Menjadi yang termuda di kantor sepertinya selalu membawa konsekuensi tersendiri. Mulai dari dianggap kurang kompeten, masih manja, childish, tidak mampu berbaur dalam lingkungan kerja, egois dan lain sebagainya yang bernada sinis dan negatif. Peran saya di kantor sih komplit banget, menjadi yang termuda dan tidak memiliki latar belakang ilmu perbankan sama sekali. Sulit untuk menggambarkan bagaimana lingkungan kerja 'memandang' saya pada masa itu. Tekanan yang demikian sangat besar membuat saya bersahabat dengan toilet, sebuah tempat aman dimana saya bisa menangis tanpa harus terlihat cengeng. Ergh, If only you know what I feel.
Untungnya saya adalah tipe orang yang tidak terima jika dipandang sebelah mata oleh orang lain. Semakin besar orang lain meng-underestimate maka semakin gigih perjuangan saya untuk membuktikan kalau saya bisa. Jadi saya mulai melihat kelebihan-kelebihan rekan kerja, tidak lelah dan selalu mau belajar dari mereka serta mencari celah agar atasan dapat melihat peningkatan kinerja saya. Voila, setelah satu tahun lebih bekerja atasan mempercayakan saya untuk pindah ke bagian lain dengan prestige yang (hopefully) lebih baik.
Ada kepuasan tersendiri ketika saya berhasil membuktikan kepada orang-orang yang underestimate tersebut kalau ternyata saya bisa. Bahwa semua pikiran negatif mereka itu salah. From nobody became somebody. Menyenangkan saat orang lain mengakui kelebihan kita, menghargai usaha kita dan (ehem) menyadari secara diam-diam kalau mereka salah telah meng-underestimate kita. Satu hal lain yang membuat saya lebih menikmati fase ini karena saya adalah yang termuda di kantor. Haha, saya memang yang termuda di kantor tapi kalian tidak bisa meremehkan kemampuan saya begitu saja. (Notes: statement yang terdengar sangat culas namun sepertinya sebanding dengan semua perjuangan saya untuk sebuah 'pengakuan').
Sayang, sepertinya sekarang saya terjebak di zona aman. Setelah pindah ke kantor pusat tiba-tiba pekerjaan saya menjadi bukan main banyaknya. Tidak ada waktu lagi untuk memperkaya diri dengan ilmu-ilmu baru yang nantinya berguna sebagai nilai jual di mata atasan. Sementara itu teman-teman lain yang baru masuk menguasai beberapa pekerjaan yang sama sekali baru untuk saya. Dari sini saya menjadi belajar, tidak selamanya predikat the youngest and toughest girl in the office dapat terus bertahan. Akan selalu ada saingan baru, pekerjaan baru dan ilmu baru yang jika tidak dikejar akan membuat kita tertinggal di belakang. Umur pun akan selalu bertambah setiap tahunnya dan hari ini umur saya bertambah satu :)
Hari ini umur saya genap 25 tahun. Sebuah fase kehidupan yang membuat saya sedikit gentar untuk memasukinya. 25 tahun berarti 1/4 abad sudah saya hidup di dunia ini. Lalu apa yang telah saya lakukan? Apa yang sudah saya hasilkan? Apa yang sudah saya capai? Hati saya sedikit berbedar saat mengingat 25 tahun adalah sebuah usia dewasa. Apakah saya sudah dewasa? Apa ukuran kedewasaan itu? Bagaimana jika lingkungan tak bosan-bosannya menilai saya belum dewasa? Berbagai pertanyaan tentang fase umur 25 tahun ini terus berputar di kepala saya hingga seorang teman bertanya, 'Lima tahun dari sekarang lo mau ngapain?'.
Akhir-akhir ini rasanya beberapa orang menanyakan pertanyaan yang sama dan saya selalu tidak punya jawabannya. Mungkin saya adalah tipe orang yang lebih suka berpikir dalam jangka pendek, saya lebih suka mengerjakan apa yang ada di depan mata sebaik mungkin, urusan masa depan itu belakangan. Memang tidak baik sih pemikiran seperti ini karena setiap orang harusnya memiliki perencanaan jangka panjang yang cukup matang. Tapi saya selalu kesulitan untuk menemukan jawaban 'akan jadi apa saya lima tahun yang akan datang?'.
Saat ditanya rencana menikah, saya hanya angkat bahu. Bukan bermaksud skeptis atau apa, hanya saja rencana menikah tampaknya masih sangat jauh dari bayangan saya. Mengingat fakta bahwa saya juga belum menemukan Mr. Right jadi saya tidak pernah memikirkan urusan menikah. Kalau saya jawab rencanya lima tahun ke depan adalah ke Paris, teman-teman malah menahan tawa dan sedikit mencemooh, 'Ngapain ke Paris?' tanya mereka. 'Pengen liat Eiffel' jawab saya asal. Sepertinya untuk beberapa tahun ke depan saya hanya ingin melakukan passion yang ada. Itu artinya jalan-jalan, nonton, bertemu banyak teman-teman baru dan menulis.
Untuk sebagian besar orang mungkin passion bukanlah apa-apa. Bagi saya passion adalah segalanya. Dia adalah bahan bakar yang membuat saya selalu bersemangat menjalani hidup. Dia membuat hidup saya lebih berwarna dan membuat saya lebih mengenal diri sendiri. Mungkin saat ini saya lebih cocok dibilang berada dalam fase ingin menikmati waktu yang dimiliki untuk mengeksplor apa yang disukai. Saya hanya ingin dikelilingi orang-orang yang saya sayangi dan menyayangi saya. Kalau Mr. Right tiba-tiba datang dan mengajak menikah anggap saja itu bonus :)
Ok, jadi kesimpulan dari tulisan ini adalah: Sekarang saya 25 tahun, bekerja dalam zona aman yang secara perlahan-lahan akan membuat saya mati bosan, dan ummmhh.... masih single. (Notes: for the last statement, should I be proud or cry like a baby? lol).
PS: Sedikit malu untuk mengakui, namun beberapa minggu ini saya belum sempat menulis sesuatu yang lebih berisi dan blogwalking ke tempat teman-teman. Maafkanlah, pekerjaan saya bulan ini super duper menumpuk. Sebisa mungkin saya akan segera kembali dalam dunia blogosphere. Terimakasih untuk yang setia mampir dan meninggalkan komentar di halaman Merry go Round :)