Minggu, 28 Maret 2010

Farewell For New Chapter

25 Maret 2008. Saya masih ingat betul rentetan peristiwa di hari itu. Duduk sendiri di banking hall dan dihujani tatapan mata dari seluruh staff. "Itu anak baru ya?", bisik kalian satu sama lain. Rasanya risih dan jengah. Tapi itu belum seberapa, setelah saya dikenalkan dengan atasan dan teman-teman baru, tantangan yang sesungguhnya dimulai.


Saya ngga pernah mimpi bisa masuk ke daerah teller, melihat tumpukan uang sebanyak itu, dan kesibukan luar biasa antara nasabah, teller, CS, dan tim marketing. Tidak ada satu pun orang yang menganggap saya ada, semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Saat itu saya useless banget, ngga melakukan apapun (ngga tau musti ngapain juga), dan hanya jadi barang pajangan yang dipelototin nasabah. Saya juga merasa jadi orang yang paling bodoh di kantor. Latar belakang pendidikan saya ilmu komunikasi tapi bekerja di bank. Membedakan giro dan cek saja saya ngga bisa, bahkan pengertian debet dan kredit juga saya ngga tau.

money money money :p

Tebak, uangnya ada berapa banyak ;)

Salah satu hal yang membuat saya sangat beryukur dari bekerja di bank adalah bisa masuk dan melihat BI dengan mata kepala sendiri. Entah kenapa, saya selalu merasa BI termasuk dalam restricted area, tidak semua orang bisa masuk ke dalamnya. BI juga merupakan pusat dari seluruh kegiatan perbankan di Indonesia, jadi saya merasa sangat beruntung dapat masuk ke tempat itu.

Jalan sehat BI bersama teller dari seluruh penjuru Jakarta

Lima bulan berlalu, atasan berniat memindahkan saya ke bagian CS. Setelah mengikuti berbagai training, saya harus menelan pil pahit karena posisi CS sudah penuh dan kembali stuck di bagian teller. Saat itu juga saya sering menjadi back-up bagian back office. Setiap ada kru back office yang cuti atau tidak masuk, pasti saya ditunjuk untuk menggantikan. Siapa sangka, pengalaman itu membuat saya dipindahkan ke bagian back office setelah 1,5 tahun bekerja.

It always hard being the single and youngest girl in the office. Selalu menjadi bulan-bulanan saat ada cowo single dari cabang lain berkunjung. Dipanggil dengan sebutan 'neng', 'de', dan yang paling parah 'tuan putri', sampai obrolan-obrolan 'menjurus' yang mau tidak mau terdengar oleh kuping. Tapi menjadi bagian dari tim back office adalah suatu hal yang selalu saya syukuri dalam perjalanan karir ini. Belum pernah saya bekerja dalam sebuah lingkungan yang penuh dengan tekanan sekaligus keceriaan dalam satu waktu. Kalian selalu bisa menyikapi semua permasalahan dengan kepala dingin dan sebentuk tawa ya :)

25 Maret 2010, genap 2 tahun saya bekerja. Siapa sangka, di tanggal ini saya harus pindah dari tempat ini. Benar-benar bulan yang penuh dengan kejutan: diangkat menjadi pegawai tetap, dipindahkan ke operation center di kantor pusat, dan sayangnya harus meninggalkan teman-teman di kantor lama.

Banyak hal yang telah terjadi selama 2 tahun saya bekerja. Masih ingatkah kalian saat kita harus mengorbankan hari sabtu selama 2 bulan untuk persiapan merger? Atau saat sebulan penuh kita harus pulang di atas jam 9 malam karena sistem baru yang sukses membuat kepala pusing dan pekerjaan terhambat? Atau saat saya menjadi langganan didamprat oleh Branch Manager karena seringkali membuat kesalahan. Kesalahan pengiriman uang sehingga cabang selisih 10.8juta. Saya juga membuat salah satu nasabah prime hampir masuk ke dalam Daftar Hitam Nasabah Bank Indonesia. User ID saya pun terkenal seantero Jakarta karena identik sebagai trouble maker. Siapa sangka, sekarang kita bisa mengingat semua hal itu dengan gelak tawa.

Satu hal yang sangat membekas di ingatan saya. 10 Maret 2010, hari terakhir pembayaran pajak dan sistem tiba-tiba crashing down. 300 lebih surat setoran pajak (SSP) belum saya kerjakan, padahal semuanya harus diposting hari itu juga. Kalian, yang lebih dulu pindah ke kantor pusat, dengan rajinnya menelpon saya untuk memantau apakah SSP sudah dapat terposting atau belum. Sialnya, sistem baru berjalan jam 5 sore, semua teman teller dan CS sudah keluar dari kantor. Saya sakit hati dengan sikap mereka. Alasan utama saya menunda kepindahan ke kantor pusat adalah untuk membantu teller memposting SSP, tapi dengan teganya mereka pulang duluan dan meninggalkan saya bekerja sendirian. Tangis saya hampir meledak saat kalian datang ke tempat saya, membantu saya bekerja hingga larut malam, padahal kalian sendiri sudah lelah dengan pekerjaan di kantor pusat. Saat itulah saya tahu, mana teman sejati dan bukan, dan membulatkan niat untuk segera mungkin pindah ke kantor pusat.

Berat memang meninggalkan tempat ini. Disinilah pertama kali saya belajar mengenai sistem perbankan, disinilah saya mulai meniti karir, tapi saya harus pergi untuk mengejar cita-cita. 

 Pusti...yang paling bawel, iseng, usil, tapi juga pemberi nasehat nomor satu :) dia yang menurunkan ilmu transfer valas nan menjelimet untuk saya. Bantu saya untuk adaptasi di tempat baru ya :D enjoying your pregnancy sist :)


Pa Yadi, yang selalu membesarkan hati ini ketika (lagi-lagi) saya didamprat oleh BM. Mengingatkan saya untuk selalu berhati-hati dan teliti saat bekerja. Dan teman perjalanan pulang yang setia mendengarkan ocehan saya. Sukses di cabang baru ya Pa :)


Bu Meity (sayang, saya ngga punya foto Ibu) yang sepertinya tidak rela melihat status saya yang masih single dan selalu bersemangat menjadi mak comblang. Entah sudah berapa lelaki single yang Ibu kenalkan dan rekomendasikan namun tidak ada satu pun yang nyantol di hati saya :p (maaf ya bu). 

 Rekan teller 

Semua teman-teman teller yang selama sebulan terakhir ini berusaha mempelajari seluruh pekerjaan saya, maafkan saya yang tidak sabaran saat mengajar (saya memang ngga punya bakat untuk ngajar). Tapi saya sangat menghargai usaha kalian yang mempersiapkan diri untuk menghandle semua pekerjaan yang akan saya tinggalkan.

Pa Bambang, the master of Sistem Kliring Nasional. Akhirnya saya mengerti kenapa bapak selalu 'spaneng' saat jam menunjukkan angka 1. Kliring belum terposting semua, selisih, sementara messenger yang akan membawa semua cek/giro kliring ke BI sudah menunggu.

ki-ka: Berry, Pa Inal, Saya, Pa Agus

Berry, yang sudah mengajarkan saya tentang pajak. Ternyata ini yang selalu kamu hadapi di setiap tanggal 10. SSP menggunung, cut off time semakin mendekat, NPWP yang tidak bisa diinput, belum lagi kalau inputan pajak saya selisih dengan inputan pajak kasir.

Pa Agus. Operation Officer paling fun dan loyal yang pernah saya kenal. Setiap hari rela mendapat ledekan item, legam, geheng, gosong, dari saya dan Pusti. Tapi anda tetap PD dan menganggap semua itu adalah ungkapan sayang anak buah ke atasannya. Dan tanpa disadari, semua itu membuat hirarki atasan dan anak buah terasa tidak berarti.

Pa Inal, yang memperjuangkan saya untuk dapat diangkat menjadi karyawan tetap dan pindah ke kantor pusat. Apa yang bisa saya lakukan untuk membalas semuanya? Bapak terlalu baik dan loyal terhadap anak buah. Saya hanya bisa bekerja sebaik mungkin di tempat baru dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan. Anda adalah Branch Operation Manager paling hebat yang pernah saya kenal.

Dan kamu, yang telah membuat ulang tahun saya kemarin begitu menyenangkan dan penuh dengan tawa. Bagaimana saya bisa mengungkapkan kalau itu merupakan salah satu hari terbaik dalam hidup saya, begitu banyak cinta, kasih, dan tawa. Namun maaf, di akhir hari saya harus melukai hati kamu. Maaf.

Kantor baru berarti atasan baru, teman-teman baru, pekerjaan baru, dan lingkungan baru. Pasti ada beberapa hal yang membuat kita tidak nyaman dan memilih untuk tetap tinggal di tempat lama. Tetapi ini adalah jalan untuk terus maju, jadi hadapi semuanya sebaik mungkin dan berdoa. Untuk kalian semua, sukses di tempat baru ya :) Senang bisa bekerja dengan orang-orang hebat beperti kalian.

Rabu, 24 Maret 2010

Another Mom's Stories

MamaQuu yang tambah lucu, tambah gaul, dan (pastinya) tambah sayang sama aku :) 
Luv u much mom.

Pasti Filmnya Ngga Bagus
"Teh, Teh, ada film baru ya teh" sangking semangatnya mama nyebut nama saya sampe tiga kali.
"Hm. Film apa ma?" kurang tertarik, perasaan saya paling apdet sama film baru deh.
"Itu teh.....mmmmhh...delapan belas tambah...." jawab mama susah payah menyebutkan sebuah judul film.
"Hah? Delapan belas tambah? Film apaan tuh ma?" tanya saya, mulai tertarik dengan info film dari mama.
"Itu teh, film Indonesia baru. Mmmmhhhh...Delapan belas tambah kan ya teh judulnya? Abis di belakang angka 18 ada simbol tambah, jadi mama bacanya delapan belas tambah" jawab mama polos.
"Aiiiihhhh....itu delapan belas plus (18+) mamaaaaa......".
"Ooohh...delapan belas plus ya teh".
"Iya." Saya mulai kehilangan mood untuk membahas film lama tersebut.
"Pasti filmnya ngga bagus. Masa gambarnya orang-orang ngga pake baju. Ih, film apaan coba gambarnya kaya gitu".
"Hhmpphh....itu pada pake tank top maaaaaa....." jawab saya sambil ngakak.

Poster 18+ yang fenomenal (di mata mama)

Ngga Ada Chemistry
Akhir pekan, menghabiskan waktu dengan membaca buku dan koran bareng mama. Tiba-tiba mama membuka pembicaraan.
"Teh, kamu tuh cantik, manis, baik, sempurna deh pokoknya......".
"Tapi masih jomblo kan sampe sekarang" kata saya acuh memotong kalimat mama.
"Hehehe.....iya teh, mama suka heran deh. Ko sampe sekarang kamu masih sendiri aja ya".
"Hm......." jawab saya datar.
"Ngga apa-apa teh. Mama tau kok, dari semua cowo yang ngedeketin kamu belum ada yang cocok sama hati kamu kan. Mmmhhhhhh....kalau kata Choky di TekHimOt sih belum ada kemistrinya ya teh".
"Chemistry maaaaaa....."
"Iya, Kkkhheemistrrriiiii......."
"Iya, itulah pokoknya"
"Gitu ya teh?"
"Emang Chemistry apa ma?"
"Nga tau teh............"

ZzzzzzzzzzzzzzzzzzZZZzzzzz.......

Kamu Kan Jarang Olahraga
Duduk-duduk di taman bareng mama selesai lari pagi.
"Iiiiihhh mama.....sepatunya udah rusak tuh".
"Iya nih teh, udah jelek sepatunya. Musti beli yang baru".
"Huuuuu.....mama sih, beli sepatunya yang murah. Kaya aku dooooong, sepatunya mahaaaaalll, belinya di Sport Station, tahan lama, bagus, modelnya keren lagi" saya menyombongkan sepatu olahraga yang baru dibeli.
"Iyalah sepatu kamu masih bagus. Kamu kan olahraganya hari sabtu doang, itu juga musti mama bangunin sampe tujuh kali. Mama olahraganya tiga kali seminggu, jadi wajar klo sepatu mama cepet rusak, mama rajin sih olahraganya".
.....................................................
jleb jleb jleb, saya ngga bisa ngbales omongan mama.

Minggu, 21 Maret 2010

One Day With Johnny Depp and Sahrukh Kahn

Having a great time with those amazing guy :) No wonder 'cause I spend my weekend to watched their movies. And here's the review :D

The Imaginarium of Doctor Parnassus

Umur Dr. Parnassus (Christopher Plummer) sudah mencapai 1000 tahun dan selama itu pula dia menjalankan teater keliling. Valentina (Lily Cole) yang merupakan anak Parnassus, Percy (Verne Troyer) yang diam-diam jatuh cinta kepada Valentina, dan Anton (Andrew Garfield) membantu Parnassus menjalankan usaha teaternya. 

 Teater keliling Dr. Parnassus

Parnassus yang sering bertaruh dengan iblis harus memenuhi perjanjiannya: menyerahkan Valentina saat berusia 16 tahun. Untuk menyelamatkan Valentina, Parnassus kembali bertaruh dengan iblis: siapa bisa mendapatkan lima jiwa paling cepat maka ialah yang berhak atas Valentina. Parnassus mendapatkan bantuan Tony (Heath Ledger/ Johnny Depp/ Jude Law/ Colin Farrell) untuk membantunya memenangkan pertaruhan dengan sang iblis ini.

Jiwa ini dapat dikumpulkan jika seseorang masuk ke dalam cermin yang mengantar mereka ke dalam imajinasi masing-masing. Di dalam cermin, seseorang akan dihadapkan pada beberapa pilihan. Jika pilihan yang diambil adalah benar, maka jiwa itu menjadi milik Parnassus, tapi jika pilihannya adalah salah maka iblis yang berhak akan jiwa tersebut. 

Imajinasi seorang anak kecil yang penuh dengan permen

Untuk saya pribadi, cerita ini tidak terlalu menarik. Terlalu suram, datar, dan serba tidak jelas. Saya hanya suka bagian yang menampilkan dunia di balik cermin, imajinasi yang berbeda-beda pada setiap orang, sangat imaginatif, impressive dan kaya akan warna. Selain itu saya hanya menikmati berbagai kostum Valentina yang unik. Tak heran rasanya jika film ini berhasil masuk dalam nominasi Penata Artistik dan Penata Busana Terbaik dalam nominasi Academy Award 2010.

She's look alike a doll right?

Satu lagi cerita di balik film The Imaginarium of Doctor Parnassus, Heath Ledger meninggal di tengah-tengah proses syuting. Untuk mengimbangi aktingnya sebagai Tony yang licik, maka dipilihlah Johnny Depp, Colin Farrell, Jude Law. Satu tokoh ditampilkan oleh empat aktor kawakan Hollywood? Sepertinya hanya ada disini.

Tokoh Tony yang diperankan oleh empat orang

Alice in Wonderland

Alice yang pernah mengunjungi Wonderland di masa kecil sekarang telah beranjak dewasa. Saat mengunjungi sebuah pesta, Alice Kingsleigh (Mia Wasikowska) yang berusia 19 tahun dilamar oleh Hamish Ascot. Alice yang kebingungan untuk memberi jawaban akhirnya pergi meninggalkan Hamish dan mengikuti seekor kelinci putih. Jejak sang kelinci berakhir di sebuah lubang menuju Underland. Alice tidak ingat pernah mengunjungi Underland 10 tahun yang lalu dan selalu menganggap semua peristiwa itu adalah mimpi.

Lubang menuju Underland

Love her dress :D

Alice bertemu banyak teman lama di Wonderland (walaupun dia tidak ingat dengan mereka semua). Mulai dari Absolum (ulat yang doyan menghisap shisa namun arif luar biasa), Dormouse, Cheshire, Tweedledum dan Tweedledee, dan tentu saja Mad Hatter (Johnny Depp) si pembuat topi yang setia mengabdi  kepada White Queen.

Cheshire, kucing manis nan lucu menggemaskan yang dapat menghilang

Siapa yang tidak kenal dengan kelinci putih berbaju biru dan membawa jam?

Dormouse, tikus wanita pemberani yang hobi menusuk mata lawan

Tweedledum dan Tweedledee, si kembar yang tak pernah akur

Penduduk Wonderland saat ini tertekan di bawah kekuasaan Red Queen yang semena-mena dan Alice diharapkan dapat membantu untuk mengembalikan tahta kepada White Queen (Anne Hathaway).

 Red Queen

 White Queen

Gaya khas White Queen yang sedikit lebay :p

Dari segi cerita, mungkin Alice in Wonderland sama seperti film fantasi lain; datang ke sebuah tempat fantasi, dimintai tolong oleh penduduk setempat untuk melawan penjahat, menang, kemudian kembali ke dunia nyata. Namun, penggambaran dunia Wonderland dan tokoh-tokoh di dalamnya sangat mencengangkan (nyesel ngga sempet nonton versi 3D). Belum lagi kostum Alice yang selalu berganti-ganti saat tubuhnya membesar dan mengecil, totally cute!!! (Love it Love it).

Giant Mushroom

Istana White Queen

Alice yang baru tiba di Wonderland

My Name is Khan

Film dibuka dengan adegan Rizwan Khan (Shahrukh Khan) mengantri untuk pemeriksaan barang di bandara. Tiba-tiba seorang polisi meminta Khan untuk diperiksa di sebuah ruangan khusus, di ruangan ini Khan diperiksa dengan teliti dengan cara yang semena-mena. Polisi bertanya pada Khan "Mengapa Anda datang ke negara ini?" dan Khan menjawab "Saya ingin bertemu Presiden Amerika Serikat". Dari sinilah cerita bergulir.

Film reuni Sahrukh Khan dan Kajol

Rizwan Khan mengidap sindrom Asperger dari kecil sehingga dia tidak bisa berada di daerah baru, padat, ramai, dan dia takut dengan warna kuning. Masa kecil Khan dihabiskan di India bersama Ibu dan adikknya. Setelah kematian sang Ibu, Khan menyusul adiknya pergi ke San Fransisco. Di kota baru ini Khan bertemu dan jatuh cinta dengan janda beranak satu, Mandira (Kajol). Berbagai cara  lakukan untuk meluluhkan hati Mandira. Karena keterbelakangan yang dimiliki Khan, terkadang cara pendekatan yang dilakukan terlihat sangat lucu dan polos. Seperti membawakan balon dan coklat, membawa Mandira ke seluruh tempat di San Fransisco, dan berulang kali mengatakan "Menikah denganku Mandira" di jalanan umum.

Cara PDKT = balon + coklat

Pernikahan Rizwan Khan dengan Mandira tidak direstui oleh sang adik karena Mandira beragama Hindu, namun Khan berkata dengan bijak "Ibu selalu mengajarkan dunia ini hanya terdiri dari dua orang, orang baik dan orang jahat". Kehidupan rumah tangga Khan berjalan dengan manis, Mandira membuka salon sendiri, mereka pindah ke rumah baru, dan memiliki tetangga yang seperti keluarga sendiri. Anak Mandira, Sam, juga menerima semua kekurangan Khan sebagai ayah barunya.

The marriage

Namun semua itu berubah saat kejadian 9/11. Umat muslim dianggap sebagai teroris yang menyebabkan tragedi tersebut. Khan, yang notabene beragama Islam pun mendapat imbasnya. Mulai dari salon yang harus ditutup, pandangan sinis masyarakat terhadap keluarga Khan, dan yang terberat adalah penyiksaan berujung kematian yang harus diterima Sam oleh teman-teman sekolahnya hanya karena marga Sam adalah Khan (muslim). Mandira tidak terima dengan keadaan ini dan mengusir Khan. Di tengah-tengah emosinya, Mandira berteriak "Temui Presiden, katakan kalau kau bukan teroris, Sam bukan teroris, baru setelah itu kau boleh pulang kembali". Dan petualangan Khan untuk bertemu Presiden pun dimulai.

Film berdurasi tiga jam ini benar-benar mempermainkan emosi saya, mulai dari sedih, lucu, sampai merasakan kegetiran sebagai seorang muslim. Tidak seperti film India yang penuh dengan adegan menari dan menyanyi, My Name is Khan tampil lebih modern, menghilangkan unsur-unsur tersebut namun tidak kehilangan jati dirinya sebagai sebuah film Bollywood.

Beberapa adegan yang membekas untuk saya:
1. Khan dan keluarganya berkumpul untuk ikut mendoakan korban 9/11 di alun-alun kota. Setelah lagu-lagu pujian selesai dinyanyikan, Khan membacakan surat Al-Fatihah dengan lantang dan lancar. Tidak peduli sedikit pun dengan cibiran dan pandangan sinis orang sekitar, Khan tetap menyelesaikan doanya.
2. Menunaikan salat di tengah padang gurun, dihujani tatapan orang sekitar plus resiko ketinggalan bus.
3. Selalu mengucapkan Assalammualaikum, Waalaikumsalam, sampai Innalillahi wa innalillahi rojiun walau yang ditemuinya adalah non muslim.
4. Datang ke sebuah acara amal yang akan dihadiri oleh Presiden dan dengan angkuhnya panitia mengatakan tiket untuk gathering tersebut adalah USD 500 (Khan yang terlihat kucel pasti ngga punya uang sebanyak itu). Setelah Khan membayar, panitia bertanya "Dari gereja mana?". Khan heran dan bertanya balik "Bukannya ini acara pengumpulan dana untuk anak terlantar? Kenapa harus dari Gereja? Saya seorang muslim". Khan pun meninggalkan tempat itu, merelakan uangnya untuk amal dan tidak jadi bertemu Presiden (lagi).
4. Dan banyak lagi........ (ayo share sama saya).

Bekerja untuk mengumpulkan uang

Film ini seakan membawa pesan bahwa muslim bukanlah teroris, banyak muslim yang membenci perbuatan teroris dan terkena imbas negatif dari para teroris. Umat muslim hanya ingin hidup damai berdampingan dengan orang dari berbagai suku, ras, dan agama. My Name is Khan mengambil setting di Amerika Serikat, sebuah negara adidaya yang pernah mengalami trauma cukup hebat dengan kaum muslim. Rasanya tidak ada tempat yang lebih tepat dibanding negara ini untuk menyampaikan pesan yang terselip di dalam My Name is Khan. 

Hal lain yang saya suka, My Name is Khan menunjukkan bahwa orang-orang dari berbagai latar belakang agama dapat hidup berdampingan dengan damai dan bahagia (adegan saat Khan menunaikan Shalat dan Mandira berdoa untuk Dewa-Dewi dalam satu rumah, adegan saat Khan diundang untuk mengenang dan berdoa untuk arwah anaknya di dalam gereja). Mereka saling menghargai perbedaan dan keyakinan yang telah dipilih seseorang, tanpa perlu men-judge agama ini benar dan agama itu salah.

Selasa, 16 Maret 2010

U Fm, Nobar, dan Kalap Belanja

"Hari gini denger radio?" Kata teman kantor saya. 
"Perasaan terakhir kali gw denger radio itu pas jaman SMA deh, sejak itu ngga pernah lagi" lanjut dia

Memang sih, jaman sekarang pasti kedudukan radio sudah bergeser dengan penemuan iPod yang dapat menyimpan ribuan lagu. Tapi saya lebih cinta mendengarkan radio dibanding iPod yang lagunya cuma itu-itu lagi. Saya merasa memiliki teman sepanjang perjalanan (PP rumah - kantor memakan waktu selama 5 jam) saat mendengarkan radio. Tidak hanya memutar lagu, radio juga menghadirkan penyiar yang memberi info traffic, gosip, film terbaru, dan banyolan segar yang membuat saya harus menahan tawa (malu diliatin satu bus kalo ketawa ngakak). Saya juga sering mendapat kejutan melalui lagu yang diputar. Siapa sangka, hari ini saya bisa mendengarkan lagu kenangan bareng si mantan, atau lagu perpisahan waktu SMU, atau lagu yang mengingatkan saya dengan TTM nun jauh disana :) Setiap lagu pasti memiliki kenangan tersendiri, dan kenangan-kenangan itu dihadirkan secara mengejutkan oleh penyiar radio untuk pendengarnya.

Saya sempat mengalami krisis identitas saat lulus dari bangku kuliah. Radio pilihan saya dari jaman SMU sampai kuliah adalah Prambors, tetapi saat memasuki dunia kerja saya merasa terlalu tua untuk mendengar Prambors. Saya pun mulai searching line siaran yang dapat menampilkan citra pribadi saya: muda, baru masuk dunia kerja, sedang mencari jati diri, dan ingin menikmati hidup di usia yang sekarang. Pertama saya mencoba mendengar Gen FM dan merasa mual setelah 2 jam mendengarkan (lagunya kurang variatif, dalam waktu 2 jam sebuah lagu yang sama bisa diputar sebanyak tiga kali, dan penyiar tidak komunikatif dengan pendengar), Jak FM pun bernasib sama (ngga heran, Gen FM dan Jak FM berdiri di bawah satu bendera). Track FM? Hhmm, ngga beda jauh dengan Prambors, segmentasinya untuk anak SMU. Delta FM atau Kiss FM? Fiuuhh...saya belum setua itu. Sampai akhirnya, saya membaca label U FM di majalah langganan saya, Cita Cinta.


Pertama kali mampir di U FM, saya mendengar siaran pagi Imam Wibowo (ex-Prambors) dan Claudia Odit Lengkey. Gaya siaran yang fun, ledekan segar antara Imam dan Odit, resensi film, event acara, traffic Jakarta, dan lagu-lagu baru plus lagu lama jaman saya SMU diputar disini. Saya langsung merasa klop dan jatuh cinta dengan radio ini, sekarang U FM menjadi teman perjalanan yang paling setia. U FM bisa didengarkan di frekuensi 94,7 atau live streaming di www.u-fm.com untuk teman blogger yang berada di luar kota.

 Imam and Odit on 'Let Us Scramble Your Morning"

Satu hal lagi yang membuat saya tambah sayang dengan radio ini, U FM royal membagikan tiket nonton bareng. Saya beruntung pernah mendapat 2 tiket nonton New Moon di Setiabudi 21, dan hari sabtu kemarin saya dapat 4 tiket nonton It's Complicated di PS. Tadinya mau ngajak Cipu dan Exort nonton bareng sekalian kopi darat, tapi Cipu udah berangkat ke Vietnam dan saya ngga punya YM Exort, lagipula film ini terlalu 'cewek' dan ngga tepat untuk ditonton bareng mereka. Next time ya guys :p

Saya nobar It's Complicated bareng geng Singapore Ceria plus Sarah (she was my roommate in college too, like Sagi). Saya sendiri sempat heran, ko tumben U FM ngajak nonton film ini, sepertinya terlalu 'tua' untuk segmentasi pendengar U FM, selain itu bioskop yang dipilih terlalu besar. Dan pertanyaan saya terjawab saat melakukan registrasi: bukan cuma pendengan U FM yang ikutan nobar, tapi juga pembaca majalah Pesona dan Femina. Panteeeesss yang nonton kebanyakan Ibu-ibu :p

Saya, Sarah, Nenes, Sagi.

Berbeda dengan ambience nobar New Moon yang dihadiri U FM crew, nobar kali ini rasanya flat, bahkan sepertinya ngga ada kru U FM yang hadir (huks...padahal pengen bikin Sarah yang ngefans abis sama Imam histeris). Saya masih ingat dengan games seru yang diadakan U FM sebelum mulai nobar New Moon, salah satunya bergaya mirip poster New Moon dan para peserta dikerjain abis-abisan sama Imam. Belum lagi celetukan-celetukan khas kru U FM yang bertaburan sepanjang New Moon diputar, sukses bikin film yang seharusnya sedih berubah kocak sejadi-jadinya.
"Waduh, potong rambut kenapa sih. Cupu banget." Komentar Imam untuk rambut Jacob yang masih panjang.
"Wiiiiww...badannya keren bangeeett...Mauuu....." Ini kata Fifi Karamoy ngeliat badan Jacob topless nunjukin perut sixpacknya. Mupeng banget ya Fi :)

Imam Wibowo (He was played in Ruma Maida too)

Antrian saat nobar New Moon

Bergaya ala Edward, Bella, dan Jacob

Dan keputusan saya untuk ngga ngajak Cipu dan Exort nonton It's Complicated sangat tepat. Film ini lebih cocok ditonton geng cewek atau bareng mama tersayang (nyesel juga sih ngga maksa mama untuk ikut nonton). Dibintangi Meryl Streep, Steve Martin, dan Alec Baldwin film ini sukses bikin saya ketawa ngakak. Awalnya memang terasa datar dan membosankan, tetapi komplikasi hubungan Jane Adler dengan mantan suaminya, Jake, dan pacar baru Jane, Alec, membuat film ini penuh dengan berbagai adegan konyol. It's Complicated juga menampilkan manisnya hubungan sebuah keluarga yang telah bercerai, hubungan mantan suami-istri, hubungan kakak-adik, dan tidak ada yang salah dengan memulai kembali sebuah hubungan yang baru, berapa pun usianya. 

Tidak ada gunanya melihat ke belakang dan mencoba memperbaiki hal yang telah terjadi, lebih baik maju ke depan dan memulai sesuatu lebih baik lagi, karena kita telah memiliki satu pengalaman di masa lalu (this notes specially made by me and for me, and for all of you who need that).

Went to Sensi

I just love this pict :)

Selesai nonton ngasih testimoni untuk U FM. Sering-sering ngasih tiket gratis ya :)
Thank you U FM and Universal Pictures
We Love You, mmuahh...

Nobar ini memang sukses membuat saya berkumpul kembali dengan teman kuliah. Memang, mereka paling semangat kalau ada sesuatu dengan embel-embel "gratis". Dan walau acara nobar kemarin berlangsung jam 9 pagi, ngga ada yang komplain akan jam tidur yang harus terpotong. Dasar. Geng Singapore Ceria plus Sarah pun merubah nama menjadi geng Thailand and JIFFest wannabe (padahal kedua acara ini masih lama banget) dan menuju Senayan City. Coba tebak, apa yang terjadi jika teman-teman lama berkumpul (semuanya perempuan), ditambah mall, dikuadratkan dengan diskon gede-gedean di Debenhams?

Relax, I just bought 2 bags and 4 pair of shoes :D

Quite heavy actually :(

My newest shoes :D

Gosh...semoga saya sanggup membaca billing statement bulan depan :p

Minggu, 14 Maret 2010

Lagi Rajin Ngikutin Berita

Hal yang saya lakukan saat sampai rumah setelah seharian berada di kantor adalah masuk kamar, nyalain laptop (kalau lagi ngga cape), keluar kamar lagi untuk urusan bersih-bersih badan, dan masuk kamar untuk online sebentar kemudian tidur. Begitu terus selama lima hari dalam seminggu, mama papa juga biasanya langsung beranjak ke kamar setelah anak perempuan satu-satunya yang manis serta cantik jelita ini pulang dengan selamat. Namun 2 minggu kemarin semua rutinitas ini berubah.

Dua minggu kemarin, saat saya pulang, papa lagi nonton Metro TV yang menayangkan kericuhan Sidang Paripurna DPR. Saya cukup terpana melihat berita tersebut dan ikut duduk anteng bareng papa dengan baju kerja yang masih melekat. Shock juga, ternyata sampai saat ini kelakuan anggota DPR masih sama: arogan, tidak memikirkan kepentingan rakyat, dan tidak beretika. Malu rasanya melihat wajah dari sistem kepemimpinan Indonesia melalui Sidang Paripurna DPR yang berlangsung hari itu.

Berhubung badan ini sudah protes minta istirahat, saya hanya mengikuti berita sampai jam 22.30. Lagipula berita yang ditampilkan sudah diputar berulang kali di beberapa stasiun TV. Sebenarnya Metro TV dan TV One menayangkan dialog dengan beberapa tokoh politik, termasuk dengan Marzuki Alie selaku ketua DPR yang berulah hari itu. Tapiiii....karena saya udah lama banget ngga akses sama berita, jadi saya ngga kenal dengan tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam dialog, bahkan sebelumnya saya ngga tau kalau Marzuki Alie itu adalah ketua DPR :p

Keesokan harinya, tiba-tiba saya tergelitik untuk mengetahui berita semalam lebih lanjut. Ada apa sih dengan Sidang Paripurna DPR kemarin? Kenapa jadi sebegitu ricuhnya? Kenapa Marzuki Alie meninggalkan ruangan sidang? Apa sih yang dibahas di sidang kemarin? Dan semua pertanyaan itu mendorong saya untuk membeli koran pagi (biasanya saya cuma baca koran hari sabtu dan minggu). Pilihan jatuh pada koran Media Indonesia, karena saya ingin membaca berita dari sudut Media Group.

Malamnya, sidang paripurna DPR tahap 2 kembali digelar. Saya yang memang bela-belain untuk pulang cepat dari kantor beruntung dapat mengikuti jalannya sidang. Dari debat kusir yang terjadi, saya dapat menangkap kalau sidang sudah berlangsung cukup lama, terdapat beberapa opsi, dan ketua DPR sepertinya lebih kalem menghadapi hujan interupsi. Percaya atau tidak, saya hanya mengikuti berita sampai jam 21.30 malam saja. Kuping ini rasanya pengang dan panas mendengar interupsi dari sana-sini. Kalau interupsinya worth it untuk didengar sih it's-ok-go-ahead, tapi kebanyakan interupsinya ngga penting dan hanya memperlambat jalannya sidang. Belum lagi anggota DPR lain yang berlaku layaknya anak SD, berteriak-teriak "Huuu..." dan mengolok-olok anggota dewan yang sedang membacakan interupsi. Sungguh sangat tidak beretika dan tidak mendukung kelancaran sidang. Tambah malu rasanya saya dengan sistem pemerintahan negara ini.

Keesokan harinya, saya kembali membeli koran untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di sidang paripurna kemarin malam. Pilihan jatuh pada koran Seputar Indonesia, kali ini saya memang ingin melihat berita dari sudut pandang Sindo. Dari situ saya mengetahui bahwa sidang paripurna DPR memutuskan untuk mengambil opsi C: proses bailout bank Century bermasalah.

Pernah dengar istilah "Satu pengetahuan akan membawa kita kepada pertanyaan yang lain". Manusia memang tidak pernah puas dan selalu ingin tahu (atau itu pribadi saya saja?). Hal itulah yang terjadi kepada saya. Saya yang memang ketinggalan berita jadi penasaran akan permasalahan inti dari kasus Century dan sidang paripurna. Teman-teman kantor tidak luput dari pertanyaan saya. Mereka semua heran dan bertanya "Kok tumben, lo sekarang ngikutin dan pengen tau sama berita".

Entah, rasanya sekarang saya mulai aware dengan berita-berita tentang negeri ini, apalagi yang berkaitan dengan politik. Dulu saya sangat alergi dengan segala hal yang berhubungan dengan politik, tetapi sekarang pola pikir saya mulai terbuka. Saya adalah anak bangsa, apa jadinya bangsa ini jika warganya sendiri tidak mengetahui hal-hal yang sedang, telah, dan akan terjadi. Bukan saatnya lagi saya berpangku tangan dan pura-pura tidak peduli dengan keadaan bangsa ini. Paling tidak, saya tidak ingin kehilangan (lagi) bab-bab bersejarah yang sedang terjadi saat ini. 

Sekarang saya lebih rajin mengikuti berita. Saat akan berangkat kerja, saya minta mama untuk menyalakan TV dan mengencangkan volumenya sehingga bisa terdengar dari kamar, jadi saya bisa mengikuti berita sambil berpakaian, dandan dan sarapan. Pulang kerja juga saya meluangkan waktu beberapa menit di depan TV, untuk mengetahui ada kejadian apa hari ini di Indonesia. Kalau beritanya (menurut saya) penting dan menarik keesokan harinya saya akan membaca koran.

Ada beberapa keuntungan lain dari kebiasaan baru saya ini. Selain saya lebih aware terhadap berita terbaru dan pengetahuan mengenai sistem politik Indonesia jadi bertambah, saya jadi lebih dekat dengan papa. Seringkali saya tidak puas dengan jawaban dari teman-teman kantor, dan (menurut saya) orang yang paling tepat untuk bertanya, berdiskusi, dan bertukar pendapat adalah papa sendiri. Sudah lama sekali rasanya sejak terakhir kali kami mengobrol dan berdebat mengenai suatu hal, dan topik tentang sistem pemerintahan dan politik Indonesia rasanya tidak akan pernah habis untuk dikupas lebih dalam. 

Ah ya, satu lagi keuntungan dari baca berita: ngga malu-maluin waktu ngobrol dengan teman baru. Ini terjadi waktu chat bareng Cipu, iseng saya tanya-tanya kerjaan kakaknya yang politikus. Dia jawab "Kerja di Bawaslu, search aja namanya di Google" dan saya tidak cukup bodoh untuk bertanya "Bawaslu itu apa sih Pu?". Hahahaha.... Well Pu, your sist is a great person. Dedicated with her job, honest, and tought person indeed. You must be very proud of her.

Kamis, 11 Maret 2010

SG: Last Day and Miscellaneous

Last Day
Hari terakhir di negara ini. Kami hanya memiliki sisa waktu 3 jam untuk berkeliling. Dengan ransel yang beratnya bertambah beberapa kilo tersanding di bahu, kami melangkahkan kaki menuju Bugis. 

Bye Geylang

Sebagian toko di daerah Bugis Street masih banyak yang tutup, tapi Nenes sudah kembali kalap belanja kaos bergambar Merlion untuk oleh-oleh. Sebagian kaos itu berbunyi “I Love Singapore” dan rasanya saya akan sangat berdosa pada Tanah Air jika tega membeli dan memakai kaos tersebut (haha, rasa nasionalisme sedang di titik puncak). Bugis Street memang menyediakan berbagai souvenir sebagai oleh-oleh, tapi harga yang ditawarkan masih kalah murah dibanding dengan Mustafa Centre. Saya dan Sagi lebih kalap di toko yang menjual berbagai aksesoris, harga yang ditawarkan lumayan miring. Sagi menghabiskan hampir SGD 50 selama di Bugis, saya sendiri (untungnya) masih bisa menahan hasrat berbelanja mengingat ransel yang sudah penuh dan berat. Rasanya saya sudah tidak sanggup menambah beban bawaan lagi.

 Kalap belanja (lagi)

Aroma makanan dari food court yang berjejer di sepanjang Bugis Street mengingatkan kami akan perut yang belum sempat diisi sejak pagi, tapi sayang kehalalan masakannya lumayan diragukan. Tanpa disadari, kaki ini telah melangkah memasuki kawasan Bugis Junction. Kombinasi kaki dan bahu yang pegal plus perut kelaparan membuat kami melakukan kesalahan besar dalam menentukan tempat makan. Sebal rasanya menghabiskan SGD 8 hanya untuk sebuah bento hambar minus air minum.

Masih tersisa satu jam untuk berkeliling, tapi kelelahan yang terakumulasi sejak dua hari terakhir membuat kami tidak berselera untuk kembali menjelajah tempat ini. Akhirnya kami pergi ke stasiun MRT untuk kemudian menuju bandara.
 
 Ngembaliin Singapore Tourist Card (I just love that card)

 
 Straight to airport

Bawaan yang semakin bertambah

Saya hanya terdiam di bandara, meresapi semua kelelahan, keriaan dan pengalaman selama tiga hari di negara ini. Sampai akhirnya panggilan untuk masuk ke dalam pesawat pun membahana di dalam ruang tunggu. Bye SG, thanks for being the first country in my backpacking journey.

Backpacking Miscellaneous

Peta, flyer, tiket

Budgeting
Day 1:
Beli Cemilan di Changi: SGD 1.2
MRT Changi – Kellang: SGD 1.6
MRT Kallang – City Hall: SGD 1
MINT: SGD 15
National Museum of Singapore: SGD 10
Lunch di Makansutra: SGD 5
Minuman dingin di belakang Espalande: SGD 1.2
MRT City Hall – Kallang: SGD 1

Day 2
MRT Kallang – City Hall: SGD 1
Singapore Tourist Pass for one day: SGD 8
Science Centre: SGD 6
Lunch di Little India (Sup tulang merah, roti prata, dan teh tarik) hanya SGD 5.6 saja
Beli oleh-oleh di Mustafa Center: SGD 42.7
Sentosa Express: SGD 3
Song of The Sea: SGD 10
Softdrink sekalian (norak) nyoba mesin penjual minuman: SGD 1

Day 3
MRT Kellang – Bugis: SGD 1
Belanja-belenji di Bugis: SGD 30
Makan ngga enak di Bugis Junction: SGD 8
MRT Bugis – Changi: SGD 1.6

Pengeluaran selama tiga hari: SGD 163.90 (ambil contoh kurs Rp 6.500) = Rp. 1.065.350
Tiket PP plus hotel 3 hari Rp. 850.000
Airport tax Rp. 150.000

Pengeluaran saya yang paling besar adalah untuk membeli oleh-oleh: SGD 72.7 atau sekitar RP. 472.550.
Jadi kalau dihitung-hitung, pengeluaran inti (tiket MRT, bus, museum, makan, minum) hanya SGD 91.20 = Rp. 592.800

Total pengeluaran untuk backpacking pertama: Rp. 2.065.350
Termasuk murah atau mahal? Itu semua tidak sebanding dengan pengalaman yang didapat.

 Teman sejati selama perjanan: ransel, tas tangan, Singapore Tourist Pass, purple shoes

From Indonesia?
Dari hari pertama menjejakkan kaki di SG, ada saja orang yang bertanya “From Indonesia?” kepada kami. Sebal dan risih rasanya karena saya ngga suka dipandang sebagai turis. Iseng-iseng kami bertanya dengan orang-orang tersebut, darimana bisa menebak negara asal kami.

Tempat: National Museum of Singapore
Saat misuh-misuh cari orang yang bersedia mengambil foto kami bertiga, seorang security menawarkan bantuannya. Setelah selesai kami pun mengucapkan terimakasih dan petugas tersebut bertanya:
“Indonesia?”
“Yes, how do you know that?”
“Kalimat kalian, ‘bagaimana’ kalian sebut ‘gimana’“, jawab petugas dalam bahasa Malay
“Aaahh yaaa.....”
Ternyata dia ngeh dengan bahasa Indonesia non baku yang kami gunakan.

Tempat: Geylang Road
Semangat menggebu-gebu untuk mengeksplor SG di hari pertama dan ditanya sama penduduk lokal:
“From Indonesia?”
“Yes”
Dan dia bisa nebak itu dari wajah khas Indonesia kami.

Tempat: Mustafa Centre
Lagi sibuk milih souvenir, ditanya sama orang India lokal:
“Indonesia right?”
“Yes”
“I know it from your veil. You are a moslem” jawab si India kepada Sagi
Bangga rasanya, Indonesia dikenal sebagai negara dengan mayoritas muslim disini.

Perjuangan untuk mengambil foto bertiga (kenapa saya selalu jadi bagian dokumentasi sih)

My beloved camera and tripod

Another Little India's Story
Masih inget dong dengan parnonya saya dengan orang India. Parahnya lagi logat India mereka terbawa saat berbicara dalam bahasa Inggris. Mau nga mau saya harus mendengarkan ucapan mereka dengan seksama. Jangan sampai gara-gara salah ngerti petunjuk arah dari mereka saya musti tanya orang India lagi.
Selesai bertanya, saya menyampaikan petunjuk arah yang didapat pada Sagi dan Nenes. Dengan tidak sopannya Sagi berkata:
“Ros, lo nyadar ngga? Orang India itu kalo ngomong kepala ikut goyang-goyang loh”
“Mana gw sadar Sagiiiiiii...... Gw tuh udah stress ngertiin bahasa Inggris logat India. Belom lagi gw parno banget sama mereka. Mana sempet gw merhatiin kepala yang goyang-goyang sambil ngomong”
Bukannya bantuin saya nerjemahin bahasa Inggris yang terdengar aneh di kuping, mereka malah merhatiin bahasa tubuh orang India. Benar-benar tega pangkat lima.

Turis atau backpacker?
Selama perjalanan kemarin, saya hanya membawa satu ransel dan satu tas tangan. Sagi bawa ransel yang bisa didorong plus satu tas tangan, sedangkan Nenes memakai tas selempang dan satu tas tangan. Di hari akhir, barang belanjaan Nenes ngga bisa masuk ke tas dan akhirnya dia harus menenteng satu kantong plastik besar sebagai tambahan.

Biar berat dan ribet yang penting gaya :p

Tujuan utama kami selama di SG adalah museum atau monumen khas negara tersebut dan daerah yang kental dengan budayanya, sedikit mencicipi pengalaman jadi turis dengan mengunjungi Sentosa Island. Tidak terbersit niat sedikitpun untuk belanja gila-gilaan di Orchard, kami hanya khilaf di Little India dan Bugis Street.

Salah seorang teman mempertanyakan seberapa backpacknya perjalanan saya, “Ransel aja ngga ada, bawa tas dorong malah. Masa berani bilang bakcpackeran”, kurang lebih seperti itu dia bilang. Untuk saya tidak penting, apakah sebuah perjalan murni backpack atau tidak. Mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman dari perjalanan ini jauh lebih berharga dibanding menyombongkan diri siapa yang paling berbackpack dan menghabiskan dana paling murah. Dan yang pasti, dari semua perjalanan yang sudah dan akan dilakukan, pada akhirnya akan membuat kita lebih mencintai negeri sendiri. 

In The End.......
Ayoooo nabung lagi :)
 
Mengumpulkan sisa-sisa recehan

And see you again in Thailand for next journey gals (cant wait cant wait).