Kamis, 26 Desember 2013

Belitung on Budget

Tidak ada transportasi umum di Belitung. Hampir seluruh penduduk Belitung mengandalkan motor sebagai transportasi utama, sedangkan kebanyakan traveler on budget biasanya menggunakan jasa sewa motor harian untuk menekan biaya akomodasi selama berlibur di Belitung. Sebagai seseorang yang selalu mengandalkan jasa transportasi umum, ditambah ketidakmampuan mengendarai motor dan juga mobil, fakta ini cukup membuat saya kebingungan. Bagaimana saya bisa menikmati Belitung dengan segala keterbatasan yang ada?

Alternatif yang saya ambil adalah menggunakan jasa tur, hanya saja saya menghindari tur Belitung yang sudah marak di internet. Saya tidak suka diatur-atur saat berlibur, apalagi jika ketua tur memberi batas waktu ketika mengunjungi tempat wisata yang saya suka. To make it simple, saya menginginkan tur dimana saya memiliki kebebasan untuk menentukan itinerary sendiri dan tentu saja dengan biaya yang masih termasuk dalam kategori on budget.

Pertanyaannya sekarang, ada gitu tur yang seperti kriteria saya itu? Ada dong. Berbekal informasi dari seorang teman yang lebih dulu ke Belitung saya berkenalan dengan Fauzi (081367306696/081373539085), dia dapat meng-arrange rencana liburan selama di Belitung sesuai keinginan saya dengan biaya yang lebih miring dibanding jasa tur lainnya. Hebatnya lagi, dari budgeting yang ditawarkan Fauzi saya bisa meminimalisir beberapa pos pengeluaran sehingga biaya tur yang dikeluarkan dapat semakin ditekan. Misalnya untuk penginapan saya lebih memilih kamar kost yang dapat disewa secara harian (Rp 100.000 per malam, dapat sharing dengan travel partner saya) dan untuk transportasi di hari tertentu saya lebih memilih menggunakan motor daripada mobil.

Untuk perkiraan budgeting di Belitung, harga sewa motor berkisar antara Rp 30.000 sampai Rp 50.000 (belum termasuk biaya bensin), sewa mobil Rp 250.000 (tambahan biaya bensin Rp 150.000 dan driver Rp 100.000), sewa kapal antara Rp 400.000 - Rp 500.000, antar jemput bandara antara Rp 100.000 - Rp 150.000, penginapan on budget Rp 100.000 - Rp 350.000 , makan Rp 20.000 (minimum budgeting untuk sekali makan), snorkeling Rp 30.000. Biaya sewa mobil dan sewa kapal dapat semakin murah jika di-sharing dengan banyak orang.

Itinerary hari pertama saya di Belitung adalah menjelajah Belitung Timur yang jaraknya cukup jauh dari kota Tanjung Pandan. Waktu tempuh sekitar 1,5 – 2 jam, mungkin setara dengan jarak Jakarta – Bandung lewat tol Cipularang. Sepanjang jalan kebanyakan didominasi perkebunan kelapa sawit dan rawa-rawa, Fauzi bahkan menunjukkan beberapa spot yang dijadikan lokasi syuting film Laskar Pelangi dan selalu mengingatkan saya jika ingin berhenti di tempat yang saya suka untuk memotret. Selain itu dia juga mengajak saya ke beberapa tempat lokasi wisata yang belum terlalu familiar di kalangan wisatawan. Lokasi wisata di Belitung Timur berpencar-pencar dan tidak banyak petunjuk arah yang dipasang sebagai marka jalan, saya yakin jika nekat berpetualang sendiri saya pasti berakhir nyasar entah kemana.

Hari kedua sampai hari kepulangan saya ke Jakarta seorang teman Fauzi, Harry, ikut menemani kami. Harry memiliki logat Melayu yang terdengar kental dalam pengucapan kalimatnya, rasanya seolah sedang mendongeng buku Laskar Pelangi ketika dia sedang berbicara. Dan seperti kebanyakan orang Melayu yang suka mengobrol, Harry juga tak canggung bercerita tentang kisah masyarakat Belitung. Alih-alih menjadi guide, Fauzi dan Harry pada akhirnya malah menjadi teman baru yang menyenangkan di Belitung. Hingga pada akhirnya membuat liburan saya di Belitung naik peringkat menjadi kategori beyond expectation.

Pantai Serdang, Belitung Timur

Mercusuar Pulau Lengkuas

Hilarious Harry :)

Happy holiday y'all :)

Sabtu, 07 Desember 2013

Pelangi di Negeri Laskar Pelangi

Saya hanya salah satu orang yang jatuh cinta dengan Belitung setelah melihat film Laskar Pelangi. Mengunjungi Belitung sudah masuk dalam bucket list saya sejak film tersebut rilis dan baru terwujudkan pertengahan November lalu dengan bermodalkan tiket promo Citilink. Jujur saja, hati saya ketar-ketir dengan pilihan waktu yang kurang menguntungkan. November sudah masuk musim penghujan dan bahkan guide saya di Belitung pun sudah mewanti-wanti kalau pulau kecil tersebut selalu hujan sejak awal November. Saya tahu dengan pasti laut tidak pernah baik saat musim penghujan, namun toh saya tetap memutuskan untuk berangkat.  

Cuaca masih tidak mendukung sampai hari keberangkatan saya. Jakarta dirundung hujan deras sejak tengah malam buta dan menyisakan gerimis ketika pesawat saya tinggal landas. Tidak sampai satu jam kemudian saya sudah mengudara di atas langit Belitung. Matahari mulai menampakkan sinarnya dan membawa hangat yang keemasan. Dari atas terlihat jelas jejak-jejak kolam kaolin sisa tambang yang telah ditinggalkan. Warna biru hijau air yang memenuhi kolam kontras dengan putihnya tanah sisa tambang yang menumpuk. Bopeng di atas bumi Belitung ini anehnya terasa memesona sekaligus memikat. Selanjutnya barisan sejajar pohon sawit memenuhi pemandangan di bawah sana. Ah Belitung, ternyata pulau ini juga telah terinvasi proyek hutan kelapa sawit yang bahkan pemilik utamanya pun bukan orang Indonesia. Lagi-lagi masyarakat Belitung menjadi buruh di tanahnya sendiri. 

Pesawat saya kemudian mulai mempersiapkan posisi landing, bagian yang paling saya benci dari sebuah penerbangan. Setelah roda ban berdecit dan perut saya seketika terasa mual, terlihat satu sapuan kuas Tuhan dari jendela pesawat yang membuat saya terpana dan ingin loncat dari pesawat sesegera mungkin. Sebuah pelangi menghiasi langit Belitung, hadiah dari Tuhan setelah menurunkan hujan deras dari malam sebelumnya. Langit masih terlihat mendung dengan awan yang berat membawa uap air, saya tahu tak lama lagi hujan akan kembali tercurah di bumi Belitung. Namun hujan juga telah menciptakan pelangi di sebuah tempat yang disebut Andrea Hirata sebagai Negeri Laskar Pelangi. 

Haruskah saya menyesali keputusan untuk menyambangi Negeri Laskar Pelangi saat musim penguhujan tiba?

Rasanya tidak. 

Pelangi ganda di langit Belitung