Kamis, 07 Oktober 2010

Fake Luxury

Pernah membeli barang imitasi? Barang aspal alias asli tapi palsu? Atau yang sedang tren sekarang adalah barang KW, mulai dari KW super, KW1, dan KW2. Kualitas yang disingkat menjadi KW ini biasanya menunjukkan derajat kemiripan barang palsu dengan yang asli, semakin rendah tingkatan KW maka kualitasnya akan semakin jelek dan harganya pun lebih murah. Barang imitasi, aspal, atau KW biasanya menjiplak habis sebuah model dari suatu brand terkenal. Tidak tanggung-tanggung, mereka juga meng-emboss barang palsu dengan logo dari brand yang dijiplak. Dengan demikian, untuk mata orang awam tidak akan terlihat bedanya, mana yang asli dan palsu.

Rasanya sekarang masyarakat sudah tidak malu lagi memakai barang KW ini, penjualannya pun dilakukan secara terang-terangan. Pemalsuan brand sudah tentu merugikan banyak pihak: pemegang lisensi resmi atas brand yang bersangkutan, designer yang susah payah merancang, dan merugikan negara karena kita tidak membayar pajak atas barang tersebut. Yang pasti, memakai barang KW mencerminkan mental kita sebagai mental pembajak.

Untuk kalangan sosialita, adalah haram hukumnya jika memakai barang palsu. Sekali ketahuan memakai barang KW, maka untuk selamanya dia akan dicap sebagai pemakai barang imitasi. Tidak akan dipercaya lagi walau ia memakai barang asli sekalipun. Tetapi saya, anda, dan kita, bukanlah sosialita dari kalangan jetset. Tetap saja, alasan ini tidak bisa dijadikan pembenaran untuk ikut-ikutan memakai barang KW.

Saya pribadi sudah pasti tidak mampu membeli tas merk LV, Guess, atau Chanel yang harganya berpuluh-ratusan juta. Jika saya memakai tas palsu yang meng-emboss brand tersebut, bukankah saya sudah membohongi diri sendiri? Masyarakat pun bisa menilai kalau karyawan-kantoran-yang-setiap-hari-naik-bus-dan-gajinya-pas-pasan seperti saya tidak mungkin memakai tas dari brand yang asli. Jadi untuk apa saya tetap memakai tas dengan emboss brand terkenal tersebut? Yang pasti, saya malu mengenakan benda yang terang-terangan menempelkan brand super-wah yang pastinya tidak terjangkau kocek saya.

Percaya atau tidak, harga tas dan sepatu KW dengan brand terkenal ini harganya pun tidak murah. Kalau begitu, mengapa tetap mengeluarkan uang banyak untuk sebuah barang palsu? Mengapa tidak membeli barang asli dari brand lain yang tidak kalah bagus tapi tetap terjangkau, dengan begitu kita bisa menghindari pembajakan dan tidak membohongi diri sendiri. Dengan status yang notabenene memang bukan sosialita dan bukan anak dari orangtua super-tajir-melintir-lintir, untuk apa memaksakan diri memakai benda bermerk. Akui saja kalau kita saya memang tidak mampu.

Saya pribadi, sudah menempelkan stigma negatif terhadap orang yang dengan bangganya memakai barang KW tanpa merasa bersalah. Pasti terdengar arogan bagi kalian, kesannya saya orang suci yang tidak pernah memakai barang palsu, selalu membeli barang asli yang lebih mahal dari barang asli, dan tidak mau memakai barang murah. Tidak juga tuh...

Jaman kuliah dulu, saya punya satu tas yang mengemboss sebuah merk terkenal. Sayangnya, tas tersebut tidak sempat go public terlalu lama karena saya malu telah membohongi diri sendiri. Saya juga tahu, 40% siswa di kelas saya termasuk golongan anak-tajir-melintir yang mampu membeli barang dengan merk asli.  Rasanya tidak rela kalau harus dihujani tatapan 'You're wearing the fake one right?'. Lebih baik memakai tas biasa tanpa merk daripada terlihat begitu memaksakan diri untuk tampil 'mewah'.

Sekarang, setelah memiliki penghasilan sendiri, saya memilih untuk memakai produk sebuah brand  dalam negeri dengan model dan kualitas yang tidak kalah dengan brand terkenal (sstt, I recommended Capriasi for alternate). Tapi jangan salah, saya juga cinta berbelanja di Ambassador, sebuah surga belanja bagi karyawan kere untuk mencari outfit kantor yang bagus tapi affordable. Bayangkan, rata-rata sebuah tas dibandrol dengan harga 50ribu saja, tapi saya langsung ilfil begitu melihat berbagai logo brand kelas atas yang menghiasi tas tersebut. Sebagai perempuan normal, saya masih cinta barang bagus dengan harga miring, namun saya lebih memilih barang yang tidak memiliki merk atau bermerk independen. Sekarang saya lebih sadar diri untuk tidak menggunakan barang yang menempelkan logo brand terkenal.

Mau memakai barang asli, palsu, imitasi, atau KW adalah pilihan Anda. Yang pasti, ada berbagai alternatif cara yang bisa diambil untuk menghindari penggunaan barang imitasi. Jangan bangga jika Anda memakai barang imitasi karena Anda sedang membohongi diri sendiri, karena Anda secara tidak langsung mendukung pembajakan hak cipta. Seperti mengutip dari Bazaar Indonesia:


Notes: Judul Fake Luxury diambil dari tema Bazaar Style (diputar di O Channel 12 September 2010) yang juga merupakan kampanye Harper’s Bazaar untuk memerangi merk palsu yang marak beredar.

21 komentar:

  1. iyah mbak... keboo jg jarang bgt beli barang palsu *kecuali merk nya tersembunyi dan baru ketauan pas uda dibeli.. sigh..

    BalasHapus
  2. konon katanya, kalo mau masuk ke eropa, kita gak boleh pake barang palsu. katanya lagi, di bandara barang palsu yang kita pake bakalan di sita

    entah bener apa nggak...

    yang pasti, harusnya semua negara menerapkan peraturan yang seperti itu, sehingga peredaran barang palsu bisa diredam yaa...

    oh ya, aku pernah ke Cina
    dan disana benar benar surga barang palsu deh..

    BalasHapus
  3. Hehe... Jujur saja saya sih ngga pernah ambil pusing sama barang asli atau palsu, karena kalau beli tas, saya biasanya cuma pilih yang muat banyak dan ngga gampang jebol.

    BalasHapus
  4. saya sih apa aja deh, asal modelnya cocok dg selera. mau tiruan atau asli oke2 aja. tapi kalo asli, gak kuat belinya. jadi saya gak terlalu merhatiin apakah itu diembosi merek top atau gak.

    BalasHapus
  5. Ya namanya opini orang beda-beda kan Cha. Mungkin orang tertarik model, bentuk, dan jenis barangnya dan niatannya juga nggak buat gaya-gayaan tapi karena kebutuhan, dan yang diperoleh ternyata satu-satunya yang cocok emang dapetnya dan adanya yang KW.. kalo malu apa enggaknya sih balik ke yang make kan!. Toh banyak koq temen-temen saya yang juga make barang KW karena seneng modelnya.. bukan karena mereknya.
    Buat saya pribadi, who they are not judged by what they wear kan!

    BalasHapus
  6. kalo saya sendiri memang bukan penggemar barang branded, yg paling penting saya memang menyukainya, hehehe....

    tapi setuju banget soal cinta produk dalam negri, misalnya aja tas ini, sekarang udah banyak desain2 anak negri yang keren2 dan khas indonesia banget yg menurut saya (IMHO lho ya :D) lebih keren dari produk2 bermerk yg harganya selangit itu.... ^^v

    BalasHapus
  7. wah dr dl gw paling males make barang yang keliatan mereknya walaupun itu asli, mending gw make barang yg ga ada mereknya deh dr bebas dr tanggapan itu barang asli atau palsu

    BalasHapus
  8. klo aku yg penting barangnya awet dan enak dipakai, walaupun ga branded ya ga masalah. Nah klo kebetulan budget mencukupi untuk beli yg branded ya Alhamdulillah..toh emang harga ga bisa dibohongin kan :D

    tapi balik lagi ke pribadi masing2 dan kebutuhannya..like this post mbak :)

    BalasHapus
  9. selalu suka dengan postingan Ocha :)

    klo saya gk mentingin merk, yang penting mah suka dan harga cocok, wlo merk gk jelas atau non merek (baca bukan branded). biar deh dibilang ketinggalan zaman klo gk make branded, naah klo make yg branded ternyata palsu, lebih malu lagi kan yak?? hehehh *just my opinion*

    BalasHapus
  10. barang asli lokal banyak ko yg keren, bener ga? :)

    BalasHapus
  11. Kalau aku... selama ini gak pernah punya pikiran macam2 saat beli barang. Asal aku suka dan cocok dengan harganya, aku beli...
    Aku gak pernah ingin tampil wah sih.. karena emang gak ada modal... hehehe

    BalasHapus
  12. setujuuuuuu mbak merry :)
    lagipula, saya teta cantik meski gak dipermk ama brg bermerek. justru...ehem,...sayalah yg mempercantik barang yg tak bermerek tsb kwkwk *maksudnya kepedean*

    BalasHapus
  13. Gua abis ngecek barang barang gua:

    Sepatu gua warna abu-abu merk power, dibeliin temen yang baik hati dan tidak sombon

    ransel gua, merk eiger buatan dalam negeri

    koper gede gua merk samsonite asli, hadiah dari kakak

    Sandal gua merk eiger, idem sama yang di atas

    Baju-baju gua rata2 merk lokal hasil membeli di Ambassador.

    Gua mungkin lebih senang membeli barang yang nggak nunjukin merk, seperti Exort. Anyway beli barang-barang branded juga ga terjangkau. Dan kalau beli barang-barang KW, gua pasti juga ga cocok, soale tampang gua yang kampung ini ga matching sama barang-barang KW

    BalasHapus
  14. @ Cipu: Hhmm...sepertinya kenal deh sama sepatunya ;)

    BalasHapus
  15. salam kenal ya :)

    saya punya sih barang palsu,tapi ga banyak deh kayaknya. tas 2, parfum 1, dompet 1, n baju 1. udah deh kayaknya. soalnya ga liat merk jg sih, liat bentuknya.
    lagian, lebih suka barang2 seni asli indonesia. misalnya tas kerja khas motif dari aceh, ngga akan ada yg sama modelnya di kantor.

    BalasHapus
  16. huhuhu postingan yang bagus bgt...
    Cuma kadang2 kalo lagi belanja... karena minimnya pengetahuan ttg fashion, dibelilah barang yg mereknya ga dikenal dan TERNYATA itu merk terkenal -__-" hahaha..
    jadi beli bukan karena "pengen punya barang bermerek meskipun KW" tapi lebih ke "beli karena bodelnya bagus tapi ternyata barang KW"

    hehehe ini yg susah :P

    BalasHapus
  17. memangnya yg merk2 terkenal itu apa saja sih? makelum, beneran gagap soal merk branded dan semacamnya. Akhirnya malah lebih sering beli yg non merk skalian, yg penting nyaman dipake :D

    etapi bahaya juga ya kalo gatau nama2 merk, trus belanja gitu trus dapet barang murah tapi ternyata itu KW dari barang bermerk, waduh... bisa ditulis disini gak, apa aja merk itu? *rikwes :D

    BalasHapus
  18. Berbicara mengenai barang KW. aq punya pengalaman.. kemarin saat ke Singapore tanpa sadar aq membawa tas kecil dengan salah satu brand terkenal ( tentunya punya aq yang KW :) ) n teman-2 aq bilang kalo di singapore gak boleh bawa tas-2 branded KW , jika ketauan bisa didenda.. alhasil. kemana-mana terpaksa aq bawa tas itu dengan posisi dibalik ( belakang menjadi depan ) karna tulisan brandnya ada di depan tas .. repot juga.. tapi mau gimana lagi ..beginilah kalo membawa barang-2 KW ..

    BalasHapus
  19. Susah ya kalo jd korban fashion, apalagi kalo faktor keuangannya ga mendukung, hihi, jatohnya jd kasihan sama orang tsb. :)

    Kalo saya pribadi lebih nyaman pake barang yg ga bermerek sihh, hehe. Nah, tp kalo emang lg bener2 naksir sama salah satu merek (brand), saya akan nabung dulu buat beli yg aslinya dong! ;)

    BalasHapus
  20. ini cuma tentang mentalitas....:)

    BalasHapus