Senin, 19 Juli 2010

Film (dari, untuk, dan oleh) Perempuan

Apa yang langsung terlintas di kepala kalian kalau saya menyebut kata 'gender'? Topik yang berat? Tidak menarik? Membosankan? Bukan urusan gue? Atau mungkin tidak setuju dengan pemahaman kesetaraan gender yang sekarang mulai gencar disuarakan. Jika sebagian dari kalian berpikir seperti itu, saya harap kalian bisa bertahan membaca tulisan ini sampai selesai :)

Apa sih gender itu? Beberapa orang masih menganggap gender adalah jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Tidak, cakupan gender jauh lebih besar dari sekedar perbedaan jenis kelamin. Gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial dan budaya, bukan karena kodrat semata.

Laki-laki dan perempuan berbeda secara biologis, seperti perbedaan alat kelamin. Perbedaan seperti ini tidak dapat dipertukarkan dan bersifat kodrati. Kita tidak bisa memilih akan dilahirkan jadi anak perempuan atau laki-laki. Tetapi sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan ditentukan oleh lingkungannya. Perempuan diharapkan lemah lembut, penuh kasih sayang, simpatik, karena suatu saat dia akan menjadi seorang ibu. Laki-laki dianggap kuat, rasional, perkasa, karena nanti dia yang akan menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Pada dasarnya, perbedaan sifat ini dapat dipertukarkan, ada perempuan yang bekerja untuk menghidupi keluarganya, dan ada laki-laki yang emosional, penuh kasih sayang dalam merawat anak-anaknya.

Perbedaan gender tidak akan menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender, namun pada kenyataannya perbedaan gender telah melahirkan berbagai tindak ketidakadilan. Secara tidak disadari, ketidakadilan ini telah tersosialisasi dalam kehidupan sehingga lambat laun laki-laki dan perempuan percaya bahwa peran gender itu seolah-olah merupakan kodrat. Akhirnya tercipta suatu struktur ketidakadilan gender yang 'diterima' dan sudah tidak dapat lagi dirasakan ada sesuatu yang tidak benar. Beberapa bentuk ketidakadilan yang sering ditemui di masyarakat adalah:
1. Subordinasi, berkaitan dengan pengendalian kekuasaan atau proses pengambilan keputusan dimana perempuan didudukkan pada posisi lebih rendah dari kaum laki-laki.
2. Stereotipe. Dalam masyarakat terdapat banyak stereotipe (pelabelan negatif) yang dilekatkan pada perempuan dan berakibat membatasi, menyulitkan, memiskinkan dan merugikan perempuan. Misal stereotipe perempuan sebagai ibu rumah tangga menyulitkan mereka untuk aktif di sektor publik (bekerja, berpolitik, berbisnis) karena dianggap bertentangan dengan kodrat.
3. Marjinalisasi merupakan bentuk pemiskinan ekonomi terhadap kaum perempuan. Hal ini dapat terlihat dari ketimpangan upah yang didapat antara perempuan dan laki-laki serta pemisahan sektor pekerjaan dimana sektor pekerjaan perempuan terpusat di bidang yang dianggap feminim seperti guru, perawat, atau sekretaris.
4. Beban kerja. Peran gender perempuan yang paling melekat kuat adalah sebagai pengelola rumah tangga. Terkadang perempuan di lapisan miskin terpaksa berperan mencari nafkah pula sehingga beban kerjanya menjadi dua kali lipat. "Pekerjaan perempuan" di bidang domestik (rumah tangga) dianggap dan dinilai lebih rendah dibanding dengan jenis "pekerjaan laki-laki" serta dikategorikan bukan produktif.
Sejak dini perempuan sudah disosialisasikan untuk menekuni peran gender mereka sebagai pengelola rumah tangga, sedang pihak laki-laki tidak diwajibkan secara kultural untuk menekuni jenis pekerjaan domestik tersebut.
5. Kekerasan adalah serangan atau invasi secara fisik maupun mental psikologis seseorang. Bentuknya seperti pemerkosaan, pemukulan, sampai kepada bentuk yang lebih halus seperti pelecehan seksual. Percaya atau tidak, hal ini pun disebabkan pencitraan gender bahwa perempuan harus serba hati-hati, tidak boleh melawan, menjaga sikap dan tingkah lakunya, sehingga kaum perempuan lemah secara fisik dan mental. Kelemahan ini tidak menjadi masalah kalau saja tidak memicu pihak lain untuk berkuasa atau memperlakukan perempuan seenaknya.

Banyak sekali isu ketidakadilan gender yang berkembang di masyarakat. Hanya saya kita tidak menyadarinya, atau mengkin terlalu antipati untuk menelaah lebih jauh. Saya yakin, beberapa diantara kalian mungkin sudah pusing dan bosan membaca penjelasan gender barusan. Ada juga yang merasa kalau bentuk ketidakadilan yang saya jabarkan tadi terlalu berlebihan, 'toh memang sudah kodratnya perempuan'. Atau mungkin ada yang berpendapat bahwa laki-laki adalah pemimpin dan memiliki derajat lebih tinggi menurut agama.

Saya hanya mencoba berkata, bukalah mata kalian lebih lebar kepada isu ketidakadilan gender ini. Saya tidak mencoba memprovokasi agar kalian menuntut hak gender masing-masing, saya hanya ingin orang lain lebih aware dan peduli dengan isu gender. Paling tidak, dengan mengetahuinya saya tidak akan membiarkan bentuk ketidakadilan gender terjadi pada diri saya. Lebih jauh lagi, saya ingin membagi konsep ini agar orang lain tidak perlu mengalaminya. Saya bukan feminis radikal yang berdemo kesana kemari memperjuangkan hak perempuan, sekali lagi saya sebutkan, saya hanya ingin orang lain mengerti konsep gender secara benar, dengan demikian mereka dapat memperjuangkan haknya di masyarakat.

Tak terhitung berapa banyak text book yang membahas isu gender, tetapi lagi-lagi buku ini kurang diminati, mungkin karena topiknya terlalu berat atau terlalu sensitif untuk dibahas. Beberapa sineas Indonesia mengubah cara penyampaian topik gender dan secara cerdas membungkus tema ini dalam bentuk film. Tujuannya sama, agar perempuan lebih peduli dengan isu gender yang terjadi di masyarakat. Sejauh ini, ada dua film Indonesia yang khusus mengangkat tema gender. Pertaruhan dan Perempuan Punya Cerita.

Pertaruhan (At Stake)
Pertaruhan adalah sebuah film dokumenter produksi Kalyana Shira Films yang berisi 4 film pendek. Karena dikemas secara dokumenter, maka beberapa bagian terasa datar dan membosankan. Pertaruhan tidak dibuat dengan tujuan komersial, tapi untuk bercerita tentang perempuan dan kontroversi tentang tubuh perempuan. Melalui cerita dalam Pertaruhan, dapat dilihat bahwa perempuan tidak dapat memutuskan sendiri apa yang terbaik bagi dirinya, bagi tubuhnya, karena semua itu diatur oleh norma dan stereotipe masyarakat.


Film 1: Mengusahakan Cinta.
Bersetting Hongkong karena mengangkat dua kisah cinta TKI. Rian yang lesbian tidak takut untuk menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya disana, tapi ciut untuk membawa cerita cintanya ke Indonesia. Sedang Ruwati yang harus menjalani operasi rahim melalui lubang vagina menyebabkan calon suaminya tidak percaya lagi kalau Ruwati masih perawan.
Merry's thought: Sedemikian pentingkah arti keperawanan dibanding keselamatan jiwa orang yang disayangi. Beban mental Ruwati sendiri sudah cukup berat menghadapi penyakitnya, tidak perlu ditambah dengan pandangan sinis calon suami Ruwati akan arti keperawanan.

Film 2: Untuk Apa???
Bercerita tentang sunat perempuan yang dipercaya dapat mengurangi nafsu liar perempuan dalam seks. Tidak ada dalil yang cukup kuat untuk menjalankan ritual ini, bahkan isu ini juga diperdebatkan di kalangan ulama. Dari segi kesehatan pun tidak ada gunanya perempuan melakukan sunat. Pelaksaan sunat ini sendiri tidak jarang menimbulkan trauma bagi orang yang mengalaminya.
Merry's thought: "Sunat dilakukan agar perempuan dapat memuaskan suaminya", kurang lebih demikian perkataan salah seorang ulama dalam film ini. Apakah kodrat perempuan hanya sebatas untuk memuaskan nafsu laki-laki? 

Film 3: Nona Nyonya.
Sepertinya hanya perempuan hamil dan telah menikah saja yang bisa ke ginekolog. Bagaimana dengan perempuan single yang ingin memeriksakan kesehatan organ reproduksinya. Beberapa perempuan yang hendak melakukan tes paps meer untuk menghindari ancaman kanker leher rahim malah ditanya macam-macam oleh dokter bersangkutan. Apakah dia sudah menikah? Sudah berhubungan seks? Dan tidak jarang dokter menolak melakukan tes ini kepada perempuan lajang, alasannya tes papsmeer dapat menyebabkan robeknya selaput dara.
Merry's thought: Saya gemas sekali menonton film ini. Apakah saya harus menjadi seorang Nyonya dulu sehingga saya baru dapat melakukan papsmeer. Kanker leher rahim merupakan pembunuh wanita nomor satu, sudah atau belum menikah, pernah atau belum pernah berhubungan seks. Lagi-lagi, status sebagai perawan lebih dipentingkan dan selaput dara terlalu diagung-agungkan.

Film 4: Ragat'e Anak.
Menceritakan single mother yang bekerja sebagai pemecah batu di siang hari, dan alih profesi di malam hari menjadi PSK di kuburan Tionghoa. Ironisnya, bayaran mereka sebagai PSK yang tidak seberapa harus dipotong dengan 'retribusi' pada preman setempat. 
Merry's thought: Persoalan ekonomi yang seringkali membuat perempuan tidak memiliki pilihan lain dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Perempuan Punya Cerita (Chants of Lotus)
Dibuat oleh empat sutradara, terdiri dari empat cerita, di empat tempat yang berbeda.


Cerita Pulau.
Sumantri adalah satu-satunya bidan di salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Disana, Sumantri dekat dengan Wulan yang mengalami keterbelakangan mental. Suatu ketika Wulan diperkosa, Sumantri melaporkan kasus tersebut ke polisi dan bersedia menjadi saksi. Namun karena Sumantri pernah melakukan aborsi (yang bertujuan untuk menyelamatkan sang Ibu), maka laporan Sumantri tidak dipercaya. Penduduk desa menganggap aborsi adalah dosa, apapun alasan dibalik tindakan aborsi tersebut. Sumantri terjebak diantara dua pilihan saat mengetahui Wulan mengandung: kembali melakukan aborsi, atau membiarkan Wulan melahirkan seorang bayi yang kelak pasti tidak akan terurus.

Cerita Yogyakarta.
Mengangkat cerita kehidupan seks bebas anak SMU Yogyakarta. Sudah tidak asing lagi kalau anak SMU pernah melakukan hubungan seks ataupun aborsi. Jay, seorang wartawan Jakarta mencoba menyelami fenomena ini dengan menyamar menjadi mahasiswa dan mendekati beberapa anak SMU. Siapa sangka, Jay malah menjalin hubungan asmara dengan Safina, subjek penelitiannya.

Cerita Cibinong.
Esi berjuang hidup untuk anak semata wayangnya Maesaroh. Esi tidak pernah menyangka, Narto yang dipercaya untuk menjaga anaknya selama dia bekerja ternyata malah melecehkan Maesaroh. Esi pun mencari perlindungan kepada Cici sahabatnya. Masalah tidak berhenti sampai disini karena Kang Mansur yang dekat dengan Cici mengincar Maesaroh untuk dijual dalam sindikat perdagangan manusia (human traficking).

Cerita Jakarta.
Adegan dibuka dengan kematian Reno yang overdosis di toilet diskotik. Reno hanya mewariskan tumpukan hutang dan virus HIV untuk istrinya, Laksmi. Mertua Laksmi menganggap Laksmi lah yang menularkan virus HIV kepada Reno dan mereka berjuang untuk merebut Belinda, cucu mereka satu-satunya dari tangan Laksmi. Untuk mempertahankan Belinda, Laksmi harus hidup berpindah-pindah mengelilingi Jakarta. Laksmi mencoba bertahan, tapi dia sadar dengan kondisi fisiknya yang semakin lemah dan keuangan yang semakin menipis tidak mungkin untuk mempertahankan Belinda.

Kira-kira apa komentar kalian untuk cerita-cerita dalam film tersebut? Klise? Biasa saja? Bukan hal yang baru? Tidak aneh lagi? Tapi bayangkan kalau hal tersebut terjadi pada diri kalian atau orang yang kalian sayangi. Ambilah pemahaman gender agar kita tidak perlu mengalami bentuk ketidakadilannya, supaya orang lain dapat menghindarinya. Tidak perlu merasa alergi dengan kata gender, karena mau tidak mau, suka tidak suka, hal ini akan selalu kita temui di masyarakat.

Beberapa teori yang saya gunakan dalam tulisan ini diambil dari modul mata kuliah Gender dan Pembangunan, Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, 2003.

21 komentar:

  1. Perempuan punya cerita bagus tuh, sampe bisa keluar masuk festival di dunia.
    Gw tertarik ama pembahasan elo tentang keperawanan. Di Indonesia masih kekeh tentang arti keperawanan, khususnya untuk golongan konvensional walaupun tanpa harus ditutupi saat ini sex pra nikah sudah hampir umum ditemui. Untuk pria yang sudah pernah melakukan sex pra nikah, sangatlah konyol bila masih mempersoalkan tentang keperawanan tapi bila pria itu belum pernah malakukan ya..gw pikir masih wajar bila dia masih mencari wanita yang perawan. Untuk masalah papsmeer, bila memang wanita yang belum pernah berhubungan sex kemungkinan terkena kanker rahim itu jauh lebih kecil drpd yang sudah. Tapi bila wanita itu memang sangat ingin memeriksakan alat reproduksi tinggal tulis surat pernyataan siap menanggu resiko selaput darahnya robek, maka dokter siap memeriksanya. Para dokter enggan melakukan test papsmeer pada wanita yang belum berhubungan sex karena tidak ingin sang wanita tersebut dianggap tidak perawan lagi. Kultur kita sendiri memang masih mengagungkan keperawanan baik itu oleh pria maupun wanita (yang masih perawan tentunya). Kalu dari tulisan elo, gw mendapat kesan kalau elo tidak mempermasalahkan kehilangan keperawanan hanya karena tindakan medis, gimana kalau kehilangan keperawanan karena sex pra nikah? Apakah elo juga akan memakluminya?
    * jangan dijawab disini ya :) *

    BalasHapus
  2. Talking about gender.................

    Hufffff, there had been so many debates in my class regarding gender especially when some friends discussed about GENDER PAY GAP, ketidaksetaraan gaji antara pria dan wanita.

    Selama diskusi di kelas, saya jadi mengamati: kenapa yah setiap kali ada kasus yang terjadi pada perempuan, selalu diasosiasikan dengan kesetaraan gender. Apakah setiap kekerasan yang terjadi pada perempuan akan selalu berujung pada persepsi klasik bahwa wanita itu lemah sehingga mudah disakiti?. Apakah mungkin itu adalah penyebab satu-satunya? Apa tidak ada kemungkinan penyebab yang lain?

    Saya tidak menganut prinsip itu. Menurut saya, ketika terjadi kekerasan pada perempuan atau tindakan lainnya, penyebabnya perlu ditilik dulu.

    Seperti di kasus Gender Pay Gap tadi, banyak wanita yang tidak mendapatkan promosi pekerjaan karena mereka memang melamar di posisi yang kurang mendapatkan promosi.

    Saya sangat setuju dengan prinsip kesetaraan gender, asalkan masalah yang ada dilihat dulu penyebabnya.

    But anyway, It is a nice review Cha. Sepettinya sudah bisa menulis di majalah nehhhh :)

    BalasHapus
  3. kesetaraan gender punya beberapa defenisi yang bertentangan. intinya wanita memang tidak pernah bisa disetarakan dengan laki2. tapi antara laki2 dan wanita harus ada sinkronisasi. itulah kenapa Allah swt menyebutkan dalam quran surat an-nisa 34 bahwa laki2 adalah pelindung bagi wanita.. :D

    BalasHapus
  4. wahh abis baca postingan ini kek abis ikut seminar. ulasannya lengkap euy, panjang tapi bikin tertarik untuk dibaca terus.
    soal gender, kebanyakan kita memang lebih sering jadi pengamat, hanya komen sambil lalu saja. Baru mulai terusik kalo obyeknya itu sodara atau orang terdekat. Sebelum itu terjadi, baiknya memang kita lebih aware tentang hal ini.

    btw, sy suka skali tulisannyaaa, bener tuh kata kak cipu, coba nulis buat majalah atau media ceuu :D

    BalasHapus
  5. waw..mbak rosa beneran mantabs de tulisan nya.
    baca tentang film itu menarik,tp aku bingung hrs komen apa..pas baca komen mas exort, i agree with him :)

    sumpah mbak,nice post :)

    BalasHapus
  6. wew... emanga berat isi blognya kali ini... mpe binun mo komen apaan...

    BalasHapus
  7. tulisannya kereen, gk sanggup komen apa2.. selain kata keren tadi... :)

    BalasHapus
  8. reviewnya bagus.. bikin aku pengen banget nonton film 2 itu..
    :p

    BalasHapus
  9. "virginitas" sampai saat ini masih dipandang sakral buat orang indonesia, kalau buat saya "virginitas" itu penting..karena itua adalah harga diri seorang wanita, sesuatu yang akan diserahkan kepada suami kita kelak,..
    kalau kehilangan virginitas karena kecelakaan atau hal2 lain..masih bisa dimaafkan..
    tapi kalau karena sex pra nikah, itu tidak dapat dimaafkan,harusnya perempuan itu tahu bagaimana caranya menjaga dirinya..(^_^)

    BalasHapus
  10. Ulasan tentang gender yg menarik, apalagi dikaitkan dg review film hasil karya perempuan2 Indonesia.

    BTW, aku tergelitik dg Cerita Yogyakarta. Memang harus diakui bahwa seks bebas kian marak saja di kalangan generasi muda.
    Perlu utk segera diambil langkah2 guna menyelamatkan generasi muda kita.

    BalasHapus
  11. Weiss.. Keren abis!!! Mantabs!!
    Aku punya temen yang aktivis HAM, dan dulu dia sempet nyekokin aku masalah gender ini. Pernyataanmu yg ini "Laki-laki dan perempuan berbeda secara biologis, seperti perbedaan alat kelamin. Perbedaan seperti ini tidak dapat dipertukarkan dan bersifat kodrati. Kita tidak bisa memilih akan dilahirkan jadi anak perempuan atau laki-laki. Tetapi sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan ditentukan oleh lingkungannya" sama persis kaya yang dia terus-terusan bilang waktu itu.. Dan memang bener Sa, kalo liat konteks Indonesia, pembedaan gender ini masih kuat dan mempengaruhi banget cara pandang masyarakat kita. Jadi kalau sampe ada yang akhirnya ga sesuai dg apa yang diharapkan masyarakat akhirnya dianggap ga normal.
    Aku sendiri untuk beberapa hal masih ga bisa ngrubah cara pandangku ttg gender, meskipun gara2 temen tadi itu akhirnya ada beberapa hal yang memang akhirnya aku sadar perlu dirubah..
    Btw, film2 yg ada di postinganmu ini bisa ditonton online ga?

    BalasHapus
  12. reviewnya keren bgt ros, q pengen nontonnn..

    apalagi q mang interest ma tema gender, well.. ketidaadilan gara2 gender mang bikin qt sebel dan miris,
    bahkan di kampus pun, aku masih sering nemuin pengkotak2an gara2 gender.
    misal korlap kudu cowok lah, sekretaris kudu cewek, keamanan kudu cowok, konsumsi harus cewek lah,
    OMG, sebelll, Dan ketika qt berontak dan menantang arus yang sudah membudaya justru dpt lirikan aneh dari temen2,
    apalagi kalo lagi musyawarah pemilihan ketua di suatu organisasi dan lakonnya cowok+cewek, hemmm.. bakal bikin telinga merah denger alasan2 mereka milih cowok...

    BalasHapus
  13. hmmm, saya belum pernah nonton satu pun dari film2 itu...maka belum bisa banyak komentar nih...jadi penegen nonton juga....

    BalasHapus
  14. hmmm... (mikir dulu mau komen apa)

    masalah keperawanan nih... rada gondok juga baca review yang "mengusahakan cinta". emang sih, keperawanan itu penting banget. tapi kenapa cuma keperawanan? kenapa keperjakaan nggak?? kenapa dimana-mana, banyak orang yang cari calon istri yang masih perawan, tapi saya hampir gak pernah denger orang bilang, "Mau cari calon suami yang masih perjaka" ?? itu karena cewek yang masih perawan atau nggak, bisa diketahui lewat selaput daranya, sedangkan di cowok gak ada tanda2 apakah dia masih perjaka atau nggak.

    dan sebelum saya sempet ngotot sama Tuhan kenapa cuma cewek yang bisa di cek keperawanannya sedangkan cowok nggak, temen saya cerita sama saya. dia pernah baca di suatu tempat, ada seorang cowok yang nulis," Kenapa cewek yang masih perawan atau nggak, bisa ketahuan, sedangkan cowok nggak?? itu karena Tuhan lebih sayang sama cewek daripada cowok. Tuhan ngasih label mereka, supaya mereka bisa lebih menjaga diri. beda sama cowok yang istilahnya, 'lo mau perjaka atau kagak, lo mau dosa besar atau kagak, itu urus-urusan elo'. "

    :)

    BalasHapus
  15. blognya bagus,
    salam kenal..
    need IT??
    http://www.linovtech.com

    BalasHapus
  16. Tapi memang di negara2 belahan dunia Timur kondisinya masih seperti itu karena patrialis 'kali ya?

    BalasHapus
  17. emm sebelumnya mau nanya , ini filmnya dibuat kapan ? kalo dibuatnya udah lama , ada cd nya ?

    yang cerita cibinong jadi ribet begitu alur ceritanya ya :|

    semua filmnya menarik, tapi aku ga bisa komentar ._. kenapa ya?

    BalasHapus
  18. aku setuju dg opini Exort. Dan mau menambahkan : gak adil banget kalo selaput dara itu robek karena alasan yg bukan karena berhubungan sex misalnya : karena jatuh, tindakan medis tertentu spt pap smear atau karena hub sex dipaksa misal diperkosa. Seharusnya si pria maklum kalo itu yg terjadi. apalagi kalo si pria juga sudah bukan jejaka lagi.
    Jadi harus dilihat dulu kenapa dia kehilangan virginitasnya.

    BalasHapus
  19. saya sikapi mengenai beberapa bentuk ketidakadiLan yang sering ditemui, mungkin itu karena kodrat kaLi yah. tetapi dibaLik itu juga adanya unsur para kaum cowok yang memanfaatkan haL tersebut untuk egoismenya.
    terima kasih Mbak atas sharenya, membuka wawasan baru pemikiran saya.

    ijin untuk menjadi foLLower di bLog ini, saLam kenaL.

    BalasHapus
  20. wanita disunat...pernah denger sih tapi tepatnya untuk alasn apa, itu yang gak jelas... untuk pap smear aku setuju ama exort, kultur kitalah yang membuat dokter bertanya apakah si Nona bener2 mau merusak selaput daranya. Dan papsmear itu diambil dari lendir leher rahim. dan untuk bisa nyampai ke situ aja harus dipasang alat yang dimasukkan ke vagina(katanya sih) jadi serem deh ngebayanginnya.
    kok bisa nemu film2 bagus gini sih???

    BalasHapus
  21. kalo ada orang yang berpendapat bahwa sunat perempuan itu tujuannya agar si istri bisa memuaskan suaminya, SALAH BESAAAAAAAAAAAR!!!!

    yang aku tau, Islam tidak ada ajaran perempuan "harus" disunat.
    kebudayaan sunat wanita itu berasal dari afrika... dan itu murni untuk kepentingan Lelaki. sama sekali tidak pro wanita.

    karena setelah disunat, wanita akan kehilangan hasrat, karena tidak bisa menikmati persetubuhannya. si suami jelas jelas masih bisa menikmati...lha wanitanya??? jadi patung aja gitu...
    lha apa suaminya senang kalo istrinya cuma jadi patung??

    aku punya kenalan 2 wanita di mesir yang ketika kecil disunat oleh ortunya...
    dia sangat sangat menyesalkan hal itu
    dan sama sekali tidak ingin anak perempuannya disunat agar tidak bernasib sepertinya.

    well setidaknya gitu sih pengamatanku tentang sunat wanita...

    BalasHapus