Kamis, 30 September 2010

Karena Saya Cinta Film (I)

Kalau diingat-ingat, banyak juga kejadian tidak penting (tapi mengesankan) yang terjadi karena kecintaan saya pada film. Siapa sangka, film telah mengantarkan saya untuk bertemu dengan orang-orang baru, mencoba pengalaman baru, dan memacu saya untuk terus mengeksplorasi film itu sendiri. Pada akhirnya, saya jatuh cinta dan terus jatuh cinta pada film.

Keinginan menghadiri festival film sudah ada sejak lama, tapi selalu terhambat karena alasan konyol: acaranya di Jakarta. Saya takut nyasar di Jakarta. Dua tahun lalu Bogor kebagian jatah roadshow pemutaran film Pertaruhan dan inilah event pertama yang saya datangi. Acara berlangsung pagi hari di salah satu mall kota Bogor dan peserta diharuskan datang sebelum jam 8 pagi. Belum pernah saya datang ke mall sepagi itu bahkan saya harus minta tolong security agar bisa masuk ke dalamnya. Berasa jadi karyawan mall.

Setelah bekerja di Jakarta saya memberanikan diri menghadiri salah satu festival film terbesar di Indonesia, paling tidak saya tidak akan nyasar lagi di Ibukota negara ini. Jiffest tidak hanya membuka mata saya akan berbagai genre film di dunia ini, dia juga membuat saya mengenal Blitz. Sedikit memalukan untuk membeberkan fakta ini: saya belum pernah menonton di Blitz sebelumnya (ya, tertawalah sepuasnya). Karena tidak tahu-menahu sistem pembelian tiket di Blitz, alhasil banyak film favorit yang tidak bisa saya tonton. Tapi ini menjadi pengalaman berharga, saya bisa mengantisipasi masalah tiket jika ada festival film lain yang diselenggarakan Blitz.

Akhir-akhir ini saya lumayan hoki mendapatkan beberapa tiket nonton bareng. Acara nobar lazimnya diadakan pagi hari, sebelum bioskop membuka studionya untuk umum. Dari sekian banyak mall yang saya datangi di pagi hari, hanya Grand Indonesia (GI) yang setia memberi cobaan untuk saya. Entah karena saya memang disoriented dalam mencari arah atau yang merancang mall ini terlalu jenius, yang pasti saya selalu nyasar ketika berada di dalamnya. FYI, mall di pagi hari sama menyeramkannya dengan kondisi mall lewat tengah malam: gelap, banyak toko yang tutup, eskalator dan lift mati.

Cobaan GI di pagi hari
Blitz GI terletak di lantai 8. Saya masuk lewat menara BCA, niatnya naik sampai lantai 3 dengan lift, kemudian melewati sky bridge, naik lagi pakai lift langsung sampai ke Blitz. Tapi, saya ko malah nyasar ke food court? Terus, nyasar lagi ke Dancing Fountain. Saya ada dimana? Sendirian, nyasar, ngga ada orang lain, toko masih tutup, gelap, saya mulai deg-degan panik. Akhirnya saya memang sampai ke Blitz sih, tapi itu setelah berputar-putar dan menaiki lima lantai dengan eskalator. Menaiki dalam arti kata yang sebenarnya, alias saya harus mengeluarkan tenaga ekstra mendaki lima lantai dengan eskalator yang mati. Ini sih namanya joging dalam mall.

Sialnya, AC di dalam Blitz masih mati. Saya keringetan sedangkan beberapa orang yang sudah datang untuk acara nobar terlihat adem ayem, alias tidak mengalami joging dalam mall seperti saya. Guess what? Ternyata mereka naik lift dari pintu masuk deket Starbucks yang menyala sempurna. Crap.

Kejadian di GI saat siang hari
Karena film masih dua jam lagi diputar jadi saya berputar-putar dulu di dalam mall ini. Satu jam sebelum acara dimulai, saya kembali ke arah Blitz, tapi jalan saya tidak semulus perkiraan. Saya nyasar (lagi). Berputar-putar (lagi) dan menjadi semakin nyasar. Tinggal setengah jam sebelum film diputar, saya harus cepat sampai karena Jiffest menerapkan free seating, jangan harap dapat tempat strategis untuk menonton kalau datang terlambat. Menyerah, saya bertanya ke security.

'Blitz kan di West Mall mba.'

'Heh? Emang sekarang saya ada dimana?'

'Di East Mall mba.'

What?! How do I get there in 30 minutes? Penjelasan arah dari security cuma sebagian yang saya tangkap. Yang jelas, saya jauuuhhh banget dari Blitz. Andaikan mall ini menyediakan fasilitas ojek, saya pasti bisa cepat sampai ke Blitz.

GI lumayan bersahabat di malam hari
Pulang dari Jiffest hampir tengah malam. Mall sudah sepi, toko banyak yang tutup, eskalator mati tapi sebagian besar lift masih menyala, yang pasti tidak segelap dan sepengap mall di pagi hari. Karena tidak dikejar waktu, jadi bisa menggunakan kesempatan emas ini untuk...... foto-foto :)



Cobaannya sih waktu cari taksi untuk pulang. Berebutan!

Sebagian besar acara nobar saya disponsori U Fm, jadi tidak heran kalau kru U Fm juga sering bertebaran saat acara berlangsung. Lucky me, di salah satu acara nobar tidak terlalu banyak kru yang hadir, saya bisa mengobrol banyak dengan Imam Wibowo. Saya sendiri sudah mendengarkan siaran Imam sejak dia masih di Prambors hingga sekarang Imam pindah ke U Fm. Cukup mengejutkan, karena Imam masih ingat dengan salah satu tulisan saya. Saya mengobrol banyak dengan Imam, terutama tentang topik radio play yang saat itu akan saya tulis juga di blog. Menyenangkan bisa berdiskusi tentang radio lewat obrolan santai dengan salah satu penyiar sekaliber Imam Wibowo :)

Karena U Fm tergabung dalam Femina group, beberapa acara nobar yang diadakan digabung dengan pembaca femina group dengan persentase 70-30 (70% pembaca femina group dan 30% pendengar U Fm). Saat saya menonton It's Complicated digabung dengan pembaca majalah Pesona, terakhir saat menonton Love Happens digabung dengan pembaca CitaCinta. Konyolnya, majalah ini menerapkan dress code untuk acara nobar mereka sedangkan U Fm tidak ambil pusing dengan masalah dress code. Alhasil, saya sering tampil 'salah warna' saat datang ke acara nobar. Mayoritas peserta memakai baju shocking pink yang mencolok mata, saya malah memakai baju serba gelap.

Apa lagi yang menyenangkan dari nobar selain tiket gratis dan bisa mengobrol dengan kru U Fm? Jawabannya kuis. Nobar seringkali menggelar kuis sebelum acara dimulai, pertanyaan bisa seputar film atau sponsor dari acara tersebut. Bagian ini yang sering membuat saya gemas karena saya belum pernah berhasil ditunjuk untuk menjawab. Nggak penting sih sebenarnya, tapi kalau sering ikut nobar rasanya gateeell banget kalau belum bisa menang bagian ini. Penantian panjang saya berakhir pas nobar kemarin, saya berhasil ditunjuk, jawabannya bener, dapet hadiah, dan nampang di majalah. Hahahaha....



Kalau blogger lain nampang di majalah karena blognya dimuat atau karena penulisnya berhasil menginspirasi banyak orang, saya malah nampang di kolom nobar. Tak apa. Saya ridho lillahitaala. *Maaf membuat kecewa beberapa orang yang penasaran dengan berita 'Foto gue nampang di CC'*.

Photo session (jelas terlihat kalau saya 'salah warna').

Nenes-lagi-Nenes-lagi. Emang dia paling setia deh kalo diajak nonton yang gratisan :p

Sebenernya ada 4 tiket, sayang tidak mendapatkan satu 'korban' lain untuk ikutan acarnya.

Dan ini adalah akibat terakhir dari kecintaan saya pada film.


Tunggu sambungan ceritanya ya :)

Special thanks:
- Kania Safitri yang selalu rajin menemani saya mendatangi acara nobar plus jadi fotografer dadakan :)
- Widya yang rela berkeliling Toga Mas Jogja demi mendapatkan buku yang sudah lama ingin saya miliki. I owe you one dear little sister.

20 komentar:

  1. Beuuhhhhh... sebuah perjuangan panjang demi sebuah kegemaran. But u deserve such gift cuz you are so committed to the movie thingy.

    Saya jadi pengen sekali kali nemenin lu nonton gratis hahahaha (dasar gua mata gratisan)

    BalasHapus
  2. semoga suatu saat bisa jadi produser film deh
    kan belajarnya dah mulai dari sekarang..

    (^__^)

    BalasHapus
  3. mantabs mbak..pengalaman yg seru pastinya..

    imam wibowo?waa saia sering denger dy waktu msh di prambors..lucky you mbak *menatap iri*

    dan..satu lagi, klo ada tiket nyisa mbok ya saia diajak, kan kantor ku deket sama GI, hihihi *ngarep*

    BalasHapus
  4. seru, dan memang cocok banget judulnya - bener2 pencinta film nihhehehe....

    Penasaran dengan ulasan film2 di festival itu... :D

    BalasHapus
  5. Ditunggu lanjutan tulisannya, ditunggu review filmnya, dan ditunggu lebih banyak lagi tulisan seputar filmnya. Hehe...

    BalasHapus
  6. kapan nonton bareng lagi?

    eh td gw uda komen kan?
    *bingung sendiri*

    BalasHapus
  7. blitz GI emang susah dicari, lantai paling atas, pojok.. bahkan kudu lewat parkiran. Maklum kalo nyasar, venus cant read map soalnya. hahaha..
    ah, saya iri ama ocha.. kesampaian nobar gratisan. belum pernah saya sekalipun dapet tiket nobar gratis kayak gitu.. shame on me yak?.. hahaha

    BalasHapus
  8. wedeeeeh... sayang tu satu tiket mubazir. lain kali klo butuh korban nobar, hubungin gw aja... gw rela "berkorban" kog wehehehee...

    BalasHapus
  9. klo terus-terusan jatuh cinta ma film bisa-bisa membuat patah hati kaum cwo tuch :'( huks...huks...huks..

    BalasHapus
  10. perjuangan demi NoBar yaaa...
    wlo beda warna tapi tetep pede dunk yaa ;)

    anyway saya mau koq klo dijadikan korban ajakan nobar :D

    BalasHapus
  11. wah Mer eh Ocha.... walau nyasar yang penting modis dan narsis ya^^ aku juga suka film tapi gak pernah dapet nobar jadi tahunya ya cuman film2 yang banyak di pasaran ajah^^ hidup film!

    BalasHapus
  12. huhh.. inilah enaknya idup di daerah ibukota dan sekitarnya, bisa ikutan nobar dimana2 *ngiri-abiss*
    betewe naluri pepotoan ternyata tetap ON walo dah tengah malem yak :D

    BalasHapus
  13. wah, bener2 maniak nonton nih. pulang tengah malam? aku sih gak berani deh. apalagi naik taksi.hehehe..

    BalasHapus
  14. Berapa kali dapet tiket nobar gratis dr Telkomsel blm pernah masuk majalah euy.... asyik banget ^^
    salam kenal yah ^^

    BalasHapus
  15. hehehe.. lain kali ke GI, bawa peta sama sepeda gayung atau sepatu roda mbak.. ^^

    iya ya, salah kostumnya keliatan, tapi ttp trendi kok...

    BalasHapus
  16. Segitunya ya yg cinta film... hehehe
    Sayang sekali aku bukan termasuk penggemar fanatik film. Tak telaten duduk lama2 utk nonton film... hehehe

    BalasHapus
  17. Akhirnya bisa juga nampang di majalah ya..? hehehe
    Selamat menikmati acara nobar2 selanjutnya dan aku tunggu ceritanya. ^.^

    BalasHapus
  18. Selamat Rossaaaa.. Perjuangannya ga sia2 :)
    Kamu selalu beruntung di setiap kesempatan ya Ca, terutama kuis nobar, hehe.. Oya, Aku tetap medukung dirimu untuk kuliah atau setidaknya memperdalam ilmu perfilman loh ;)

    Cayo!

    BalasHapus