25 Maret 2008. Saya masih ingat betul rentetan peristiwa di hari itu. Duduk sendiri di banking hall dan dihujani tatapan mata dari seluruh staff. "Itu anak baru ya?", bisik kalian satu sama lain. Rasanya risih dan jengah. Tapi itu belum seberapa, setelah saya dikenalkan dengan atasan dan teman-teman baru, tantangan yang sesungguhnya dimulai.
Saya ngga pernah mimpi bisa masuk ke daerah teller, melihat tumpukan uang sebanyak itu, dan kesibukan luar biasa antara nasabah, teller, CS, dan tim marketing. Tidak ada satu pun orang yang menganggap saya ada, semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Saat itu saya useless banget, ngga melakukan apapun (ngga tau musti ngapain juga), dan hanya jadi barang pajangan yang dipelototin nasabah. Saya juga merasa jadi orang yang paling bodoh di kantor. Latar belakang pendidikan saya ilmu komunikasi tapi bekerja di bank. Membedakan giro dan cek saja saya ngga bisa, bahkan pengertian debet dan kredit juga saya ngga tau.
money money money :p
Tebak, uangnya ada berapa banyak ;)
Salah satu hal yang membuat saya sangat beryukur dari bekerja di bank adalah bisa masuk dan melihat BI dengan mata kepala sendiri. Entah kenapa, saya selalu merasa BI termasuk dalam restricted area, tidak semua orang bisa masuk ke dalamnya. BI juga merupakan pusat dari seluruh kegiatan perbankan di Indonesia, jadi saya merasa sangat beruntung dapat masuk ke tempat itu.
Jalan sehat BI bersama teller dari seluruh penjuru Jakarta
Lima bulan berlalu, atasan berniat memindahkan saya ke bagian CS. Setelah mengikuti berbagai training, saya harus menelan pil pahit karena posisi CS sudah penuh dan kembali stuck di bagian teller. Saat itu juga saya sering menjadi back-up bagian back office. Setiap ada kru back office yang cuti atau tidak masuk, pasti saya ditunjuk untuk menggantikan. Siapa sangka, pengalaman itu membuat saya dipindahkan ke bagian back office setelah 1,5 tahun bekerja.
It always hard being the single and youngest girl in the office. Selalu menjadi bulan-bulanan saat ada cowo single dari cabang lain berkunjung. Dipanggil dengan sebutan 'neng', 'de', dan yang paling parah 'tuan putri', sampai obrolan-obrolan 'menjurus' yang mau tidak mau terdengar oleh kuping. Tapi menjadi bagian dari tim back office adalah suatu hal yang selalu saya syukuri dalam perjalanan karir ini. Belum pernah saya bekerja dalam sebuah lingkungan yang penuh dengan tekanan sekaligus keceriaan dalam satu waktu. Kalian selalu bisa menyikapi semua permasalahan dengan kepala dingin dan sebentuk tawa ya :)
25 Maret 2010, genap 2 tahun saya bekerja. Siapa sangka, di tanggal ini saya harus pindah dari tempat ini. Benar-benar bulan yang penuh dengan kejutan: diangkat menjadi pegawai tetap, dipindahkan ke operation center di kantor pusat, dan sayangnya harus meninggalkan teman-teman di kantor lama.
Banyak hal yang telah terjadi selama 2 tahun saya bekerja. Masih ingatkah kalian saat kita harus mengorbankan hari sabtu selama 2 bulan untuk persiapan merger? Atau saat sebulan penuh kita harus pulang di atas jam 9 malam karena sistem baru yang sukses membuat kepala pusing dan pekerjaan terhambat? Atau saat saya menjadi langganan didamprat oleh Branch Manager karena seringkali membuat kesalahan. Kesalahan pengiriman uang sehingga cabang selisih 10.8juta. Saya juga membuat salah satu nasabah prime hampir masuk ke dalam Daftar Hitam Nasabah Bank Indonesia. User ID saya pun terkenal seantero Jakarta karena identik sebagai trouble maker. Siapa sangka, sekarang kita bisa mengingat semua hal itu dengan gelak tawa.
Satu hal yang sangat membekas di ingatan saya. 10 Maret 2010, hari terakhir pembayaran pajak dan sistem tiba-tiba crashing down. 300 lebih surat setoran pajak (SSP) belum saya kerjakan, padahal semuanya harus diposting hari itu juga. Kalian, yang lebih dulu pindah ke kantor pusat, dengan rajinnya menelpon saya untuk memantau apakah SSP sudah dapat terposting atau belum. Sialnya, sistem baru berjalan jam 5 sore, semua teman teller dan CS sudah keluar dari kantor. Saya sakit hati dengan sikap mereka. Alasan utama saya menunda kepindahan ke kantor pusat adalah untuk membantu teller memposting SSP, tapi dengan teganya mereka pulang duluan dan meninggalkan saya bekerja sendirian. Tangis saya hampir meledak saat kalian datang ke tempat saya, membantu saya bekerja hingga larut malam, padahal kalian sendiri sudah lelah dengan pekerjaan di kantor pusat. Saat itulah saya tahu, mana teman sejati dan bukan, dan membulatkan niat untuk segera mungkin pindah ke kantor pusat.
Berat memang meninggalkan tempat ini. Disinilah pertama kali saya belajar mengenai sistem perbankan, disinilah saya mulai meniti karir, tapi saya harus pergi untuk mengejar cita-cita.
Pusti...yang paling bawel, iseng, usil, tapi juga pemberi nasehat nomor satu :) dia yang menurunkan ilmu transfer valas nan menjelimet untuk saya. Bantu saya untuk adaptasi di tempat baru ya :D enjoying your pregnancy sist :)
Pa Yadi, yang selalu membesarkan hati ini ketika (lagi-lagi) saya didamprat oleh BM. Mengingatkan saya untuk selalu berhati-hati dan teliti saat bekerja. Dan teman perjalanan pulang yang setia mendengarkan ocehan saya. Sukses di cabang baru ya Pa :)
Bu Meity (sayang, saya ngga punya foto Ibu) yang sepertinya tidak rela melihat status saya yang masih single dan selalu bersemangat menjadi mak comblang. Entah sudah berapa lelaki single yang Ibu kenalkan dan rekomendasikan namun tidak ada satu pun yang nyantol di hati saya :p (maaf ya bu).
Rekan teller
Semua teman-teman teller yang selama sebulan terakhir ini berusaha mempelajari seluruh pekerjaan saya, maafkan saya yang tidak sabaran saat mengajar (saya memang ngga punya bakat untuk ngajar). Tapi saya sangat menghargai usaha kalian yang mempersiapkan diri untuk menghandle semua pekerjaan yang akan saya tinggalkan.
Pa Bambang, the master of Sistem Kliring Nasional. Akhirnya saya mengerti kenapa bapak selalu 'spaneng' saat jam menunjukkan angka 1. Kliring belum terposting semua, selisih, sementara messenger yang akan membawa semua cek/giro kliring ke BI sudah menunggu.
ki-ka: Berry, Pa Inal, Saya, Pa Agus
Berry, yang sudah mengajarkan saya tentang pajak. Ternyata ini yang selalu kamu hadapi di setiap tanggal 10. SSP menggunung, cut off time semakin mendekat, NPWP yang tidak bisa diinput, belum lagi kalau inputan pajak saya selisih dengan inputan pajak kasir.
Pa Agus. Operation Officer paling fun dan loyal yang pernah saya kenal. Setiap hari rela mendapat ledekan item, legam, geheng, gosong, dari saya dan Pusti. Tapi anda tetap PD dan menganggap semua itu adalah ungkapan sayang anak buah ke atasannya. Dan tanpa disadari, semua itu membuat hirarki atasan dan anak buah terasa tidak berarti.
Pa Inal, yang memperjuangkan saya untuk dapat diangkat menjadi karyawan tetap dan pindah ke kantor pusat. Apa yang bisa saya lakukan untuk membalas semuanya? Bapak terlalu baik dan loyal terhadap anak buah. Saya hanya bisa bekerja sebaik mungkin di tempat baru dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan. Anda adalah Branch Operation Manager paling hebat yang pernah saya kenal.
Dan kamu, yang telah membuat ulang tahun saya kemarin begitu menyenangkan dan penuh dengan tawa. Bagaimana saya bisa mengungkapkan kalau itu merupakan salah satu hari terbaik dalam hidup saya, begitu banyak cinta, kasih, dan tawa. Namun maaf, di akhir hari saya harus melukai hati kamu. Maaf.
Kantor baru berarti atasan baru, teman-teman baru, pekerjaan baru, dan lingkungan baru. Pasti ada beberapa hal yang membuat kita tidak nyaman dan memilih untuk tetap tinggal di tempat lama. Tetapi ini adalah jalan untuk terus maju, jadi hadapi semuanya sebaik mungkin dan berdoa. Untuk kalian semua, sukses di tempat baru ya :) Senang bisa bekerja dengan orang-orang hebat beperti kalian.