.....
Mobil meluncur halus merayapi tanjakan menuju Rantepao. Pagi ini aktivitas masyarakat tampak belum menggeliat dan jalan raya terlihat sepi. Hanya beberapa kendaraan yang berlalu lalang dan berpapasan dengan kami. Tiba-tiba secara mendadak Teddy menginjak rem dan membelokkan mobil ke kanan jalan. Saya hendak protes namun langsung memahami tindakannya saat melihat sebuah patung sapi di pertigaan jalan tersebut.
Patung kerbau atau patung sapi?
“Ini kan patungnya?” Teddy meminggirkan mobil dan melihat melalui
jendela di kiri saya.
Saya mengangguk pasti. “Iya, ini patungnya. Sapi kan bukan
keer..bau…” Kalimat saya menggantung dalam nada ragu yang menyergap. Patung itu
berwarna putih bersih dengan totol-totol hitam yang menyembul di beberapa
bagian tubuhnya, persis seperti tampilan sapi perah. Satu-satunya hal yang
membuat saya ragu adalah sepasang tanduk besar yang ditambahkan di atas patung tersebut. Sapi
tidak memiliki tanduk sebesar itu bukan?
....
(4 Hari Untuk Selamanya, wait for further stories)
(4 Hari Untuk Selamanya, wait for further stories)