Senangnya, di Stockholm ternyata ada seorang blogger asal Indonesia juga. Dia adalah Damar, pemilik blog lupaDiri. Ketemu blognya lumayan dadakan, sebulan sebelum berangkat pas saya googling info tentang Stockholm. Dari email-emailan akhirnya ketemuan pas mampir ke Stockholm kemarin. Gaya beneeerr.. Kopdarannya di luar negeri :p
Hari pertama nyampe Eropa, setelah landing dan check in hostel, langsung diajak jalan. Kebetulan lagi ada festival A Taste Of Stockholm. Semua jenis makanan, baik dari Swedia maupun Asia ada disini. Tapi bukan makanannya yang penting, semua penduduk Stockholm tumplek blek di Kungstragarden yang jadi venue acara. Kolam yang biasanya diisi air dikeringkan dan sekarang penuh dengan orang yang makan dan minum-minum sambil menikmati matahari yang bersinar hangat. Yeah, saya yang baru sampai di Eropa sampai takjub. Beginilah kelakuan masyarakat Stockholm kalau ketemu matahari.
Beberapa teman Damar sudah berkumpul di Kungstragarden. Surprisingly semuanya orang Indonesia. Horeee... nambah lagi temen dari Indonesia selama di Stockholm. Rasanya seneeng banget pas ketemu temen 'sekampung' di negara orang. As usual, orang Indonesia selalu lekat dengan keramah-tamahan mereka, apalagi kalau ketemu orang sekampung, pasti bawaannya pengen bantuin aja. Dan akhirnya, mereka nemenin saya di sisa sore itu ke beberapa tempat di sekitar Kungstragarden, sekaligus nawarin saya ngerasain Lakris, permen panjang khas Swedia.
Berawal dari Kungstragarden :)
Dari hasil ngobrol-ngobrol, saya juga diajak barbeque bareng pas hari minggu. Too bad, saya di Stockholm cuma sampai hari Sabtu dan Minggu sudah ada di Gothenburg, kota terbesar kedua di Swedia setelah Stockholm. Dan inilah hebatnya dari rasa kekeluargaan penduduk Indonesia di negara orang, mereka ngundang saya dinner besok. Horeee... makan malam gratis di negara semahal Swedia? Siapa yang nolak. Alhamdulillah, Tuhan tau aja kalo dana saya selama di Eropa terbatas banget.
Apartemen Andri dan Gunar letaknya lumayan jauh dari Stockholm. Kalau kata Damar sih ini termasuk Stockholm coret karena letaknya yang di ujung Stockholm. Saya sendiri nggak berharap banyak dari tempat tersebut karena cuman konsen dengan makan malam gratis (belum sempet makan layak dari tadi pagi). Ternyata Liljeholmen cantik banget. Daerah pemukiman yang halaman belakangnya adalah garis pantai dalam yang memisahkan Liljeholmen dengan pulau-pulau sekitarnya. Sebelum mulai dinner Andri dan Gunar ngajak saya jalan-jalan ke sekitar apartemen mereka. Saya cuma bisa ternganga dengan keindahan halaman belakang mereka dan iri abis-abisan. Pasti betah ngabisin setiap sore disana.
Pemukiman penduduk di Liljeholmen
Halaman belakang yang fotogenik untuk bernarsis ria
Berasa lagi trekking di hutan
Saya, Andri dan Gunar di halaman belakang apartemen mereka
Kalau udah beneran summer dan air nggak terlalu dingin, halal banget buat berenang disini
Pohon pembawa kapas halus. Bagi saya sih romantis, bagi penduduk annoying karena bikin kotor balkon apartemen.
Etiket untuk menghadiri undangan dinner di Stockholm adalah bawa bunga atau buah. Sebenernya Damar nggak terlalu ambil pusing musti bawa apa ke apartemen Andri dan Gunar, maklum dia udah sering banget main kesitu. Tapi saya nggak mau dateng dengan tangan kosong. Di Stockholm sendiri ada flea market yang buka dari senin - minggu, biasanya mereka jualan bunga dan buah. Yang seru, makin sore mereka makin banting harga supaya jualan mereka laris dan nggak perlu dibawa pulang lagi. Heboh banget deh, setiap kios berlomba-lomba pasang harga paling murah dan ber-'Hej-hej'-ria (sapaan khas Sweden) untuk menyambut pembeli yang datang. Kalau ditanya pilih bawa bunga atau buah, saya jelas pilih buah. Kenapa? Karena bunga nggak bisa saya makan, sedangkan stoberi segar yang saya dan Damar bawa langsung diolah jadi smoothies segar oleh Chef Gunar. Yum!
Fresh flowers
Fresh fruits
Tadaa.. Dari Stoberi berubah jadi smoothies
Makin sore angin Stockholm makin menggigit. Kita semua masuk lagi ke apartemen untuk mulai barbeque. Gunar yang bertugas masak, dia pernah jadi chef di salah satu hotel termewah di Stockholm. Asik, saya dimasakin sama chef. Rasa kangen dan kehilangan karena nggak bisa liat Chef Juna di MasterChef Indonesia bisa terobati deh (lho?). Setiap orang sibuk dengan bagiannya masing-masing; Gunar masak, Damar bakar daging, Andri menata piring dan meja. Saya? Bengong doangan karena seluruh tugas telah diambil alih. Yasudah, saya jadi seksi dokumentasi sajalah sambil main dengan Mii Chan, anggota keluarga nomor tiga di apartemen ini.
Mii Chan
Tiga cowok sibuk di dapur
Nongkrong di balkon apartemen Andri dan Gunar bareng Damar
Ready for dinner?
Aromanya enak!
Hungry hungry....
And here comes the dinner... Sepotong besar daging sapi, tiga potong daging kambing, salad, manisan mangga dan kentang. Mau nasi juga ada karena Andri tipe orang yang nggak bisa hidup tanpa nasi. Hiihh... piring saya penuh banget. Kenyang. Besok bisa skip sarapan nih (again, masih mikirin budget buat makan besok). Selesai makan mereka langsung kompak beresin meja dan cuci piring. Saya bengong lagi karena semua pekerjaan habis disikat. For the last, mereka nawarin kopi atau teh untuk menemani obrolan santai setelah makan. Tapi akhirnya semangkuk ice cream hadir di depan saya, melengkapi kebahagiaan hari itu.
My plate :)
Pengalaman super menyenangkan di hari kedua saya di Eropa. Saya kira bakal seorang-diri-sebatang-kara di negara orang. Bisa ketemu temen sekampung yang baik banget rasanya udah berkah banget. Kenalan sama temen sekampung lain dan diundang dinner itu anugerah berlipat ganda. Seneng bisa tambah temen disini, bahagia punya kesempatan melihat bagian lain dari keramaian Stockholm, kenyang ditraktir makan di apartemen mereka. Dan mereka yang membuat saya mupeng untuk memperpanjang kunjungan di Stockholm. "Tiga hari doangan di Stockholm sih kurang", ujar mereka semakin memanas-manasi saya. I wish... Tapi jadwal saya selama dua minggu di Eropa cukup padat. Semoga suatu hari nanti saya bisa kembali ke tempat ini. Bersama-sama menikmati matahari sore yang hangat di pinggir taman sebelah garis batas laut dalam.
Untuk semua malaikat-tak-bersayap saya selama di Stockholm. Terimakasih telah menyambut saya dengan keramahan khas Indonesia sehingga saya yakin, saya bisa bertahan di benua ini :)