Hal yang saya lakukan saat sampai rumah setelah seharian berada di kantor adalah masuk kamar, nyalain laptop (kalau lagi ngga cape), keluar kamar lagi untuk urusan bersih-bersih badan, dan masuk kamar untuk online sebentar kemudian tidur. Begitu terus selama lima hari dalam seminggu, mama papa juga biasanya langsung beranjak ke kamar setelah anak perempuan satu-satunya yang manis serta cantik jelita ini pulang dengan selamat. Namun 2 minggu kemarin semua rutinitas ini berubah.
Dua minggu kemarin, saat saya pulang, papa lagi nonton Metro TV yang menayangkan kericuhan Sidang Paripurna DPR. Saya cukup terpana melihat berita tersebut dan ikut duduk anteng bareng papa dengan baju kerja yang masih melekat. Shock juga, ternyata sampai saat ini kelakuan anggota DPR masih sama: arogan, tidak memikirkan kepentingan rakyat, dan tidak beretika. Malu rasanya melihat wajah dari sistem kepemimpinan Indonesia melalui Sidang Paripurna DPR yang berlangsung hari itu.
Berhubung badan ini sudah protes minta istirahat, saya hanya mengikuti berita sampai jam 22.30. Lagipula berita yang ditampilkan sudah diputar berulang kali di beberapa stasiun TV. Sebenarnya Metro TV dan TV One menayangkan dialog dengan beberapa tokoh politik, termasuk dengan Marzuki Alie selaku ketua DPR yang berulah hari itu. Tapiiii....karena saya udah lama banget ngga akses sama berita, jadi saya ngga kenal dengan tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam dialog, bahkan sebelumnya saya ngga tau kalau Marzuki Alie itu adalah ketua DPR :p
Keesokan harinya, tiba-tiba saya tergelitik untuk mengetahui berita semalam lebih lanjut. Ada apa sih dengan Sidang Paripurna DPR kemarin? Kenapa jadi sebegitu ricuhnya? Kenapa Marzuki Alie meninggalkan ruangan sidang? Apa sih yang dibahas di sidang kemarin? Dan semua pertanyaan itu mendorong saya untuk membeli koran pagi (biasanya saya cuma baca koran hari sabtu dan minggu). Pilihan jatuh pada koran Media Indonesia, karena saya ingin membaca berita dari sudut Media Group.
Malamnya, sidang paripurna DPR tahap 2 kembali digelar. Saya yang memang bela-belain untuk pulang cepat dari kantor beruntung dapat mengikuti jalannya sidang. Dari debat kusir yang terjadi, saya dapat menangkap kalau sidang sudah berlangsung cukup lama, terdapat beberapa opsi, dan ketua DPR sepertinya lebih kalem menghadapi hujan interupsi. Percaya atau tidak, saya hanya mengikuti berita sampai jam 21.30 malam saja. Kuping ini rasanya pengang dan panas mendengar interupsi dari sana-sini. Kalau interupsinya worth it untuk didengar sih it's-ok-go-ahead, tapi kebanyakan interupsinya ngga penting dan hanya memperlambat jalannya sidang. Belum lagi anggota DPR lain yang berlaku layaknya anak SD, berteriak-teriak "Huuu..." dan mengolok-olok anggota dewan yang sedang membacakan interupsi. Sungguh sangat tidak beretika dan tidak mendukung kelancaran sidang. Tambah malu rasanya saya dengan sistem pemerintahan negara ini.
Keesokan harinya, saya kembali membeli koran untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di sidang paripurna kemarin malam. Pilihan jatuh pada koran Seputar Indonesia, kali ini saya memang ingin melihat berita dari sudut pandang Sindo. Dari situ saya mengetahui bahwa sidang paripurna DPR memutuskan untuk mengambil opsi C: proses bailout bank Century bermasalah.
Pernah dengar istilah "Satu pengetahuan akan membawa kita kepada pertanyaan yang lain". Manusia memang tidak pernah puas dan selalu ingin tahu (atau itu pribadi saya saja?). Hal itulah yang terjadi kepada saya. Saya yang memang ketinggalan berita jadi penasaran akan permasalahan inti dari kasus Century dan sidang paripurna. Teman-teman kantor tidak luput dari pertanyaan saya. Mereka semua heran dan bertanya "Kok tumben, lo sekarang ngikutin dan pengen tau sama berita".
Entah, rasanya sekarang saya mulai aware dengan berita-berita tentang negeri ini, apalagi yang berkaitan dengan politik. Dulu saya sangat alergi dengan segala hal yang berhubungan dengan politik, tetapi sekarang pola pikir saya mulai terbuka. Saya adalah anak bangsa, apa jadinya bangsa ini jika warganya sendiri tidak mengetahui hal-hal yang sedang, telah, dan akan terjadi. Bukan saatnya lagi saya berpangku tangan dan pura-pura tidak peduli dengan keadaan bangsa ini. Paling tidak, saya tidak ingin kehilangan (lagi) bab-bab bersejarah yang sedang terjadi saat ini.
Sekarang saya lebih rajin mengikuti berita. Saat akan berangkat kerja, saya minta mama untuk menyalakan TV dan mengencangkan volumenya sehingga bisa terdengar dari kamar, jadi saya bisa mengikuti berita sambil berpakaian, dandan dan sarapan. Pulang kerja juga saya meluangkan waktu beberapa menit di depan TV, untuk mengetahui ada kejadian apa hari ini di Indonesia. Kalau beritanya (menurut saya) penting dan menarik keesokan harinya saya akan membaca koran.
Ada beberapa keuntungan lain dari kebiasaan baru saya ini. Selain saya lebih aware terhadap berita terbaru dan pengetahuan mengenai sistem politik Indonesia jadi bertambah, saya jadi lebih dekat dengan papa. Seringkali saya tidak puas dengan jawaban dari teman-teman kantor, dan (menurut saya) orang yang paling tepat untuk bertanya, berdiskusi, dan bertukar pendapat adalah papa sendiri. Sudah lama sekali rasanya sejak terakhir kali kami mengobrol dan berdebat mengenai suatu hal, dan topik tentang sistem pemerintahan dan politik Indonesia rasanya tidak akan pernah habis untuk dikupas lebih dalam.
Ah ya, satu lagi keuntungan dari baca berita: ngga malu-maluin waktu ngobrol dengan teman baru. Ini terjadi waktu chat bareng Cipu, iseng saya tanya-tanya kerjaan kakaknya yang politikus. Dia jawab "Kerja di Bawaslu, search aja namanya di Google" dan saya tidak cukup bodoh untuk bertanya "Bawaslu itu apa sih Pu?". Hahahaha.... Well Pu, your sist is a great person. Dedicated with her job, honest, and tought person indeed. You must be very proud of her.
hadooohhh no comment deh kl mau ngomongin masalah sidang di MPR itu
BalasHapuseh elo uda ketemuan ama Cipu? atau cuma chat aja?
@exort: kami blom ketemuan kok, kita kan rencananya bertemu bertiga... iya kanG? sambil nontoNG.... dang MakaNG MakaNG Wakakakakak
BalasHapus@Rossa: waduh jadi malu, saya malas nonton koran dan baca tipi apalagi yang menyangkut politik. Kudu ngikutin jejak Rossa nih... Nice post
Pengen OKKOTS, tapi sudah didahului Cipu :(
BalasHapusPolitik...hmmm politik.....gw mah ga tertarik sama sekali...penuh dengan tingkah orang yang pikasebeleun...
BalasHapushaduww..nggak bakal habis deh mbak kalo ngomongin soal politik..
BalasHapuskebiasaan barunya patut diacungi jempol tuhh.. :D
ciri khas syndrom kangen indonesia setelah dari luar negri. ehhehehe
BalasHapuskalo yang diindonesia sih, udah bosan kali sama carut marutnya dunia perpolitikan dan maraknya bencana alam di negri kita
Rajin ngikutin berita ? sambil kumpul klg donk, biar tambah semarak kebersamaan klgnya..
BalasHapus@ Exort: tenaaaang....pan kita mau kopdaran bertiga. Saya cuma YMan sama Cipu :p
BalasHapus@ Cipu: loh, kamu sih ngga perlu nonton tv ato baca koran lagi untuk ngikutin berita. Ocehan kakakmu setiap hari itu juga pasti meringkas seluruh berita politik dalam satu hari kan ;)
@ Okkots: yeeaaaa....too bad eh :p
@ Irwan: emang pikasebeleun, tapi kita butuh untuk mengkases beritanya.
@ Ieyaz: ayooo..kamu juga rajin-rajin liat berita :)
@ Elsa: hahaha...mungkin bener juga ya, saya kena sindrom itu.
@ Lilah: Alhamdulillah, kadang saya nonton berita bareng mama papa :)
Bagus bangetttt...salut gw... Memang kita nggak boleh apatis.... Musti tahu setiap perkembangan yang menyangkut nasib rakyat, termasuk kita. Kebijakan yang diambil pemerintah pasti berdampak ke kita langsung ato nggak langsung.
BalasHapusGw kadang suka nonton SCTV via internet TV.... Sayang lama2x jadi capek sendiri....pegel ngeliat ulah politikus kita yang ajaib hehe :D
wah dah terlambat kesini nya...bukannya malah sekarang berita itu sudah tak terdengar lagi , ketimbun ma berita2 kedatang obama.
BalasHapus@ Feli: suka banget dengan quotes "Kebijakan yang diambil pemerintah pasti berdampak ke kita langsung ato nggak langsung". Makanya sekarang musti rajin ngikutin berita. Walau jengah ngeliat tingkah laku orang2 di DPR MPR sono.
BalasHapus@ Fi: bukan masalah beritanya masih terdengar ato ngga, tapi kita mengetahui peristiwa apa yang sudah, telah, dan akan terjadi.