12 Mei, apa kabar kamu sekarang?
How’s life going through?
Apa kamu baik-baik saja?
Apa kamu bahagia?
Bahagia dengan dirinya yang sekarang mengisi relung-relung
hatimu.
12 Mei, semestinya hari ini kita merayakan hari jadi kita
yang kedelapan tahun bukan? Namun sepertinya nasib dan takdir tidak mengizinkan
hal tersebut terjadi. Takdir hanya memperbolehkan kita saling berbagi rasa dan
asa, suka dan duka, ceria dan air mata selama empat tahun saja. Aah, tahukah
kamu kalau empat tahun berikutnya aku pun masih merayakan 12 Mei sendirian?
Move on! Kata itu selalu aku camkan dalam hati ketika cerita
kita selesai. Dan ya, seperti manusia patah hati pada umumnya aku pun berusaha
mati-matian untuk bangkit berdiri menata semua kepingan hati yang telah
terserak. Berusaha memaafkan diri sendiri. Berusaha bergerak maju dan
meninggalkan semua kenangan tentangmu dibelakang sana. Namun ternyata kata
tidak semudah realisasi, selalu ada getaran aneh yang menerpa hatiku saat beberapa
teman tidak sengaja menyelipkan kisah hidupmu yang baru dalam obrolannya.
Apa ini? Mengapa masih ada yang terasa perih ketika aku
mendengar namamu disebut. Mengapa aku gentar ketika tanggal 12 Mei mendekat.
Mengapa namamu dengan mudahnya terlintas di kepalaku, terhembus di sela-sela
nafasku. Mengapa kau masih sering mengisi mimpi-mimpiku, menghampiriku sejenak
untuk kemudian pergi lagi. Tak terhitung berapa malam yang aku habiskan untuk
terbangun dengan perasaan tidak karuan setelah mendapati kau lagi-lagi hadir
dalam bunga tidurku. Marah, kesal, sedih, sesal, … dan rindu berbaur menjadi
satu. Tahukah kau betapa tersiksanya perasaan seperti itu.
Mungkin aku telah belajar untuk melupakanmu, namun aku lupa
mengingat bahwa aku pun harus merelakanmu pergi. Mungkin semua perasaanku telah
mati namun aku lupa untuk berhenti berharap. Di hati ini, selalu tersimpan
sedikit harapan tentang kita. Hanya sedikit, hanya secuil harap yang terus
mengiringiku berjalan melewati 12 Mei di tahun-tahun berikutnya. Semuanya tidak
dapat dijelaskan dengan logika, tapi hatiku terus berbicara untuk menyisakan
sedikit harap disana. Dan aku memilih untuk mengikuti kata hatiku.
Time will heal. Ya, waktu telah menyembuhkan seluruh luka
hatiku. Namun ternyata waktu tidak dapat membunuh kenangan dan harapan yang tersimpan
dengan baik di relung hati. Bodoh! Mengapa aku masih menyimpan harap itu.
Kenangan itu. Tidak adakah sesuatu yang bisa memadamkan semua cerita tentang
kita yang aku buat sendiri?
Tuhan sepertinya berbaik hati memberikan petunjuknya
untukku. “Kamu tahu bedanya mantan dengan kamu? Mantan ada di masa lalu,
sedangkan kamu ada di masa depanku”, sebuah rayuan super gombal dilancarkan
seorang penyiar dalam siaran paginya. Dan sepertinya Tuhan telah mengatur skenarioNya
agar aku mendengarkan siaran radio tersebut. Bukankah itu hanya sebuah rayuan
cemen yang seharusnya tidak memiliki arti, pada kenyataannya kata rayuan tersebut
menjadi sebuah ‘awakening call’ untukku. Aku adalah mantan dan aku hanya ada di
masa lalumu, mengapa aku terus berharap kamu yang akan ada di masa depanku
nanti?
Semudah itu penalaran yang aku butuhkan untuk mulai benar-benar
merelakanmu pergi dari hatiku. Sedikit demi sedikit mulai memadamkan harap yang
aku jaga selama ini. Dan perlahan tapi pasti kau mulai menghilang dari mimpiku,
dari helaan nafasku, dari kepalaku. Kamu tahu bagaimana rasanya? Lega luar
biasa. Hatiku terasa ringan setelah menanggalkan semua itu di belakang sana.
Selama ini aku hidup dengan kenangan dan harapan tentangmu.
Tentang kita. Tanpa aku sadari itu telah membebani hidupku sendiri. Selamanya
kenangan tentang kita akan selalu ada dalam cerita hidupku, namun harapan
tentang kita harus berhenti sampai disini. Tidaklah adil jika kau terus bergerak
maju sementara aku tetap berdiri di tempat yang sama dan menanti kepulanganmu.
Butuh waktu empat tahun agarku sanggup melakukan hal ini. Bukan waktu yang sebentar untuk sebuah proses penyembuhan luka sekaligus sebuah penantian yang membuatku terus menjaga hati. Sekarang sudah waktunya untukku menutup pintu hati untukmu.
12 Mei, ini akan menjadi 12 Mei yang terakhir dalam hidupku.
Kali ini biarkan aku mengucap selamat tinggal untukmu.
12 Mei… Selamat tinggal.
Moving on is simple, it's what you left behind that makes it difficult. But remember every breath is an opportunity to receive and let go. I receive love and I let go of pain.
BalasHapusada brondong2 kan ehem ehem *keselek kedondong*
BalasHapus"habis galau terbitlah move on" - Jupe, 2012
BalasHapuscome on, move on cha. ganbate!
BalasHapussangat menyentuh sekali,, dan sabarlah,, takdir berkata lain dan pasti takdir itu benar adanya.. :)
BalasHapusSALUT buat Ocha yang sanggup mengucapkan selamat tinggal....
BalasHapuspasti berat
pasti susah banget
soalnya aku ngerti rasanya
bagus
BalasHapusBagus....skali artikelnya
BalasHapusKunci keberhasilan adalah menanamkan kebiasaan sepanjang hidup Anda untuk melakukan hal - hal yang Anda takuti.
BalasHapustetap semangat tinggi untuk jalani hari ini ya gan ! ditunggu kunjungannya :D
Oh my goodness! A dream come true for those lucky sweethearts! You did a marvelous job.♥♫
BalasHapuskunjungan gan .,.
BalasHapusBelajarlah untuk bisa menerima sesuatu yang baru.,.
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.
Really Nice posting...never surrender to make life for future
BalasHapus