Rabu, 03 Maret 2010

SG: Exploring City Hall

Kami tiba di Changi jam 10.00 waktu Singapura. Tak mau membuang waktu, kami pun mulai menjelajah salah satu bandara tercanggih ini. Setelah mengurus imigrasi kami bingung...musti kemana sekarang? Ya cari stasiun MRT terdekat dan berangkat ke hotel dong, ransel saya berat banget negh. Tanya ke bagian informasi ternyata stasiun MRt ada di terminal2, dan kami dapat menggunakan shuttle train dari terminal1. Huff...lega??? Belum. Karena ada satu masalah: tiket MRT.

 The imigration thing.

 
Mengumpulkan peta, brosur, dan flyer.

Inilah kedodolan pertama yang dialami, kami kira bakal beli tiket di loket dan dilayani oleh mba atau mas yang baik hati (jiaahh...ini Singapura non, bukan Indonesia), ternyata kami harus menghadapi sebuah mesin. Masalahnya tidak terletak pada si mesin, tetapi pada uang SGD yang kami bawa. Pecahan terkecil yang kami miliki adalah SGD 50, sedangkan mesin hanya menerima pecahan uang paling besar SGD 10. Kemana kami harus menukarkan uang ini? Tanya sama rombongan Indonesia lain dengan penampilan yang sangat high maintenance (jadi minder sama penampilan kami yang "menggembel" ini) ternyata mereka sudah bawa pecahan uang SGD 2 dari Indonesia. Hhhmmpphh...lemeess rasanya lutut ini.

MRT station

Lantai bandara yang terletak jauh dari stasiun MRT mau tak mau harus kami jelajahi kembali, rencananya kami akan membelanjakan uang yang ada sehingga kami mendapat uang receh. Tidak sengaja, kami melewati shelter bus dan mendapat ide untuk menggunakan bus saja, dan pertanyaan itu kembali berulang: beli tiket dimana? Hasil bertanya dengan pengemudi bis, kami dapat menggunakan kartu atau membayar sesuai tarif. Duuuhh Pa, kita ngga punya uang pas untuk bayar ongkos. Bahu mulai terasa pegal dan kaki ini sulit untuk berkompromi, perjalanan ke shelter bus ternyata hanya membuang-buang waktu. Akhirnya kami kembali ke rencana awal, mencari mini market. Sialnya, saat membayar dan kami meminta uang receh, Ibu kasir malah menjawab dengan entah-bahasa-apa dan menunjuk-nunjuk kami. Doh, dia ngomong apa sih? Mana volume suaranya kenceng banget lagi. Lumayan shock juga diperlakuin kaya gitu di negara orang.

Passenger Service

Balik lagi ke stasiun MRT dan langsung beli tiket. Ngobrol-ngobrol sama orang India di antrian dan mereka ngasih tau kalau ternyata kita bisa nukerin uang di Passenger Service yang letaknya cuma beberapa meter dari mesin tiket MRT. Doooohhh...dodolnyaaaa....Cape-cape muterin Changi, nyasar ke halte bus, diomelin Ibu-ibu kasir, dan ternyata semua itu ngga perlu dilakuin kalau kita nanya ke Passenger service. Total waktu yang dibutuhkan untuk keluar dari Changi  pake MRT: 2jam. Crap.

Gaya jumawa. Akhirnya bisa naek MRT jugaaa....

Halte transit, dan ngecengin bule sebelah :D ahahaha...

Dari Changi kami langsung menuju hotel untuk menyimpan ransel. Turun di halte Kallang dan tanya-tanya sama petugas tentang alamat hotel. Jam 12.00 dan cuaca Singapura panas banget, kami semangat berjalan menuju hotel. Eeerr...perasaan kok ngga nyampe-nyampe ke hotel ya. Nenes mulai ngeluh "Duh, hotelnya dimana sih". Kedodolan kedua: ngga ngeprint peta menuju hotel. Somehow, dengan modal tanya-tanya lagi, akhirnya kami berhasil menemukan hotel tersebut: Fragrance Hotel, Lorong 6 Geylang. Kamarnya kecil, tapi bersih dan nyaman. Kami cuma sebentar di hotel, merapikan barang bawaan, ganti baju, dan pergi lagi untuk menjelajah kota ini. Ahh...finally we've made it :)

Lorong 1 Geylang. Heyy...hotel kita di Lorong 6 Geylang ya.

Tujuan pertama dalam itinerary kami adalah mengunjungi Bugis street, tapi kami cukup lelah dan sebal dengan kejadian di Changi, selain itu waktu yang kami miliki untuk hari ini sudah terbuang cukup banyak. Akhirnya kami membatalkan acara ke Bugis dan langsung menuju City Hall. Terdapat beberapa tujuan wisata yang terpusat disana, sehingga kami cukup berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain. Hari pertama ini akan kami habiskan dengan menjelajah daerah City Hall.

Hhmm...Where we supposed to go?

Sampai di halte City Hall yang penuh dan sibuk, kami berencana untuk mengunjungi National Museum of Singapore terlebih dahulu. Namun saat keluar dari stasiun MRT, kami membaca papan petunjuk arah menuju Raffles Hotel dan rencana pun berganti lagi. Kami pergi ke Raffles Hotel yang tarif menginapnya bisa menghabiskan gaji selama satu setengah bulan kerja :p

Yaii...Raffles Hotel

 Love that place

WAW...pose di dalam Raffles Hotel :p

Hotel yang menarik: tua, antik, kolosal, tapi juga modern. Akhirnya saya bisa mengunjungi hotel terkenal ini juga :) Puas mengelilingi Raffles hotel, kami pun bersiap menuju National Museum of Singapore dan lagi-lagi tidak sengaja melihat MINT. Sagi yang dari awal perencanaan itinerary sangat-ingin-mengunjungi MINT langsung girang dan masuk ke dalamnya. Saya sih sedikit heran, untuk ukuran museum mainan pertama di dunia, MINT tergolong kecil dan tidak eye cathing, hanya berupa ruko empat tingkat kalau di Indonesia. Tiket masuk MINT tergolong mahal SGD 15, dan bagi saya ini adalah doesn't make any sense museum. Cuma gitu doang? Itu pikiran saya. Rada nyesel juga udah ngeluarin uang sebanyak itu hanya untuk melihat koleksi mainan dari seluruh dunia yang tersimpan rapi di dalam lemari kaca. Dan kebanyakan saya tidak kenal dengan tokoh dari mainan tersebut (sangking lama dan tuanya umur sang mainan). Saya sih sangat tidak merekomendasikan untuk datang kesini, kecuali kalian memang penggila action figur, robot-robotan dan mobil-mobilan Jepang, serta Star Wars atau Astro Boy freak.

MINT

Inside MINT. It's confy actually

 Lelahnyaa... :)

Selesai menjelajah MINT, kami kembali mencari National Museum of Singapore mengandalkan peta yang didapat di Visitor Information. Dan kami pun mengasah kemampuan dalam membaca peta. Sudah muter-muter kesana-sini tapi sang museum masih tidak ditemukan sementara kaki ini sudah pegal bukan main. Peta menunjukkan kalau National Museum of Singapore tidak jauh dari SMU (Singapore Management University). Perasaan daritadi kami udah ngelewatin lebih dari tiga gedung SMU, tapi museumnya mana? Nyasar kah kami? Duh, kaki pegel, tenggorokan kering, dan nyasar di negara orang bukanlah kombinasi yang baik. Setelah bertanya dengan salah satu mahasiswa SMU, ternyata kami berada di jalan yang benar dan National Museum of Singapore terletak beberapa blok di depan. Ah, praise the Lord.

SMU, yups we're in right direction.

 So tired eh.

Hawa dingin AC menyambut kami saat masuk dalam museum ini. Saya cukup terpesona dengan bangunan museum yang antik namun modern. Tiket masuk SGD 10, namun sebelum masuk ke dalam museum ada satu hal penting yang harus kami lakukan: minum. Hahaha...dari Indonesia kami memang hanya membawa tempat minum tanpa air (dilarang membawa cairan lebih dari 100ml dalam penerbangan) dan dari berita di internet, air keran di Singapura cukup steril dan dapat langsung diminum. Ya, kami akan membuktikan teori itu. Sorry Gi, I have to broke our promise not to mentioned this story in my own blog. Hahaha, Sagi memang mengancam saya untuk tidak menceritakan hal memalukan ini di dalam blog, tapi rasanya semua backpackers lain melakukannya, jadi untuk apa malu :D Setelah tempat minum kami penuh, kami saling berpandangan "Yakin nih kita bakal minum air ini?". Yasudahlah, tenggorokan yang kering memaksa kami untuk menenggak air tersebut dalam hitungan ketiga (dan selama tiga hari di Singapura kami mengkonsumsi air keran).

Inside National Museum of Singapore

 
National Museum of Singapore

 
1st floor, 2nd floor, or 3rd floor?

 
Get the headset before go into the gallery

Kami dibekali headset sebelum memasuki galeri National Museum of Singapore, headset ini dilengkapi beberapa tombol: volume, setting bahasa, peta museum, dan angka-angka. Jika ingin mengetahui lebih jauh sejarah mengenai benda di dalam museum, tinggal memasukkan kode angka yang terpampang di sebelah benda tersebut ke dalam headset. Museum ini cukup besar dan memuat sejarah Singapura dari masa penjajahan sampai kemerdekaan, yang cukup menggelitik adalah beberapa artifak merupakan warisan dari kerajaan Majapahit, bahkan lagu Anak Kambing Saya asal provisi Nusa Tenggara juga diputar disini. Agak sedikit ngenes sih, tapi ini yang terjadi jika memiliki budaya serumpun bukan?

Headset

In front of National Museum of Singapore

Judul yang paling tepat: ngarep dot com

Waktu yang kami targetkan untuk mengelilingi National Museum of Singapore adalah 1.5jam, berhubung ukuran museum yang besar dan koleksi yang sangat banyak, akhirnya molor menjadi 2jam lebih. Selesai dari National Museum of Singapore, kami kembali ke City Hall menuju Esplanade. Jam sudah menunjukkan pukul 5sore tetapi kami belum makan siang. Heran, dengan kondisi perut kelaparan dan kaki pegal karena letih berjalan seharian, kami masih bersemangat untuk berfoto. Makan siang yang terlambat (plus merapel makan malam) kami lakukan di food court Makansutra, tepat di belakang Esplanade. Menu yang kami pilih? Nasi goreng. Ahahahaha...jauh-jauh ke Singapura makannya nasi goreng juga. Nasi goreng paling mahal dan paling hambar yang pernah kami makan.

Laper...tapi tetep niat foto :p

Lookin' for Makansutra food court

Sisa sore kami habiskan dengan berfoto di depan Esplanade dan Merlion, pengen ke Singapore Flyer tapi lokasinya lumayan jauh dan rasanya kami sudah ngga sanggup untuk berjalan sejauh itu.

Foto bareng Singapore flyer nya dari sini aja ya :D

 
Esplanade, Singapore flyer


Ituu Merlionnya di sebelah kiri bawah :p

  
Merlion Park: turn left

 
Yaahh...pose bareng Merlion juga

Saat malam menjelang, Sagi dan Nenes masih bersemangat berpose di depan Merlion. Saya yang sudah sangat lelah hanya duduk-duduk di Merlion Park dan memandang city view kota ini. Dunno why, I felt that this journey doesn't make any sense at all. Jauh-jauh saya datang dari Jakarta hanya untuk ini? Untuk foto di depan Merlion, mendapat pose terbaik untuk kemudian dipamerkan kepada teman-teman? Lihat saja city view Singapore yang saya tangkap dalam foto berikut, pemandangan Jakarta di malam hari masih jauh lebih bagus. Coba saja kalian berdiri di jembatan busway di halte Bundaran HI dan resapi pemandangan disana. Singapura sih belum ada apa-apanya.

Singapore's city view

Benar kata para backpackers pendahulu saya, bepergian ke berbagai negara akan membuat kita lebih mencintai negara sendiri. Walau Indonesia tidak senyaman, sebersih, dan seaman Singapura, tapi saya lebih bangga menjadi warga negara Indonesia. Hm, baru hari pertama di negri orang dan saya sudah kangen dengan negara sendiri.

Hari sudah semakin malam, kami bertiga juga sudah teramat lelah, apalagi kalau mengingat jarak hotel yang jauh, duhh...cuma bisa berharap di negara ini ada ojeknya. Tapi ada satu festival yang sayang untuk dilewatkan, Festival Hang Bao yang diadakan untuk menyambut Imlek.

Hmm...replika apakah itu.

All made by spoon, bowl, and cup.

Sudah terlalu lelah hari ini. Baterai kamera saya juga sudah habis (padahal udah prepare 2 baterai, dasar photoholic) dan hanya bermodalkan kamera HP untuk mengabadikan festival ini.

Balik lagi ke stasiun MRT City Hall menuju Kellang, dari Kellang jalan kaki ke hotel selama 15menit (Duh Gusti, besok apa jadinya kaki saya ya). Sepanjang jalan dari stasiun Kellang ke hotel kami baru menyadari kalau daerah ini didominasi dengan tempat makan kaum Chinese, hiiiyy saya cuma bisa bergidik melihat kodok ukuran jumbo yang dipamerkan untuk dimasak. Belum lagi pub-pub yang letaknya terpencil dengan tangga menuju bawah tanah, dan satu lagi yang paling fenomenal : Gay World.

 Jalan menuju hotel

 Gay World (apa isinya ya?)

"Sagi Nenes, jalannya cepetan doooong...horor nih gw ada disini".

22 komentar:

  1. wah jalan2nya seruuuuuuu...
    mupeng :D

    BalasHapus
  2. hehehhe disitu tuh serunya kl backpacjeran, agak2 nyasar dan nanya2 sana sini...hehehehe..seru juga jalan2 hari pertamanya

    BalasHapus
  3. waa...asyik ya kayanya..semua di jelajah..

    dirimuw membuat ku mupeeng sangad..hehe..
    pingiiiin

    btw-btw....itu handset untuk di museum keren ya ada alat yang kaya gitu..^_^

    BalasHapus
  4. kata orang sih, "it's not the destination but the journey."

    waktu motoran ke lombok, begitu menginjakkan kaki di tanah lombok yang ada dalam pikiran saya cuma, "begini aja ternyata..."

    btw, setidaknya transportasi di singapura sudah sangat memudahkan wisatawan untuk menjelajah negara pulau itu. :D kalau transportasi di Indonesia mah masih carut-marut, apalagi wilayah kita gede banget gini.. :D

    BalasHapus
  5. foto-fotonya keren dah...
    heheh


    lha hasil ngecengin bule sebelahnya gimna? hahaha

    BalasHapus
  6. saatnya buka usaha penukar receh di bandara changi nih heheheh

    BalasHapus
  7. Budget nya beraoa mer, total nya ? Hehehehe :)

    BalasHapus
  8. pelajaran penting: bawa uang pecahan kecil, hehehe

    jadi ppengen ke sana ....

    mupeng bacanya

    BalasHapus
  9. wahhhhh....seru bangetttt jalan-jalannya...
    pinginnnnnnnnnnnn..... :D

    BalasHapus
  10. nginep nya di geylang ya? termasuk red district itu :)..saya rekomendasikan kapan2 kalo ke singapore lagi menginap di apartemen lucky plaza di orchad road,sewa kamar lumayan nyaman cuman memang sharing bathroom sama penghuni lainnya ada ac+tv dan yang paling penting letaknya di orchad,di depan apartemen langsung halte bus dan MRT tinggal turun ke subway di bawah apartemen jadi jalan ga terlalu jauh dan harga terjangkau.yang punya orang indonesia disediakan kompor+dispenser jadi bisa masak indomie buat sarapan.lumayan bisa ngirit,karena menurut saya makanan di singapur kurang enak :)

    btw kayak pernah liat dimana waktu baca blognya,ternyata temennya finie ya?sering liat di facebook :) salam kenal.

    BalasHapus
  11. Asik bener jalan-jalannya *ngiri mode ON*

    Eh ada peluang usaha tuh di sana. Jasa penukaran uang receh hihihihi

    BalasHapus
  12. mr. bru : itu rplikanya Judge Bao...hehehehe......

    BalasHapus
  13. @ Desi: ayooo baca postingan jalan-jalan sebelumnya juga, seru :)

    @ Exort: itulah 'seni'nya jalan-jalan ala backpacker (self defense krn ngga bisa baca peta).

    @ Ratna: iya, fasilitas di museumnya bener2 komplit ;)

    @ Shige: bukan masalah tempat tujuannya, tapi bagaimana cara kita menjelajah dan mendapat banyak pengalaman dari sana. GREAT.

    @ Bandit: sayangnya saya harus turun duluan sebelum si bule. bye bye bule :p

    @ Cipu: huuu...liat peluang bisnis aja nih :p

    @ Okkots: untuk budget akan saya tulis di postingan berbeda. Sabar ya.

    @ Keboo: bener banget. Sedia uang receh (penting itu).

    @ Aca: hueee...ternyata muka saya segitu beredarnya ya di FB :) salam kenal, thanks for visiting yaaa :D

    @ Iman: wuaahhh...kamu satu pikiran sama Cipu yaa...

    @ Bru: oooohh...baru tau saya :p

    BalasHapus
  14. hihi.. menarik cerita yg berhadapan sama mesin bingung uang receh nya.

    cerita yg bgini gini ngga terlupakan, klo aku yg ngalamin. malah jadi obrolan dan kenangan sama temen2.. :D

    BalasHapus
  15. @ Putri: ngga akan terlupakan kok. Semua pengalaman dari backpack itu malah jadi kenangan masa muda yang menyenangkan :) coba kalau pake travel, ngga akan ngalamin hal kaya gini kan ;)

    BalasHapus
  16. Pengen ke Mathematics Exhibition-nya... Kayaknya asik,hehehe

    BalasHapus
  17. Rafles hotel nya emang kereeen!!
    waktu aku nginep si stamford, sebelahnya rafles.. sengaja jalan kes rafles buat foto foto aja. habis si rafles jauh lebih keren tuh

    BalasHapus
  18. wahh
    jalan-jalannya keliatannya sangat menyenangkan ya...
    pengen coba deh..

    BalasHapus
  19. klo disini uang receh buat pengamen klo di SG buat mesin, hehehe :D

    BalasHapus
  20. kunjungan perdana...
    wah ceritanya seru banget mbak lengkap dengan SS yang membuat hidup suasana....salut2.
    salam knal, sukses slalu!

    BalasHapus
  21. @ Viita: iya, kamu pasti betah disana ;)

    @ Elsa: yup yup, Raffles hotel emang keren banget.

    @ Seiri: ayooo dicoba...

    @ Dv: hahahah...begitulah...

    @ Bunglon: thanks yaaa....and thanks for stopping by :) sering-sering mampir.

    BalasHapus
  22. gilaaa komplit banget yaaaaa jadi kangen singapore huuuu

    BalasHapus