Kamis, 11 Maret 2010

SG: Last Day and Miscellaneous

Last Day
Hari terakhir di negara ini. Kami hanya memiliki sisa waktu 3 jam untuk berkeliling. Dengan ransel yang beratnya bertambah beberapa kilo tersanding di bahu, kami melangkahkan kaki menuju Bugis. 

Bye Geylang

Sebagian toko di daerah Bugis Street masih banyak yang tutup, tapi Nenes sudah kembali kalap belanja kaos bergambar Merlion untuk oleh-oleh. Sebagian kaos itu berbunyi “I Love Singapore” dan rasanya saya akan sangat berdosa pada Tanah Air jika tega membeli dan memakai kaos tersebut (haha, rasa nasionalisme sedang di titik puncak). Bugis Street memang menyediakan berbagai souvenir sebagai oleh-oleh, tapi harga yang ditawarkan masih kalah murah dibanding dengan Mustafa Centre. Saya dan Sagi lebih kalap di toko yang menjual berbagai aksesoris, harga yang ditawarkan lumayan miring. Sagi menghabiskan hampir SGD 50 selama di Bugis, saya sendiri (untungnya) masih bisa menahan hasrat berbelanja mengingat ransel yang sudah penuh dan berat. Rasanya saya sudah tidak sanggup menambah beban bawaan lagi.

 Kalap belanja (lagi)

Aroma makanan dari food court yang berjejer di sepanjang Bugis Street mengingatkan kami akan perut yang belum sempat diisi sejak pagi, tapi sayang kehalalan masakannya lumayan diragukan. Tanpa disadari, kaki ini telah melangkah memasuki kawasan Bugis Junction. Kombinasi kaki dan bahu yang pegal plus perut kelaparan membuat kami melakukan kesalahan besar dalam menentukan tempat makan. Sebal rasanya menghabiskan SGD 8 hanya untuk sebuah bento hambar minus air minum.

Masih tersisa satu jam untuk berkeliling, tapi kelelahan yang terakumulasi sejak dua hari terakhir membuat kami tidak berselera untuk kembali menjelajah tempat ini. Akhirnya kami pergi ke stasiun MRT untuk kemudian menuju bandara.
 
 Ngembaliin Singapore Tourist Card (I just love that card)

 
 Straight to airport

Bawaan yang semakin bertambah

Saya hanya terdiam di bandara, meresapi semua kelelahan, keriaan dan pengalaman selama tiga hari di negara ini. Sampai akhirnya panggilan untuk masuk ke dalam pesawat pun membahana di dalam ruang tunggu. Bye SG, thanks for being the first country in my backpacking journey.

Backpacking Miscellaneous

Peta, flyer, tiket

Budgeting
Day 1:
Beli Cemilan di Changi: SGD 1.2
MRT Changi – Kellang: SGD 1.6
MRT Kallang – City Hall: SGD 1
MINT: SGD 15
National Museum of Singapore: SGD 10
Lunch di Makansutra: SGD 5
Minuman dingin di belakang Espalande: SGD 1.2
MRT City Hall – Kallang: SGD 1

Day 2
MRT Kallang – City Hall: SGD 1
Singapore Tourist Pass for one day: SGD 8
Science Centre: SGD 6
Lunch di Little India (Sup tulang merah, roti prata, dan teh tarik) hanya SGD 5.6 saja
Beli oleh-oleh di Mustafa Center: SGD 42.7
Sentosa Express: SGD 3
Song of The Sea: SGD 10
Softdrink sekalian (norak) nyoba mesin penjual minuman: SGD 1

Day 3
MRT Kellang – Bugis: SGD 1
Belanja-belenji di Bugis: SGD 30
Makan ngga enak di Bugis Junction: SGD 8
MRT Bugis – Changi: SGD 1.6

Pengeluaran selama tiga hari: SGD 163.90 (ambil contoh kurs Rp 6.500) = Rp. 1.065.350
Tiket PP plus hotel 3 hari Rp. 850.000
Airport tax Rp. 150.000

Pengeluaran saya yang paling besar adalah untuk membeli oleh-oleh: SGD 72.7 atau sekitar RP. 472.550.
Jadi kalau dihitung-hitung, pengeluaran inti (tiket MRT, bus, museum, makan, minum) hanya SGD 91.20 = Rp. 592.800

Total pengeluaran untuk backpacking pertama: Rp. 2.065.350
Termasuk murah atau mahal? Itu semua tidak sebanding dengan pengalaman yang didapat.

 Teman sejati selama perjanan: ransel, tas tangan, Singapore Tourist Pass, purple shoes

From Indonesia?
Dari hari pertama menjejakkan kaki di SG, ada saja orang yang bertanya “From Indonesia?” kepada kami. Sebal dan risih rasanya karena saya ngga suka dipandang sebagai turis. Iseng-iseng kami bertanya dengan orang-orang tersebut, darimana bisa menebak negara asal kami.

Tempat: National Museum of Singapore
Saat misuh-misuh cari orang yang bersedia mengambil foto kami bertiga, seorang security menawarkan bantuannya. Setelah selesai kami pun mengucapkan terimakasih dan petugas tersebut bertanya:
“Indonesia?”
“Yes, how do you know that?”
“Kalimat kalian, ‘bagaimana’ kalian sebut ‘gimana’“, jawab petugas dalam bahasa Malay
“Aaahh yaaa.....”
Ternyata dia ngeh dengan bahasa Indonesia non baku yang kami gunakan.

Tempat: Geylang Road
Semangat menggebu-gebu untuk mengeksplor SG di hari pertama dan ditanya sama penduduk lokal:
“From Indonesia?”
“Yes”
Dan dia bisa nebak itu dari wajah khas Indonesia kami.

Tempat: Mustafa Centre
Lagi sibuk milih souvenir, ditanya sama orang India lokal:
“Indonesia right?”
“Yes”
“I know it from your veil. You are a moslem” jawab si India kepada Sagi
Bangga rasanya, Indonesia dikenal sebagai negara dengan mayoritas muslim disini.

Perjuangan untuk mengambil foto bertiga (kenapa saya selalu jadi bagian dokumentasi sih)

My beloved camera and tripod

Another Little India's Story
Masih inget dong dengan parnonya saya dengan orang India. Parahnya lagi logat India mereka terbawa saat berbicara dalam bahasa Inggris. Mau nga mau saya harus mendengarkan ucapan mereka dengan seksama. Jangan sampai gara-gara salah ngerti petunjuk arah dari mereka saya musti tanya orang India lagi.
Selesai bertanya, saya menyampaikan petunjuk arah yang didapat pada Sagi dan Nenes. Dengan tidak sopannya Sagi berkata:
“Ros, lo nyadar ngga? Orang India itu kalo ngomong kepala ikut goyang-goyang loh”
“Mana gw sadar Sagiiiiiii...... Gw tuh udah stress ngertiin bahasa Inggris logat India. Belom lagi gw parno banget sama mereka. Mana sempet gw merhatiin kepala yang goyang-goyang sambil ngomong”
Bukannya bantuin saya nerjemahin bahasa Inggris yang terdengar aneh di kuping, mereka malah merhatiin bahasa tubuh orang India. Benar-benar tega pangkat lima.

Turis atau backpacker?
Selama perjalanan kemarin, saya hanya membawa satu ransel dan satu tas tangan. Sagi bawa ransel yang bisa didorong plus satu tas tangan, sedangkan Nenes memakai tas selempang dan satu tas tangan. Di hari akhir, barang belanjaan Nenes ngga bisa masuk ke tas dan akhirnya dia harus menenteng satu kantong plastik besar sebagai tambahan.

Biar berat dan ribet yang penting gaya :p

Tujuan utama kami selama di SG adalah museum atau monumen khas negara tersebut dan daerah yang kental dengan budayanya, sedikit mencicipi pengalaman jadi turis dengan mengunjungi Sentosa Island. Tidak terbersit niat sedikitpun untuk belanja gila-gilaan di Orchard, kami hanya khilaf di Little India dan Bugis Street.

Salah seorang teman mempertanyakan seberapa backpacknya perjalanan saya, “Ransel aja ngga ada, bawa tas dorong malah. Masa berani bilang bakcpackeran”, kurang lebih seperti itu dia bilang. Untuk saya tidak penting, apakah sebuah perjalan murni backpack atau tidak. Mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman dari perjalanan ini jauh lebih berharga dibanding menyombongkan diri siapa yang paling berbackpack dan menghabiskan dana paling murah. Dan yang pasti, dari semua perjalanan yang sudah dan akan dilakukan, pada akhirnya akan membuat kita lebih mencintai negeri sendiri. 

In The End.......
Ayoooo nabung lagi :)
 
Mengumpulkan sisa-sisa recehan

And see you again in Thailand for next journey gals (cant wait cant wait).

24 komentar:

  1. rosaaa...seru juga loh baca pengalaman elo disana, anw (hehehe gw salah satu yg blg elo bkn backpacker ya) ros mending ga usa terpaku buat namain diri sbagai backpacker atau turis,yg penting jalan2 dan fun...anw gw sbnrnya lg mau nyusun rencana ke vietnam, kesana aja yuk, lbh seru n baru drpd thai yg uda jd negara turis banget

    BalasHapus
  2. Kenapa gak belanja di Chinatown nya aja, disana lebih murah loh dibanding di Mustafa Centre :P

    BalasHapus
  3. Gua setuju dengan Exort, it is not about the title.... either backpacker or tourist, but it's about enjoying trip or not. Again, it is about either you enjoy ur trip or not :D

    BalasHapus
  4. Travelling memang menyenangkan.

    iya bener! pengalamannya itu yang bener2 berkesan

    BalasHapus
  5. Wow, catatan perjalanan yang sangat detail!

    BalasHapus
  6. wahhhh....bener-bener perjalanan yang menyenangkan dan berkesan bangetya mbak..

    btw....aku naksir purple shoes_nya deh.. :D

    BalasHapus
  7. ya ampuuuun :)
    pengen,,heu2...

    BalasHapus
  8. waaaaaaaaa,,,
    pengeeeen jalan2 ksana juga...

    BalasHapus
  9. baca semua cerita perjalannya..seruuuu..kapan aku bisa jln2 di negara org yah o_O

    BalasHapus
  10. Rosa tamplate blognya jd template blog favorit gw. liat di blog gw ya :)

    BalasHapus
  11. Liat pengalaman teman, sdk tergambar keadaan disana, cos ga mampu mo pergi sdr kesana, hehe..

    BalasHapus
  12. huuu... rotally asyikk.. seruuu...
    heheehheh

    BalasHapus
  13. ciri khas Indonesia emang bisa dilihat dari gaya pake jilbabnya. karena cara pake jilbab antara Indonesia dan Malaysia tidak sama. sama orang Singapore nya sendiri juga beda lagi.

    hebat nih Backpackingnya berhasil ya..

    pengalaman segudang, pengeluaran minimal.

    BalasHapus
  14. @ Exort: hahaha...emang banyak yg ngga percaya kok, anak manja seperti saya ini mau backpackan (mama saya sendiri aja ngga percaya). Saya ngga terpake dgn backpack atau turis kok, saya cukup puas dengan perjalanan kemarin, apapun namanya :p

    @ Cipu: heee..ngga tau musti belanja kemana di daerah Chinatown pu. Dan seperti yang saya tuliskan di postingan ini, saya tidak peduli tipe perjalanan sebagai turis atau backpack, yg paling penting adalah segudang pengalaman yang kita dapatkan :)
    ditunggu cerita kamu selama di Ho Chi Minh yaaa....

    @ Putri: dan traveling itu bikin nagih :p lol.

    @ Eka: Thanks yaaa...itu juga request dari Cipu dan Minomino untuk menuliskan budget :D

    @ Ieyaz: Hehe...aku sengaja pesen si purple shoes itu untuk perjalanan kemaren (niat banget ya).

    @ Minomino: ayooooo berangkaaaaattt ;)

    @ Riesta: so just get your backpack and ready to go :)

    @ Dv: pasti bisa. Percaya deeeehhhh ;)

    @ Dy: Ayooo...saya lagi search tiketnya nih :)

    @ Ninneta: Thanks soooo much ya....aku terharu....

    @ mba Lilah: pasti mampu ko mba, cuma mungkin niatnya masih kurang kuat :)

    @ Bandit: iyaaa...seru :D

    @ Elsa: bangga rasanya menunjukkan identitas dengan jilbab.

    BalasHapus
  15. keknya biayanya kebanting di oleh-oleh deh mbak ros. :D

    tapi, ya, sebagaimanapun cewek menghindari belanaja, pasti bakalan terbujuk juga kalo lihat barang-barang "lucu" dan murah. hehehe..

    BalasHapus
  16. Seru BANGETTTTT....
    Komplit deh laporan ceritanya....

    IDR 2 jeti buat 3 hari travelling tergolong murah dunk.... Buat di Oslo sehari bisa langsung habis secara apa2x mahal n uang bisa keluar kayak air aja nggak berasa...

    Congratz atas misi backpacking yang tercapai!... :)

    BalasHapus
  17. bugis street , kayak suku bugis aja *.*

    BalasHapus
  18. @ Shige: yaaahhh...itulah cewek :p

    @ Feli: kalau saya ke Oslo temenin jalan-jalan yaaaa :D

    @ Diana: hahaha....begitulah ;)

    BalasHapus
  19. Jalan2 dan menikmati itu yang penting mah!!kalo punya budget boleh lah blanja2...asal jangan kalap ajah, hahahahahaha!!

    BalasHapus
  20. Haha.. Bugis street memang so tempting banget ya ? Banyak gerai2 yang menawarkan barang-barang unik, baik itu souvenir ataupun fashion wardrobenya .. Dan yang jelas harganya lebih miring daripada harga2 di Mall !! Salah satunya yg lagi happening adalah Blackmarket. Kemarin mampir ke sini gak sist ? coba liat lagi di http://bit.ly/b5MxwR Siap2 kalap belanja lagi deh :)

    BalasHapus
  21. waw .. jadi pengen jalan2 juga :)

    BalasHapus
  22. orang Thailand jarang yang bisa bahasa Inggris.
    dan Thailand... jauh lebih bagus Indonesia kok dibanding Thailand.

    BalasHapus