari U Fm. Sepanjang sejarah saya nonton bareng U Fm, baru sekarang acara nobar dilaksanakan di Blitz (bukan 21 atau XXI), di mall yang jauh berbeda (biasanya Setiabudi Building atau PS), dan di sore hari yang termasuk jam sibuk (pengalaman nobar pagi-pagi banget). Mungkin karena acara nobar kali ini disponsori OkeVision, semua jadi serba berbeda. Saya sih senang-senang saja mengalami pengalaman nobar yang lain ;)


Pacific Place dijadikan tempat untuk menggelar acara ini. Dengan semua butik internasional yang tersebar dan esklusifitas yang dibutuhkan untuk mencapai PP, rasanya tidak ada tempat lain yang lebih cocok untuk menggelar acara nobar SATC2.

Love the transparent sky roof and another building view from there


Tentang SATC2. Hm, I love this movie. Pasti lebih seru kalau ditonton bareng geng cewek. Sayang saya cuma punya 2 tiket, jadi cuma bisa ngajak Gita untuk nonton bareng. Gita sendiri adalah adalah teman SMP, SMU, sekaligus kuliah saya. Kalau dihitung-hitung kami telah berteman selama 13 tahun. Selama kurun waktu itu persahabatan kami mengalami pasang surut, tapi itulah yang menyenangkan dari persahabatan, selalu bisa berbaikan kembali dan menjadi manusia yang lebih dewasa dari pertengkaran yang dialami. Selalu ada mantan pacar, tapi tidak pernah ada mantan sahabat.


Karena sudah banyak blogger yang mereview SATC2, sepertinya saya tidak perlu mengulasnya lagi. Yang pasti saya puas bisa nonton film berdurasi 145 menit ini. Cerita persahabatan yang begitu kental, Manhattan yang hedonis, 4 kisah cinta yang berbeda, dan Abu Dhabi yang mempesona. Beberapa scene mampu membuat satu studio tertawa lepas. Ingat saat pengasuh Rosie yang braless mengajak anak-anak untuk loncat-loncat, atau saat dia memandikan Rosie dan atasannya basah terkena air, atau saat Samantha flirting di Abu Dhabi dan berakhir di penjara? Trust me, semua cowok puas banget melihat "pemandangan" itu dan ngakak sepanjang film.

Friends last forever

Salah satu adegan yang saya suka adalah saat Samantha diajak makan malam bersama seorang lelaki yang sudah dia incar, tapi dengan halus Samantha menolak karena saat itu ia sedang bersama sahabat-sahabatnya. Walau Samantha sudah menantikan momen itu semenjak mendarat di Abu Dhabi, tapi dia tetap mengutamakan sahabatnya. Ini yang saya suka, tetap mengingat teman walau telah memiliki pasangan masing-masing. Jadi, untuk kalian yang sudah terlalu banyak menghabiskan waktu bersama pacar dan sedikit melupakan sahabat, kalian harus belajar dari film ini.

Pulang nobar, dapet goodie bag dari U Fm dan OkeVision. Hahaha, satu lagi hal yang jarang ditemui dari acara nobar U Fm sebelumnya. Sepertinya sponsor kali ini lumayan habis-habisan memanjakan seluruh pesertanya.

Acara lain setelah nobar? Nobar lagi tentunya. Saya dan Gita pergi ke rumah Devi untuk menginap dan menonton beberapa DVD. Kami bertiga (berempat sebenarnya, hanya saja Wulan sudah menikah dan pindah ke Jogja) memang sudah bersahabat dari SMU. Siapa sangka, rumah Devi sudah penuh dengan teman SMP lain yang menanti pertandingan sepakbola.

Berkumpul untuk World Cup :)

Dan tetap eksis saat difoto

Dan kekhusyukan mereka menonton pun terganggu dengan ulah saya dan Gita. Berhubung kami berdua tidak tertarik dengan bola, jadi kami mengajak mereka mengobrol, foto-foto, makan, dan yang paling parah saat saya memaksa untuk memutar DVD horor setelah putaran pertama selesai. Maafkanlah karena kalian jadi ketinggalan beberapa puluh menit siaran putaran kedua :p

Sibuk dengan Hp masing-masing

Selesai pertandingan, saya memberitahu mereka kalau tengah malam ini Devi akan berulangtahun. Akhirnya mereka mengurungkan niat pulang dan dengan teganya saya memaksa mereka untuk melanjutkan film horor yang tertunda. Sebenernya ngga tega juga sih melihat kondisi mereka, mata udah beler, mulut nguap melulu, pose badan juga udah tergeletak di karpet, saya sendiri beberapa kali sempat tertidur. Sorry guys.... Dan beberapa menit lewat dari jam12, karena film horor jahanam yang ceritanya tidak jelas itu tak kunjung selesai, kami menyanyikan lagu Happy Birthday dengan nada super ngantuk untuk Devi. Tanpa kue, karena ada miskomunikasi dengan seseorang yang mengatakan dia sudah membeli kue. Damn!!!

Happy birthday Devi :D

Tak ada kue, martabak pun jadi :p

Beberapa menit menjelang pertandingan kedua, para lelaki memilih pulang sebelum saya berulah lagi. Saya, Gita, dan Devi baru tidur sekitar jam 2 pagi setelah sedikit ngobrol ngalor-ngidul dan insiden mantan Gita yang ngga penting menelpon Devi. Pagi harinya, kami memutar I Hate Valentine's Day dan Gita sukses tertidur kembali. Petualangan maraton nobar ini akhirnya ditutup dengan film baru Robert De Niro, Everybody's Fine, yang menguras emosi dan air mata. Jadi, saya sudah mengalami berapa banyak nobar ya dalam dua hari ini. Hhmm....

 
Desperately need some sleep

To Wulan: We wish you were here... Spending time with us, just like the old time. Miss you badly.

Rabu, 09 Juni 2010

Life For Passion

Salah satu hal penting yang saya tangkap dari film Julie and Julia adalah life for passion. Di film itu Julie berusaha menekuni passion dalam hidupnya, memasak dan menulis, di sela-sela pekerjaan utamanya sebagai petugas call center. Dengan menjalankan passion, Julie merasa lebih hidup dan bersemangat dalam menjalani hari dan menghadapi pekerjaannya yang menyebalkan.

 

Berbicara tentang passion, ada tiga hal di dunia ini yang mampu mengembalikan semangat dan merefresh otak saya: film, musik, dan buku. Seperti pendeskripsian saya di halaman muka blog ini, I’m movie freak, music holic, and books worm. Travel juga masuk dalam daftar passion saya, hanya saja travel membutuhkan perencanaan, waktu dan biaya lebih, jadi tidak bisa saya lakukan semaunya saja. Ketika sebagian besar wanita memasukkan belanja dalam passion hidup mereka, saya hanya menganggap belanja sebagai ‘pelarian’. Bagaimana dengan blogging, hmm kegiatan ini sudah masuk dalam kategori pengaktualisasian diri, dan bagi saya kedudukannya lebih tinggi dibanding passion.

Passion pertama dalam hidup saya: film. Cukup cari saya di bioskop pada hari libur, saya pasti beredar disana untuk menonton film terbaru. Jika tidak ada film yang menarik, maka saya akan berada di kamar, sibuk memutar keping DVD berbagai genre film.


Dengan sebuah film, baik fiksi maupun kisah nyata, saya dapat melihat kisah hidup seseorang, mencoba memahami perasaan mereka, belajar tentang kebudayaan negara lain, plus dimanjakan dengan visualisasi melalui setting sebuah film. Berhubung jenis film di Indonesia kebanyakan didominasi film produksi Hollywood, jadi saya selalu menantikan dan menikmati berbagai festival film. Sangat menyenangkan dapat menjelajahi berbagai tempat di dunia ini dan mempelajari kebudayaannya melalui sebuah film.

Passion saya pada musik sejalan dengan kecintaan saya dengan radio. Sejak SMP saya bercita-cita menjadi penyiar radio. Pasti menyenangkan jika dapat mengetahui perkembangan musik terbaru, setiap hari bisa memutar musik favorit, dan bekerja sesuai minat, begitu pikir saya. Tidak mudah memang menjadi penyiar, tapi saya beruntung dapat mencicipi pengalaman itu di bangku kuliah. Bagi saya, tidak ada pekerjaan yang lebih baik di dunia ini selain bekerja sesuai passion yang dimiliki.

Setiap musik memiliki sebuah cerita hidup dan kenangan di dalamnya. Melalui sebuah musik, saya dapat menyusun garis waktu dan bercerita banyak dari memori yang secara langsung terputar ulang. Saat mendengar lagu Sheila on 7 misalnya, saya langsung teringat masa-masa SMU dan kekonyolan teman-teman yang mengidolakan personilnya. Jadi jangan salahkan saya jika sering senyum-senyum sendiri atau tiba-tiba termenung saat mendengarkan sebuah musik.


Musik dapat mempengaruhi mood dengan hebatnya. Sejenuh dan sebosan apapun, saya cukup mendengarkan musik kesukaan, ikut menyanyikan beberapa lirik, tersenyum saat mengingat beberapa cerita hidup yang bermunculan, dan beberapa menit kemudian perasaan menjadi lebih baik. Karena itu, saya selalu mengawali hari dengan mendengarkan radio, cara ampuh menyemangati diri sendiri untuk bekerja seharian.

Saya cinta buku, hanya saja saya tidak memiliki banyak waktu untuk membaca. Belum lagi sifat saya yang detail oriented dan perfeksionis ikut mempengaruhi. Saya ingin mempunyai waktu khusus untuk membaca, tanpa gangguan. Mood saya juga harus bagus, jadi saya dapat merasakan mood yang ingin disampaikan dari buku tersebut. Belum lagi saya ingin membaca kata per kata dari sebuah buku, tidak cukup rasanya kalau membaca cepat atau skimming saja. Hal-hal kecil dan tidak penting ini akhirnya membuat beberapa buku menjadi tertunda untuk dibaca.  


Banyaknya kalimat yang dibaca dalam sebuah buku membuat otak saya terasa hidup kembali. Saya sudah teramat bosan dihadapkan dengan deretan angka dari Senin - Jumat, jadi saya butuh limpahan kalimat untuk menyeimbangkannya. Penggunaan kata dan kalimat yang ditulis dalam buku memperkaya kosa kata saya saat menulis blog. Sayangnya beberapa bulan ini saya belum membaca satu buku pun, jadi pilihan kata saya di blog sedikit monoton dan membosankan :(


Tiga passion dalam hidup saya dan membuat hari-hari lebih berwarna, bermakna, dan menyenangkan. Apa passion kalian? Share sama saya ya :)

Kamis, 03 Juni 2010

Movie Review: Julie and Julia

Baru kali ini saya menulis review sebuah film dalam satu postingan khusus. Entahlah, saya seperti memiliki ikatan khusus dengan film Julie and Julia. Setelah membaca tulisan ini, mungkin kalian juga akan merasakan chemistry yang sama :)

Julie and Julia mengisahkan kehidupan dua orang wanita di dua masa yang berbeda. Diangkat dari kisah nyata, film ini diadaptasi dari autobiografi Julia Child, My Life in France, dan buku yang ditulis Julie Powell sendiri, Julie & Julia.


Julia Child (Meryl Streep) pindah ke Paris di tahun 1950 untuk mengikuti suaminya yang bekerja di kedutaan. Julia yang tidak betah duduk diam di rumah memutuskan untuk mengambil kursus, hanya saja dia bingung akan minat yang dapat ditekuninya. Satu-satunya hal yang sangat digemari Julia adalah makan, karena itu dia memutuskan untuk mengambil kursus memasak. 

Setting berpindah ke tahun 2002 ketika Julie Powell (Amy Adams) pindah ke Queens bersama suaminya Eric Powell (Chris Messina). Julie bekerja sebagai call center yang melayani komplain seputar tragedi 11 September, dan jujur saja, Julie sangat membenci pekerjaannya. Sebenarnya, Julie adalah seorang penulis, hanya saja tulisan-tulisan Julie tidak pernah selesai dan tidak dapat dipublikasikan. Ketika Julie menghadapi satu titik jenuh dalam hidupnya, Eric menyarankan Julie untuk membuat blog. "Itulah hebatnya blog, tidak perlu penerbitan. Tinggal pakai internet, tekan enter, dan beres" kata Eric. Julie terinspirasi untuk membuat blog tentang masakan yang diambil dari buku Julia Child berjudul Mastering the Art of French Cooking. Dia membuat target akan menyelesaikan 524 resep dalam waktu satu tahun.

 Julia memotong bawang paling cepat dan banyak, mengalahkan rivalnya yang semuanya laki-laki

 Julia yang tidak tega merebus udang

Dari sini, cerita bergulir bergantian antara Julie dan Julia. Untuk menjaga kesatuan cerita, ditampilkan beberapa kisah Julie yang mirip dengan cerita Julia. Seperti perjuangan Julia untuk memotong bawang dengan cepat, sedangkan Julie tidak tega membunuh udang untuk dapat memasaknya.  Kedua wanita ini juga mendapat dukungan penuh dari suami mereka, hanya saja Eric sempat menyerah karena Julie terlalu sibuk dan fokus untuk mencapai targetnya. Dan persamaan utama mereka adalah perjuangan untuk mempublikasikan karya masing-masing dalam bentuk buku. Julia yang memiliki keahlian masak di atas rata-rata harus kecewa saat naskahnya ditolak karena dinilai terlalu tebal dan tidak memiliki nilai jual. Sedangkan Julie yang memiliki banyak pembaca dan pendukung di blognya tidak kunjung dilirik wartawan untuk diwawancara atau ditawari agar blognya diterbitkan dalam bentuk buku.

Julia and Husband

Julie and Eric

Saya cinta film ini karena merasa memiliki persamaan dengan Julie. Terkadang saya bosan dengan rutinitas harian dan pekerjaan kantor yang hanya itu-itu saja. Saya butuh sarana untuk mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri sendiri. Saat menulis blog, sepertinya saya memiliki pelarian dari rutinitas sehari-hari. Di awal ngeblog, Julie sempat merasa down dan bertanya adakah yang membaca tulisannya. Saya juga seperti itu, merasa kegiatan ngeblog saya sia-sia. Dan perasaan saya juga sama seperti Julie yang mendapat 53 komen untuk tulisannya. Memang, tulisan saya belum pernah memecahkan rekor seperti itu, tetapi ketika ada yang mengomentari postingan saya dan merasa tulisan saya berguna untuk orang lain, that's priceless!!!


Ada kalanya masakan Julie gagal dan dia bingung bagaimana menuliskan hal tersebut di blog, Eric menyarankan agar Julie berbohong saja, untungnya Julie tetap pada pendiriannya dan tidak mau membohongi pembaca. Kadang Julie kehilangan mood untuk menulis, kesulitan untuk membagi waktu antara pekerjaan, memasak, dan menulis blog. Saya juga mengalami hal seperti itu. Tulisan saya tidak melulu cerita bahagia, terkadang saya mengeluh lewat media ini, dan rasanya itu wajar saja. Bagi saya, blog adalah wadah untuk berbagi pengalaman dan cerita hidup, baik itu indah, manis, pahit, sedih, pasti ada pelajaran yang dapat diambil, jadi untuk apa menutupi sesuatu dan memberikan cerita palsu. Mood berpengaruh besar ketika saya menulis. Sepertinya lebih baik cuti menulis daripada menulis dengan tidak berselera. Mood yang kurang baik akan tertangkap dari tulisan itu sendiri. Dan tentu saja, pekerjaan yang menggila membuat saya tidak bisa mengupdate blog dengan rutin dan kegiatan blogwalking pun jadi terhambat.

Julie "mengunjungi" Julia di Smithsonian museum dan berfoto bersama

Di akhir cerita, Julia Child berhasil menerbitkan buku yang hingga saat ini sudah 49 kali dicetak ulang. Julie Powell sendiri akhirnya dapat menerbitkan buku yang diangkat dari blognya, The Julie/Julia Project, di tahun 2005, dan bukunya sudah diangkat menjadi sebuah film. Keberhasilan Julie membuat saya teringat  akan Raditya Dika dengan Kambing Jantannya, Trinity dengan The Naked Travelernya, Andrei Budiman dengan Travellousnya, Kerani dengan My Stupid Boss, dan beberapa penulis blog lain yang berhasil mempublikasikan blog mereka dalam bentuk buku. Butuh perjuangan panjang tapi mereka berhasil. Perjuangan Julie di film ini membuat saya merinding, bagaimana kecintaannya pada memasak dan menulis akhirnya membuat dia menghasilkan sebuah karya yang sangat mencengangkan.

Sebagai Julia Child, Meryl Streep bermain sangat cemerlang. Dia mampu mengucapkan percakapan dengan logat Perancis. Tak heran jika Meryl Streep dinominasikan dalam banyak penghargaan film bergengsi dan memenangkan Golden Globe 2010 sebagai artis terbaik kategori film musical/komedi. Amy Adams yang melakonkan Julie Powell tak kalah hebat dalam mempermainkan emosi penonton, mulai dari tingkah laku konyol dan polosnya, hingga saat Julie merasa down karen wawancara perdananya harus dibatalkan. Di balik layar, tangan dingin Nora Ephron semakin membuktikan eksistensinya sebagai sutradara spesialis film komedi romantis melalui film ini.

Meryl Streep total dalam memerankan tokoh Julia

Untuk semua teman blogger, saya sangat merekomendasikan film Julie and Julia. Kalian akan merasakan semangat Julie dan mendapatkan inspirasi dari semua masalah dan keberhasilan yang dia raih selama menulis blog. Jika harus memilih dari skala 1 - 10, saya akan memberikan peringkat 11 untuk film ini. Outstanding!!!

For the last


Bon appétit  :)