Selasa, 24 Februari 2015

Regret?

Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Seseorang yang pernah menyatakan perasaannya pada saya, namun saya tolak karena saya tidak merasa nyaman pacaran dengan orang yang bekerja di kantor yang sama. Dia... berubah. Auranya terasa berubah. Terlihat lebih matang, lebih dewasa, badannya terlihat lebih berisi. Mau tidak mau saya membayangkan bagaimana rasanya dipeluk oleh dada bidang tersebut. Ah, mengapa lelaki yang sudah menikah cenderung terlihat menarik dan lebih yummy, sih? Kalau saja dulu saya tidak menolak perasaannya, dada bidang itu pasti sekarang jadi milik pribadi saya. Kalau saja dulu saya membalas perasaannya, mungkin saya sudah menikah dengannya. 

Bertemu dengan seseorang dari masa lalu cenderung memacu otak saya untuk memutar berbagai memori. Berbagai kenangan diputar tanpa saya mampu mencegahnya. Kali ini, otak saya dengan teganya memilih untuk mengingatkan saya pada sederet kisah kasih yang gagal dengan mengenaskan. Dimulai dengan mantan pacar saat kuliah dulu. Iya, mantan pacar yang sering banget saya bahas setiap bulan Mei, yang saya drama banget selama proses move on dari dia. Andai saja dulu saya lebih dewasa, andai saja saya dulu tidak seegois itu, mungkin hubungan kami masih bisa bertahan. Mungkin hubungan kami bisa sampai tahap pernikahan. Mungkin....

Tapi perasaan melankolis dan drama saya dipatahkan oleh pikiran logis. Kalau saya masih bersama dengan mantan saya itu, saya tidak akan pernah tumbuh dewasa. Jalan pikiran saya tidak akan pernah berkembang. Saya akan tetap bersifat kanak-kanak yang seluruh keinginannya harus dipenuhi saat itu juga. Ya, itulah saya jaman kuliah dulu, si egois yang kekanak-kanakan. Jalan saya untuk bertumbuh dewasa adalah dengan merasakan sakit hati, yang menusuk dan meninggalkan luka dalam. *oke, mulai drama lagi*. Lalu saya mencuri pandang lagi pada seseorang dari masa lalu yang kebetulan mampir ke kantor saya. Yang dada bidangnya masih membuat saya meneteskan air liur, Kalau dulu saya memilih bersama dia mungkin sekarang saya sudah menikah dengannya. Tapi saya tidak akan sempat bertemu dengan A...

Bertemu dengan A entah harus saya sebut sebagai bencana atau anugerah. Atau mungkin keduanya. Tapi saya tahu, tanpa A hadir dalam hidup saya, saya tidak akan pernah berani untuk bermimpi. Saya hanya akan menjalani kehidupan yang monoton. Tanpa mimpi dan cita-cita. Jika A tidak pernah hadir dalam hidup saya, saya belum tentu berani pergi mengelana seorang diri ke Eropa, nekat menulis buku, bertemu dengan begitu banyak orang-orang baru.

Lalu saya ingat dengan Teddy. Lelaki yang memberi satu cerita yang mampu saya tuangkan dalam travelogue. Sebuah perkenalan singkat, perjalanan singkat, pertemanan singkat, namun tidak pernah saya sesali. 

Satu hal yang saya sadari dari 'putar ulang memori' ini, bahwa setiap keputusan akan membawa kita kepada cerita yang berbeda. Kepada hidup yang berbeda. Setiap orang yang hadir dalam hidup kita akan membawa kita pada percabangan pilihan, mana yang kita pilih akan menentukan jalan hidup kita selanjutnya. Dan apakah saya menyesal dengan segala pilihan yang saya buat sampai detik ini, sampai waktu kembali menghitung mundur usia saya, jawabannya adalah tidak. 

Have I ever regret my decision in life? 
Never!

Apa yang membuat seseorang dikatakan dewasa? Menurut saya ketika seseorang mampu memilih dan mempertanggungjawabkan pilihannya dalam hidup, maka dia dapat dikatakan dewasa. 


Happy birthday, me.

11 komentar:

  1. med milad teteh, Barakallahu fii umrik ^^

    Setiap pertemuan dan perpisahan adalah sebuah pelajaran Indah, mungkin kita bertemu dengan banyak orang, berharap pada orang yang salah tapi Allah sudah mempersiapkan seseorang untuk kita. Dia yang mungkin ada di sekitar kita tapi kadang kita tidak merasakannya, Keluarkan radarmu dan temukan dia yang Allah pilihkan untukmu. Semoga teteh disegerakan bertemu dengannya, calon imam teteh ^^

    love - gie

    BalasHapus
  2. Happy birthday Mba. Don't worry be happy. Berandai-andai ga bakal ada habisnya, jadi lebih enak kayaknya kalau kita merenungkan bahwa pengandaian kita tadi justru nggak bikin kita jadi seperti skrg mgkn ya, apa yang udah terjadi mungkin udah yang terbaik untuk kita :p

    Cheers ^^

    BalasHapus
  3. Happy Birthday, Ochaaa..
    Semoga tetap berlimpah kebahagiaan, bisa terus jalan-jalan ke berbagai belahan dunia. Tetap bersyukur, kerna gimana pun keadaan kita sekarang, di luar sana sepertinya ada orang yg diam2 berharap punya kehidupan seperti kita. Be thankful, girl :)

    BalasHapus
  4. Eeehhh ada yang barusan ultah yaa..
    Happy Birthday Ochaa... maaf telat yaa...
    Aku jarang blogging sekarang jadi ya gitu ketinggalan banyak berita hehehe

    BalasHapus
  5. waaah telat banget Dija yaa...
    gak papa deh

    Happy Birthday Tante Cantik...
    semoga bisa keliling eropa lagi,
    semoga bisa keliling amerika latin, dari mexico sampe ke chile
    semoga bisa keliling afrika, dari cairo sampe ke capetown
    semoga bisa honeymoon di Raja Ampat
    semoga punya anak cewek, kayak dija, hehehehhee
    semoga tante ocha seneng teruuuussss sepanjang masa

    BalasHapus
  6. met ultah ocha. telat bgt yak gw hehehee

    BalasHapus
  7. Ochaaa, happy belated b'day yaaak. All the best utk Ocha.
    Ayooo Cha, udah move on kan yaaa? Gak boleh ama Teddy ya Cha? Kali aja Ibu Negara gak jadi ama Teddy ntar, hehehehh.

    BalasHapus
  8. Lupa siapa yang bilang, tapi katanya penyesalan akan selalu ada pada hidup yang benar-benar dihidupi. :)

    BalasHapus
  9. Kadang memang ada penyesalan ketika bertemu dengan seseorang di masa lalu, apalagi dia terlihat lebih tampan atau lebih sukses. Tapi hanya sesaat sih, harus hadapi kenyataan lagi.

    BalasHapus
  10. nice artikel, bertambah tua itu pasti, sedangkan dewasa adalah pilihan, dapat melepaskan bayang2 masa lalu adalah bentuk kedewasaan menurut saya,,hehehe

    BalasHapus
  11. Sukaaa dan bangga banget baca tulisan ini. Kamu sudah semakin dewasa adikku dan aku bangga karena kamu sudah tahu inti dari hidup, yaitu mensyukuri apa yang telah Allah berikan pada kita.

    BalasHapus