Ada dua hal yang saya lakukan untuk me-refresh diri selama long weekend kali ini. Pertama, maraton nonton film bioskop gratisan di TV yang naujubile-iklannya-lama-bin-banyak-banget. Dan yang kedua, sudah pasti untuk membaca. Berhubung film-film yang diputar di TV termasuk kategori film lama yang saya yakin sudah ditonton berulang kali, jadi saya memutuskan untuk membahas beberapa buku yang berhasil saya selesaikan selama 3hari ini.
UTUKKI. Sayap Para Dewa.
Perkenalan saya dengan karya Clara Ng berawal dari cerpen bersambung Tea for Two di Kompas. Saya hanya sempat membaca koran di hari sabtu dan minggu, sehingga saya tidak mengikuti ceritanya secara utuh. Walau demikian, dari cerita yang sepotong-sepotong itu saya sudah terpikat dengan cara Clara Ng bertutur dan berkisah.
Mengambil setting pada jaman Mesopotamia 5000SM dan Jakarta tahun 2000, Utukki menceritakan kisah cinta antara Thomas dan Celia di kota Jakarta. Kemudian alur mundur ke Mesopotamia 5000SM dimana Nannia (Utukki ke delapan) jatuh cinta dengan Enka, pemuda kelahiran manusia biasa. Karena Nannia keturunan dewa, maka hubungan mereka berdua tidak direstui oleh Dewa Anu (Dewa langit sekaligus ayah Nannia). Keadaan bertambah rumit ketika Dewi Ishtar (dewi cinta dan perang) juga jatuh cinta dengan Enka. Akhirnya Dewa Anu memutuskan cinta Nannia dan Enka harus diuji ribuan tahun lamanya, jika mereka berhasil membuktikan keteguhan cinta masing-masing, maka mereka akan bersatu, tetapi jika tidak, maka Enka akan menjadi milik Ishtar. Di masa depan, Nannia bereinkarnasi manjadi Thomas, dan Enka menjadi Celia. Ishtar menculik Celia ke kerajaan dewa-dewi, dan Thomas harus berjuang membebaskan Celia sekaligus membuktikan kesungguhan cinta mereka berdua.
Novel terbitan tahun 2006 ini saya temukan terdampar di tumpukan buku diskon dan saya beli hanya dengan harga Rp. 15.000. Saya tidak pernah skeptis menilai isi dari sebuah buku diskon. Saya yakin, pasti ada alasan mengapa sebuah buku bisa dibandrol dengan harga sedemikian murah. Secara keseluruhan, dapat saya katakan novel ini agak sedikit membosankan. Walau demikian, saya tetap nga rela melepas buku ini sebelum selasai membaca sampai halaman terakhir. Cara bertutur Clara Ng selalu memikat sehingga lembar demi lembar halaman berlalu tanpa terasa. Betapa briliannya imaji seorang Clara Ng sehingga dia bisa menciptakan tokoh fiksi dunia dewa-dewi dan mengaitkannya dengan dunia mahkluk hidup. Flash back yang ditampilkan juga berjalan dengan mulus dan tidak mengganggu alur cerita. Mitos, dongeng, fantasi, dan legenda, semuanya tercampur baur menjadi satu dalam buku ini.
My Stupid Boss
Buku terbitan tahun 2009 ini pasti sudah tidak asing lagi. Sayangnya saya baru sempat membaca sekarang, jadi mungkin review kali ini akan terlihat membosankan.
Berawal dari curhatan pribadi penulisnya di blog http://chaosatwork.blogspot.com maka Gradien Mediatama (sebuah line penerbitan baru yang juga menerbitkan Anak Kos Dodol) mencetak My Stupid Boss dalam bentuk sebuah buku. Nama penulis aslinya sampai saat ini masih dirahasiakan, biasa dipanggil Kerani (dalam bahasa Malaysia artinya admin, karena dia memang bekerja sebagai kepala admin) atau Chaos@work. Saat ini Gradien Mediatama sudah menerbitkan My Stupis Boss 2, dan sedang mengumpulkan naskah dari kita-kita untuk dimuat dalam My Stupid Boss Fans Stories, jadi kalau kalian minat untuk menceritakan kedodolan boss masing-masing, bisa mengirim naskahnya ke pestanaskahgradien@yahoo.com paling lambat 11 Januari 2010 dan jika tiada boss yang merintangi buku ini akan terbit 1 April 2010 (April mop). Just check the chaos@work blog Ok.
Yang pasti, selama saya membaca My Stupid Boss, saya nga cuma ketawa ngakak, tapi juga mikir "bisa kena serangan jantung gw klo punya boss kaya gini". Kok ada ya boss sedodol, sepelit, semenyebalkan, se-nga-tau-diri kaya dia. Dan saya merasa boss saya saat ini adalah boss terbaik seluruh dunia. I Luv U so much deh Boss.
Ada cerita lucu lain di balik buku ini. Seorang teman baru membeli My Stupid Boss dan stupidnya dia, buku tersebut DIBAWA ke kantor. Iya sodara-sodara, DIBAWA dan dibaca (plus ketawa ngikik-ngikik) di kantor!!! Tanpa disadari sang boss tersebut melihat buku tersebut. Keesokan harinya:
Boss (sambil melemparkan buku pedoman SOP yang ajegile-tebel-banget): "Nih, baca buku ini, jangan baca buku kaya begituan".
Teman: ........................................
Dan saya pun mengulangi kedodolan yang sama. Ketika buku-buku pesanan datang ke kantor, amplopnya langsung saya buka, dan buku tersebut saya tumpuk rapi di atas meja kerja. And you know what? Buku My Stupid Boss saya simpen di tumpukan paling atas. Aaaahhhh...stupidnya saya.
Merantau + whatever
Saya selalu salut dengan penulis yang berusaha menerbitkan tulisan di blognya, apalagi dengan line penerbitan sendiri. Seperti Andrei Budiman yang menerbitkan buku Travellous dengan line penerbitan Travellous Publishing yang dia buat sendiri. Begitupun buku ini, diangkat dari blog http://merantautheseries.wordpress.com dan mengambil nama Mahakarya Publishing, maka buku ini terbit secara independen.
Buku yang mengangkat pengalaman merantau di negeri orang ini ditulis secara keroyokan oleh 9 orang, dengan 2 bahasa, mengarungi 5 negara dan 7 kota, memuat 82 kisah, dan terbit dengan 2 cover. Sebuah tagline yang sangat menarik. Karena belum terbit di toko buku besar, maka pemesanan hanya bisa dilakukan secara online atau menghubungi langsung contact person. Cukup mengejutkan, ketika saya memesan dan memberikan alamat kantor, Brilliant Yotenega (salah satu penulis plus penerbit) mengatakan kantornya tidak jauh dari kantor saya. Akhirnya kami bertemu dan saya buku saya ditandatangani dia :)
So far...buku ini mengecewakan. Satu-satunya penulis yang benar-benar kompeten hanyalah Wuri Handayani. The others? Cuma numpang lewat doang. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, jadi setiap kisah diceritakan dengan dua versi (kecuali Wuri yang selalu menulis dengan bahasa Indonesia). Setiap cerita mencantumkan komentar dari pembacanya, yang menurut saya nga penting banget karena mengganggu mood saat membaca, apalagi komentar dituliskan dalam bahasa Jawa yang notabene nga saya ngerti. Saya merasa di diskriminasikan ketika membaca buku ini, kesannya buku ini memang hanya ditujukan untuk orang Jawa.
Cerita yang dituliskan tidak berurut, misalnya dari setelah kisah tanggal 13 Februari, lalu berlanjut dengan cerita tanggal 4 Februari. Memang dua cerita ini tidak berhubungan, tetapi akan lebih baik jika ditulis secara berurut. Dan hal yang paling parah dari buku ini adalah: belum memiliki ISBN. Waduuuuhhhh....saran untuk para penulis buku Merantau + Whatever, sebaiknya bukunya direvisi besar-besaran sebelum naik cetak lagi, dan dikelola dengan lebih serius. Jangan sampai, karena beberapa independen label menerbitkan buku dengan cara seperti ini masyarakat akan memandang remeh (kembali) dengan buku-buku terbitan independen. Kasihan sama mas Andrei Budiman yang udah mati-matian berusaha membuktikan kalau independen label itu bisa eksis seperti major label.
Cerita yang dituliskan tidak berurut, misalnya dari setelah kisah tanggal 13 Februari, lalu berlanjut dengan cerita tanggal 4 Februari. Memang dua cerita ini tidak berhubungan, tetapi akan lebih baik jika ditulis secara berurut. Dan hal yang paling parah dari buku ini adalah: belum memiliki ISBN. Waduuuuhhhh....saran untuk para penulis buku Merantau + Whatever, sebaiknya bukunya direvisi besar-besaran sebelum naik cetak lagi, dan dikelola dengan lebih serius. Jangan sampai, karena beberapa independen label menerbitkan buku dengan cara seperti ini masyarakat akan memandang remeh (kembali) dengan buku-buku terbitan independen. Kasihan sama mas Andrei Budiman yang udah mati-matian berusaha membuktikan kalau independen label itu bisa eksis seperti major label.
Dari 82 kisah yang ditulis, saya hanya puas membaca 8 cerita. Tujuh milik wuri, dan satu milik Byotenega. Ini salah satunya:
Merantau + An...jrit!
"Anjrit. AN.....jrit. Annnn...jrit"
"Wo, kamu kenapa?"
"Annnnnjrit.. Annnjriit. Aannnnn jeriiit"
"Woo.. kamu mabuk kah? Kok bicara-bicara sendiri? gak jelas lagi ngomong apa?"
"Anjritt..A..nn...jee...ri..tt. an je rit"
"Wooooo!!!! Heeeyyy??? Helllloowwww?"
"Eh..gak apa-apa, Le. Aku sedang belajar ngumpat cara Jakarta. Kalo Surabaya kan ngumpatnya: c*k gitu kan, lah kalo Jakarta ini lagi ngetrend ngomong: 'An...jee...riit' itu tadi"
"Ohhh..."
"Le, aku ini ya bingung. Anjrit itu maksudnya apa ya? Gak ngerti aku"
"Lahhh anjrittt... itu kan temennya Kucritttt! Seperti Tom en Jeri. Anjrit dan kucritt. Begitu Wo"
"Ooooo...begitukah?"
Drunken Monster
Diangkat dari blog http://pidibaiq.multiply.com/journal Pidi Baiq menceritakan catatan hariannya melalui buku Drunken Monster. Review yang saya baca mengatakan buku ini lucu banget, bisa ketawa sampe guling-gulingan. Tapi ko saya beda ya? Heran. Saya cuma mampu terkekeh atau tersenyum saja. Humor yang ditawarkan buku ini cukup menyentil dan terkadang sinis. Contohnya saat Pidi Baiq mengajak tiga orang tukang becak untuk naik mobil dan menemaninya makan di kafe. Ketiga tukang becak ini merasa mereka tidak pantas berada dalam kafe tersebut, apalagi dengan pakaian kebangsaan mereka. Setelah mereka selesai memesan makanan Pidi ijin ke toilet, padahal dia pindah ke kafe seberang dan memperhatikan ketiga tukang becak ini dari kejauhan. Setengah jam kemudian Pidi kembali ke kafe tersebut dan voila....ketiga tukang becak tersebut belum menyentuh makanan mereka sama sekali.
Pidi cukup berani menulis dengan gaya yang sangat tidak lazim. Berantakan. Kalimat yang disusun juga tidak beraturan. Tapi justru itulah kelebihan dari buku ini. Dan jika diselami lebih dalam, saya rasa buku ini cukup berat, karena saya cukup memutar otak untuk mendapatkan pesan yang ingin disampaikan penulisnya.
Big bru : hehehehe...untuk urusan yang buku my stupid bos, yang kena sodara gw. Sodara gw selantai ama gw dia di bag SDM, kebeneran emang bosnya dodol juga, nyablak abis alias kalo ngomong suka kaga kontrol. Heheheh, kselalu kesalahan yang sama, dia simpen tu buku di tumpukan atas, nah besoknya tiba2 si bos nyamperin dia sambil ngomong :mending lu baca buku ini deh (kumpulan doa2) daripada baca buku yang gak penting...' wuakakakakakakaak...gw mah baca di kantor juga selalu dengan rapih disimpen di laci, takutnya bos gw kegeeran...wkwkwkwkwkwkw......
BalasHapusUntuk drunken molen, gw setuju, kata2 pidi baiq perlu dicerna, walopun ada beberpa yang cukup straight to the point. Bukunya dia bisa diibaratkan ngajak kita untuk lebih rileks ga telalu serius..
Jadi Penasaran dengan Drunken Master.... Thanks reviewnya... Btw udah baca my stupid boss 2 belom?? lucu tuh.
BalasHapusNice review. Wothreading :D
huehehehe...aku mau coba nulis buat my stupid boss fans stories aaaahhh :D hohoho...
BalasHapusMy stupid boss 2 blm sempet baca niyh. masih ada utang buku tea for two by Clara Ng :)
tapi bukunya pasti masuk dalam waiting list kok.
dari semua buku itu aku cuma baru baca drunken monster. lumayan lucu lah..
BalasHapusaku jg suka karangan clara Ng *sayangnya ketinggalan cerpen di kompas itu*
hmmm...review na keren mbak
BalasHapussuka baca buku yaa???sama dung ^^
Wah makasih review buku-bukunya. Keren2 euy.
BalasHapusDitunggu review buku selanjutnya ya :)
Henny: Tea for Two udah ada d toko buku ko...hee, bukunya baguss, sayang kalau kelewatan.
BalasHapusEtha: Thanks yaaa...tukeran link yu... :)
Imam: Hoho..itu saya udah review buku The Secret. Jangan pusing bacanya ya :p
dulu pernah pinjam buku uttuki tapi ternyata ga suka..ga ngerti bacanya..he he ..
BalasHapusAku belum baca semuanya. Beberapa kali pengen nyoba Clara Ng, tp belum kesampaian. Kalo yg lain, aku ga gitu tertarik sih. Salam kenal! Aku pasang linkmu juga tuh..
BalasHapus